Play lagu di mulmed ya readers, biar lebih dapat feel nya
Happy reading:)Langkah tertatih lengkap dengan tangan mengucur darah segar, gadis itu berusaha menuju ke jalan untuk menyetop taksi.
Rasa pening seketika mendera kepalanya. Mungkin itu adalah efek dari darah yang tidak kunjung berhenti keluar, pandangannya pun mulai kabur dan harus mengerjap beberapa kali agar bisa kembali terfokus.
"Ellisya!"
Merasa terpanggil, gadis itu menoleh. Di jarak sekitar Lima Puluh meter, ia melihat cerminan dirinya sedang berlari ke arahnya.
Tubuhnya mulai terasa tidak seimbang. Ia akan benar-benar terjatuh sebelum akhirnya ditahan oleh kakaknya.
Allisya menumpu tubuh Ellisya sedikit kesusahan. Ellisya sudah benar-benar di ujung kesadarannya. Dengan pandangan yang sayu, gadis itu menatap seseorang berdiri agak jauh di depannya.
"Bisma tolongin!" teriak Allisya meminta tolong Bisma. Bisma sendiri memang diam mematung dan tidak ikut Allisya berlari menghampiri Ellisya.
Sesaat setelah Allisya memanggilnya, barulah ia tersadar dari segala fantasi liarnya. Bisma menopang tubuh Ellisya yang sudah sempoyongan hanya untuk sekedar berdiri tegak menumpu tubuhnya sendiri. Mau tidak mau, suka tidak suka, ia hanya diam tanpa memprotes seperti yang biasa ia lakukan.
"Aku cariin taksi dulu," kata Allisya dan segera berlalu untuk memberhentikan taksi jika ada yang berlalu di jalan.
"Gue nggak mau naik taksi." Ellisya berkata dengan mata yang sesekali terpejam, menahan perih di pergelangan tangan.
"Eh?"
"Lo nggak usah aneh-aneh! Disini gak ada landasan buat helikopter mendarat!" sahut Bisma dengan nada ketusnya.
"Lo pikir gue mau naik helikopter? Nggak usah ngelantur."
"Udah-udah, kalau gitu kamu naik motor aja sama Bisma, biar aku yang naik taksi."
"Kok jadi gue yang naik motor sama dia sih All?" protes Bisma tak terima.
"Bi, kali ini aja ya..." Bisma memutar bola matanya tanda ia tak bisa menolak lagi.
Dengan segala berat hati dan berat yang tidak seberapa dari tubuh Ellisya, akhirnya Bisma menerima. Ia memberikan helm yang tadi digunakan Allisya kepada Ellisya.
"Udah belum?" tanyanya sambil mencuri lirik ke belakang.
"Sabar sih."
"Ckk, lo bisa nggak sih? Cuma tinggal naik doang juga."
Bisma sepertinya tidak mengindahkan luka yang didapat Ellisya. Luka yang masih basah juga tidak memberi dampak untuk perlakuan Bisma kepada gadis yang tengah bersusah payah menaiki jok motor.
"Astaga, sabar sih Bis tayo. Kalau gue jatuh lo mau tanggung jawab?"
Ellisya menaiki jok untuk penumpang dengan sebelah tangan memegang bahu Bisma. Hati-hati ia duduk dan melingkarkan kedua lengannya pada perut Bisma.
"Gue takut jatuh," imbuhnya cepat-cepat sebelum Bisma meluncurkan aksi protes atas tindakannya.
Motor tersebut akhirnya membelah jalanan ibu kota yang cukup padat. Ellisya masih sama posisinya seperti tadi. Memeluk Bisma dengan erat dan meletakkan dagunya pada bahu cowok itu. Ia memejamkan mata menikmati angin yang berlawanan arah dengan arah tujuan mereka.
***
Setelah luka di pergelangan tangan dan kaki yang keseleo selesai ditangani, kini Ellisya bersandar pada kepala ranjang dengan sibuk berdiam diri membiarkan kesunyian memenuhi seisi ruangan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZeo [Completed]
Teen Fiction"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence "Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama "Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence "Jadi lo ngga...