33. Happiness

186 18 0
                                    

Jangan lupa play lagu dimulmed
Happy reading :)


“Allisya! Itu angkat dulu telepon lo, berisik!”

Allisya yang mendengar seruan dari Ellisya menepuk-nepukan tangannya pada kedua sisi paha lalu berjalan ke tempat dimana ponselnya terletak.

“Hallo,” sapanya setelah berhasil menjawab panggilan. Allisya meletakkan ponselnya diantara telinga dan bahunya. Ia berjalan kembali untuk bergabung dengan Ellisya.

Hai,” sahut suara di seberang sana.

Ahh, Allisya lupa untuk mengambil headset. Gadis itu berbelok menuju tangga yang menghubungkan ke kamarnya.

Lagi ngapain?” Allisya berhasil memasangkan headset ke ponselnya, setelahnya ia kembali menuju ke tempat Ellisya.

“Lagi buat kue Kak,” dimasukkannya ponsel itu ke saku belakang celana jeans yang ia pakai.

Kue? Tumbenan.

“Mm-hm, soalnya besok Daddy ulang tahun jadi biar spesial kuenya aku sama Ellisya yang buat.”

“All, ini bener dimasukin oven dulu baru nanti dikasih cokelat?” Ellisya mengangkat loyang yang sudah berisi adonan itu. Menunjukkan kepada Kakaknya langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

“Iya, jangan lupa atur waktunya lima belas menit.”

Yakin bisa buat kue?

“Ihh, maksud Kak Zeo ngomong gitu apa coba? Gini-gini jangan raguin kemampuan aku ya.”

Kenapa nggak beli aja yang udah langsung jadi, biar gue yang antar.

“Kalo beli nggak spesial Kaaak,” Allisya menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk bagian toping kue.

“Berisik lo Zeo!” sambar Ellisya.

Zeo terkekeh di seberang sana. Astaga, gadis satu itu benar-benar.“Kembaran lo gitu amat ya, sadisss.

“Jahat dong, masa Ellisya dibilang sadis.”

Gadis yang merasa disebut namanya langsung berkacak pinggang tak terima, “Zeooo kampret!”

Dan meledaklah tawa Zeo. Jika Allisya memilliki sifat selembut sutra, lain halnya dengan Ellisya. Gadis itu seolah memiliki sisi liar tersendiri.

Allisya masih saja sibuk bertelefonan dengan Zeo sambil menyelesaikan misinya bersama Ellisya. Dapur yang semula terlihat rapi kini tak berbentuk lagi.

Banyak tepung berceceran di atas pantry, perkakas yang tergeletak di sembarang tempat, dan masih banyak kekacauan lain yang tidak bisa digambarkan seberapa kacau keadaan dapur tersebut.

“Zeo, Lo harus video call sekarang! Serius ini urgent banget.” Ellisya berkata cukup keras sehingga masih bisa didengar oleh Zeo di seberang sana.

“Zeo cepet!!!” tambah Ellisya lagi.

Allisya bersungut tidak terima dengan saran adiknya itu. Ia menjaga jarak dari tempat Ellisya berdiri agar adiknya itu tidak lagi ikut nimbrung obrolannya dengan Zeo. Apalagi kali ini Allisya tahu jelas apa maksud dari Ellisya yang meminta Zeo melakukan panggilan video.

Dan sial!

Ponselnya berbunyi keras. Sudah dapat ditebak bahwa Zeo benar-benar melakukan video call. Allisya merogoh ponsel yang ia letakkan di saku celananya. Ia baru saja akan me-reject panggilan video itu ketika ada sebuah tangan usil dari arah antah berantah mem-swipe layar ke atas.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang