37. In Fact

184 20 0
                                    

As always, selalu ngingetin untuk play lagu di mulmed👆
Happy reading :)

Seperti dugaan, setibanya disana keempat temannya sudah mendapatkan beberapa luka memar bahkan luka basah di bagian wajah. Tanpa menunggu Ridho datang, Zeo segera membelah kerumunan yang sedang beradu bogem mentah satu sama lain. Menyerang lawan yang sedang mengincar temannya. Sontak kedatangan Zeo yang tiba-tiba membuat mereka membelalak terkejut.

“Gak usah bengong bego! Buruan selesain ini terus cabut.” Temannya yang tadi sempat bergeming beberapa saat kembali tersadar dan membantu Zeo menghadapi orang yang sebenarnya tidak mereka kenal.

Ketika lawan yang menyerang mereka sudah berhasil ditumbangkan, kelima cowok itu segera mencari celah untuk keluar dari gerombolan orang-orang yang masih sibuk dengan lawannya masing-masing.

“Motor kalian dimana?” tanya Zeo masih dengan napas memburu.

“Tadi motornya Rega mogok. Pas kita berhenti tiba-tiba aja ada dua kubu dari berlawanan arah siap saling serang.”

“Yaudah, sementara kita tunggu Ridho aja. Dia udah nggak jauh dari sini. Urusan motor nanti tinggal suruh orang buat ngambil.”

Keempat cowok itu mengangguk setuju. Mereka menetralkan deru napas yang masih memburu selepas tadi menghadapi beberapa lawan.

Selang beberapa menit, Zeo melihat mobilnya dari arah selatan. Tak lama, keluar sosok Ridho dan melambaikan tangan ke arah mereka berlima.

“Itu Ridho, ayo!”

Mereka berjalan ke tempat Ridho memberhentikan mobil. Saat mereka sudah tiba, semua langsung masuk ke dalam mobil. Ridho mengambil posisi di balik kemudi, Zeo di samping Ridho, dan keempat anak lainnya di belakang.

“Bagus.” Ucap Ridho memecah keheningan, “Gak inget sebentar lagi ada turnamen nasional dan kalian justru bonyokin wajah kalian. Gue tahu kalian itu pada cakep-cakep, tapi ya kali kalo muka babak belur gitu kalian suguhin sama penonton. Kalian itu jadi manusia kurang bersyukur, tau. Udah dikasih muka keren malah dipermak jadi sedemikian rupa. Orang yang kurang cakep aja usaha mati-matian biar keliatan cakep, lah ini kalian? Ckk ckk…”

“Perasaan radionya mati, tapi kok gue barusan denger ada siraman rohani ya?” sahut salah satu dari keempat anak yang duduk di belakang, Rama.

“Anjirrr,” Ridho berseru dengan mata menatap Rama dari kaca kecil di depan. Suasana yang tadi sempat hening kini berganti dengan riuh tawa dari mereka berlima.

Ya, berlima. Karena sedari tadi Zeo tidak meladeni celotehan teman-temannya dan berfokus pada ponselnya. Ada sebuah pesan disana. Ralat, beberapa pesan. Tapi yang Zeo buka adalah chat teratas sendiri. Chat yang sengaja ia sematkan.

Allisya
Besok udah hari terakhir kok Kak😉

Anda
Akhirnya…

Butuh waktu beberapa menit untuk menunggu balasan. Zeo mengira bahwa Allisya sedang jauh dari ponselnya maka dari itu gadis itu tidak menyadari bahwa pesannya sudah terbalas.

“Woy!!!” Bulatan tisu yang sudah kumal mendarat di pangkuan Zeo. Ia mendesah lelah. Bisa-bisa mobilnya menjadi seperti tempat pembuangan sampah jika terus dibiarkan.

“Awas sampai mobil gue kotor.” Ucapnya sambil melempar balik tisu itu ke arah belakang.

“Lagian lo sibuk sendiri, ngapain sih? Nonton bokep ya?” secepat kalimat itu terucap, secepat itu pula ledakan tawa memenuhi ruang mobil.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang