EPILOG

443 23 0
                                    

Happy reading:)
Maaf baru up karena ada yg harus aku selesaikan dulu sebelum up epilog ini

Allisya sedang berada di kantin bersama dengan Mella. Kelasnya baru saja berakhir dan hari ini ia sudah tidak ada kelas lagi maupun praktikum. Keduanya asik menikmati semangkuk mie ayam lengkap dengan segelas es teh manis.

"All, Zeo itu ... gimana sih?"

Allisya menyeruput es teh melalui pipet sebelum mendongak, menatap Mella. "Maksud kamu gimana?"

Mella menghela napas. Menyandarkan punggung pada kursi. "Karakternya, sikapnya, atau apalah itu ... gimana?"

"Kak Zeo baik ... "

"Ck, mainstream banget sih jawaban lo!"

"Aku belum selesai bicara," sahut Allisya. Mella terkekeh pelan dan mengisyaratkan agar cewek di hadapannya lanjut bicara. "He's such a miracle gitu in my life. Memang sih ngeselin kalau lagi jealous. Karena jealous versi Kak Zeo itu bener-bener yang udah stadium akhir."

"Itu karena dia gak mau kehilangan lo," tukas Mella.

Allisya mengangguk setuju. "Iya aku tahu, tapi sometimes bikin jengah gitu lo ...." Allisya menjeda untuk mengambil napas. "Dia juga manja. Maklum sih, anak satu-satunya. Semua yang dia mau selama ini selalu terpenuhi. Makan aja harus selalu diingetin, kalau enggak pasti bakal lupa makan."

"Terus, yang bikin lo suka sama dia apa?"

Tampak berpikir dan menerawang sebelum menjawab, lalu Allisya berkata, "Aku juga gak tahu sih Mell, semua kayak ngalir gitu aja. Aku juga kan gak pernah pacaran sebelum sama Kak Zeo. Cuma ya, sama Kak Zeo aku ngerasa happy, ngerasa lengkap, dan ngerasa kosong kalau gak ada dia. It's why aku dulu nekat mau jadi pacar Kak Zeo."

"Maksud lo dengan nekat?"

"Aku belum cerita ya kalau dulu aku yang ngajak Kak Zeo komitmen? Long short story, aku gak mau kehilangan dia dan aku bilang aja aku mau jadi pacar dia, then we are official in relationship."

Mella bertepuk tangan heboh. Membuat beberapa mahasiswa menoleh ke meja di tempat mereka duduk. "Gila! Jadi lo yang nembak duluan? Gue nggak nyangka cewek introvert kayak lo nembak cowok dulu."

"Bukan nembak juga sih ... jadi sebelumnya Kak Zeo nembak aku terus ada problem gitu yang bikin aku ragu. Perlahan, Kak Zeo ngejauh. Iya aku sadar itu salah aku sendiri, makanya setelah berperang sama pikiran, aku putusin buat nerima Kak Zeo di hidup aku."

"Gimana rasanya mencintai dan dicintai?"

Allisya terperangah. Menangkap gurat sedih di ekspresi Mella. Mengulurkan tangan, Allisya menangkup tangan cewek yang sudah mau menjadi sahabatnya.

"Mell ... are you okay?"

Mella mengedik singkat. "Bohong kalau gue jawab gue gak pa-pa All. Rasanya apa ya... kayak gue udah berada di titik terjauh dan terlemah setelah semua yang udah gue lakuin. Setelah selama beberapa tahun perjuangan gue, Arma gak pernah sedikit pun nganggap gue. Dia terlalu too far to hold. Dua tahun bukan waktu yang singkat All. Selama itu dunia gue berporos pada satu cowok. Apa iya gue nggak sepantas itu buat Arma?"

"Semua orang pantas mendapatkan apa yang dia inginkan," jawab Allisya. "Aku juga pernah berada di titik yang sama dengan kamu, tapi dengan kasus berbeda. Di sini kamu berjuang mendapatkan perhatian Kak Arma dan setelah sekian lama, kamu merasa lelah. Merasa nggak pantas. Tapi cinta bukan diukur dari seberapa pantas Mell."

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang