18. Sore

167 18 0
                                    

Play lagu di mulmed ya guys👆, biar lebih "eeeh" gitu😅
Happy reading :)

Allisya masih bergeming di tempat semula tanpa ada pergerakan sama sekali. Kepalanya masih tertunduk menatap sepatu yang ia kenakan. Tubuhnya bergetar menahan isak tangis agar tidak keluar lebih banyak lagi.

Mendadak tubuhnya menegang ketika ada sebuah tangan yang mendarat di bahunya dan memutar tubuhnya perlahan. Kini posisinya sudah berbalik seratus delapan puluh derajat. Pandangan Allisya bertemu dengan sepatu sneakers yang ia tahu bukan miliknya.

"Allisya..." Ia diam tidak menjawab.

Usapan ibu jari milik seseorang terasa hangat di pipinya yang sudah basah oleh tetesan air mata. Allisya tahu siapa orang itu dan justru karena ia mengetahui, maka ia putuskan untuk tetap menunduk dan tidak mengangkat kepalanya.

"Allisya...," panggilnya lagi.

Allisya menggelengkan kepalanya. Ia tidak yakin dengan apa yang saat ini sedang terjadi. Ia terlalu pengecut untuk menatap mata orang di hadapannya. Sementara orang itu hanya bisa menengadahkan kepalanya ke atas, menghembuskan nafasnya secara kasar.

"Jangan saling menyakiti diri sendiri seperti ini, Allisya."

"I—I'm not," jawab Allisya dengan susah payah.

"Yes, you're."

Melihat Allisya yang betah dengan kebisuannya, cowok itu kembali berucap, "Semua ini nggak akan jadi serumit ini kalau lo nggak menghindar."

Lagi-lagi helaan nafas terdengar untuk kesekian kalinya.

"Allisya, apa susahnya untuk balas perasaan gue? Apa sebuah kejahatan kalau gue mau lo jadi cewek gue? Semua ini nggak akan complicated kalau lo nggak egois. Lo tahu? Apa yang lo lakuin ini bikin gue sakit. Tapi apa? Nyatanya rasa cinta gue justru lebih besar daripada rasa sakit itu. Disaat gue mau ngejauh dari lo, tapi apa sekarang? Justru gue malah ngedatangin lo lagi 'kan?! Cowok bego!"

Cowok itu memegang kedua bahu Allisya, turut serta menunduk mencari iris Allisya, "Gue nggak tahu alasan lo yang bilang kalau lo mau balik ke kehidupan sebelumnya itu karena apa. Apa segitu nggak nyamannya lo di deket gue sampai lo mau kita saling nggak kenal seperti sebelumnya? Apa gue salah kalau gue mau deket sama lo? Apa gue salah kalau gue punya rasa sama lo?"

"Berhenti..." tukas Allisya memotong kalimat panjang Zeo.

"Apa salah kalau gue sayang sama lo?"

"Please berhenti..," pinta Allisya dengan suara lirihnya.

"Apa salah kalau gue—"

"Stop Kak!"

Allisya mengangkat kepalanya yang sejak tadi hanya ia arahkan untuk memandang ke bawah. Matanya bertemu dengan mata yang menggambarkan keputusasaan di depannya. Allisya bahkan sedikit terhenyak saat menyadari bahwa jaraknya dengan Zeo bisa sedekat ini.

Keduanya terdiam, membisu dalam tatapan yang saling bicara. Dan Allisya sadar tidak seharusnya ia seperti ini. Oleh karena itu Allisya berbalik dan melangkah pergi.

Setitik air mata berhasil menerobos dinding pertahanan yang sedari tadi sudah Allisya bangun. Ia tidak mau ada orang yang melihatnya menangis seperti ini, apalagi di lingkungan sekolah. Ohh sungguh sesuatu yang buruk. Cepat-cepat ia mempercepat laju jalannya.

 Cepat-cepat ia mempercepat laju jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang