32. Melt

191 16 0
                                    

Play lagu di mulmed gengs
Biar makin kebawa sama part ini
Happy reading:)

Allisya terkejut ketika nampan yang terangkat menjatuhkan segala isinya. Serpihan kaca dari gelas yang terjatuh memenuhi lantai di bawah tubuh Allisya. Gadis itu masih membeku beberapa saat sebelum setelahnya menurunkan pegangan pada nampan yang tadi sempat terangkat tinggi.

"Ehh, maaf, maaf!"

Allisya berjongkok untuk mengumpulkan pecahan gelas tadi, "Iya, gak pa-pa."

Namun sebelum tangannya sempat menjangkau salah satu dari puing kaca itu, tangannya tertahan di udara.

Allisya menoleh dan di sampingnya ia mendapati Zeo dengan sebelah tangan yang mencekal tangan miliknya.

"Biar."

"Tapi Kak, nanti kalau nggak-"

Ucapan Allisya disela oleh orang lain yang berada di tempat itu, "Iya, biar aku aja yang beresin."

"Nggak ada yang luka 'kan?" tanya Zeo sambil menarik Allisya kembali berdiri. Cowok itu sibuk membolak-balik tangan Allisya, meneliti sekiranya ada tidak goresan dari pecahan gelas tadi.

"Dhey, hati-hati."

Gadis yang dipanggil Dhey oleh Allisya itu mendongak dan tersenyum.

"Allisya," panggil Zeo.

Menoleh dan menatap Zeo, gadis berambut kecoklatan itu tersenyum manis, "Maaf ya Kak, minumnya malah tumpah. Mau aku buatin yang baru?"

Zeo menghela napas pelan lalu menggeleng setelahnya.

"Biar nanti aku buatin minum yang baru All," kata Dheyya sambil masih memunguti pecahan gelas tadi.

"Makasih ya Dhey." Allisya membawa Zeo ke ruang tengah. Keduanya duduk di sofa tanpa kata.

"Tadi itu siapa?" tanya Zeo memecah keheningan yang tercipta.

"Dheyya, keponakan Bik Resti."

"Udah lama tinggal disini? Kok baru liat."

"Belum."

Setelahnya kembali hening. Baik Zeo maupun Allisya memilih bungkam dan menikmati kesunyian diantara mereka.

"Maaf lama, ini minumannya." Allisya menyambut kedatangan Dheyya dengan sebuah senyuman tulus khas miliknya. Gadis itu meraih nampan yang dibawa oleh Dheyya.

"Makasih ya Dhey," katanya. "Oh iya, kenalin..." Allisya melirik Zeo yang masih duduk diam tanpa minat, "Ini Kak Zeo, dan Kak, ini Dheyya."

Dheyya tersenyum canggung sambil mengulurkan tangan, "Dheyya."

Sementara Zeo masih diam bergeming. Tak menyambut uluran tangan Dheyya sampai ketika Allisya menyenggol kakinya. Mau tidak mau Zeo bangkit dan menerima uluran tangan dari gadis asing itu.

"Zeo," ucapnya datar.

"Sini duduk dulu Dhey, ngobrol bareng," ajak Allisya kepada Dheyya yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Anyway, Dheyya ini seumuran tahu sama Kak Zeo." Allisya bercerita dengan penuh semangat. Berbanding terbalik dengan raut datar yang ditampilkan Zeo. Cowok itu terlihat acuh dengan pembicaraan yang sedang dibahas Allisya.

"Oh ya?" tanyanya dengan nada tidak tertarik.

"Mm-hm, dan yang lebih kerennya Dheyya ini anak beasiswa. Keren banget kan Kak!"

"Oh gitu? Wow!" Percaya atau tidak kalimat yang dilontarkan Zeo memang terkesan kagum, tapi pada kenyataannya nada yang digunakan Zeo dalam kalimatnya ialah nada datar tanpa ekspresi sama sekali. Bahkan cowok itu saat ini sibuk dengan ponselnya.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang