61. Mengalah Akan Keadaan

228 18 5
                                    

Rekomen play lagu di mulmed
Biar makin nyesek meweknya
Happy reading:)

Setelah mencoba mengusir perasaan khawatir yang menyeruak di dalam hati, Allisya tidak bisa berdiam diri. Pikiran-pikiran negatif seolah berdatangan tanpa henti memenuhi isi kepalanya. Oleh karena itu Allisya memilih mendatangi rumah Zeo. Berharap cowok itu ada disana dan tidak pergi kemana-mana yang akan membuat pikirannya kembali diserang kekhawatiran yang semakin akut.

Terbiasa berkunjung membuat Allisya mendorong pintu besar yang akan membawanya masuk ke dalam rumah besar Zeo. Seperti biasa, pintu itu tidak terkunci. Dengan langkah lebar-lebar, Allisya berjalan masuk. Ia bahkan melupakan fakta bahwa Papa Zeo sedang berada di rumah ini. Allisya baru tersadar ketika mendapati sosok itu sedang duduk dengan merangkul bahu seorang wanita di sebuah sofa.

Langkahnya sontak terhenti. Ia menjadi canggung dan salah tingkah karena bertamu tidak sopan. Hei, tapi ia tidak salah kan disaat perasaan khawatir lebih mendominasi pikirannya saat ini?

“Angel?”

“T-tante?”

Allisya berjalan mendekat, duduk di seberang sofa dengan kaku.

“Kamu sendiri? Zeo mana? Bukannya semalam dia sama kamu? Terus sekarang dimana?”

Kelopak mata Allisya mengerjap beberapa kali. Diberondong dengan pertanyaan bertubi membuatnya semakin sulit berpikir. Belum pertanyaan semalam terjawab, sekarang muncul pertanyaan baru lagi. Kenapa Nathalie berada di rumah Zeo sepagi ini? Dan kenapa Robert memeluk Nathalie seintim itu tanpa risih sama sekali? Bagaimana jika istrinya mellihat dan—hell! Tidak mungkin kan Nathalie istrinya Robert?

“Tan—Tan, khem!” Allisya berdehem ketika ia malah berbicara tergagap seperti itu. Dalam sekali tarikan nafas, Allisya bertanya cepat sebelum ia kembali berujar dengan gagap lagi. “Tante kok bisa ada disini?”

“Itu nggak penting, sekarang kasih tau Tante dimana Zeo?!”

“Nathalie, calm down.”

Asfdghjl. Kepala Allisya rasanya mau pecah.

“Tadi pagi Kak Zeo pergi, dan aku kira dia pulang ke rumah.”

“Ya Tuhaaan, kemana lagi dia.”

Robert menenangkan Nathalie yang kembali histeris dan kembali menangis. Wajah wanita itu sudah basah oleh air mata. Bahkan matanya membengkak setelah semalaman menangis tanpa henti.

“Biar aku coba telepon Tan."

***

Saat ini Zeo sedang menghadap ke layar datar di hadapannya dengan sebuah stick dalam genggaman. Tubuhnya berbaring dengan punggung setengah duduk. Matanya fokus tak lepas dari televisi di depannya.

“Itu diangkat napa sih! Gedeg kuping gue dengernya.” Ridho mendumel tak suka. Pagi ini cowok yang bersatus sebagai pacar Dista itu dikejutkan dengan kehadiran Zeo di pagi buta. Sebenarnya tidak pagi buta juga sih, tapi menurut jam para bujang, jam delapan kurang itu adalah pagi buta.

“Berasa ngomong sama tembok. Kacang kayaknya emang lagi trend ya sekarang ini, makanya banyak orang suka ngacang sekarang.”

Tidak ada respon. Makin menambah tingkat kekesalan Ridho karena sedari tadi dikacangin.

Kebisuan mengukung mereka berdua. Keduanya memilih diam. Begitu juga Ridho. Lelah karena tidak mendapat tanggapan, diam menjadi pilihan. Meskipun mereka memilih saling diam tanpa kata, tapi tangan mereka justru kebalikannya. Suara khas stick yang ditekan-tekan yang mengisi kebungkaman yang ada. Tentu saja selain suara dari layar televisi.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang