Play lagu di mulmed ya readers, biar lebih dapat feel nya
Happy reading:)
Melihat Zeo tergeletak di lantai tidak berdaya seperti itu membuat Allisya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya seakan tidak diberi asupan selama satu minggu. Wajah yang tampak pias, rambut yang acak-acakan, serta bibir yang pucat pasi semakin menyayat hati Allisya.Allisya mencoba membawa Zeo ke kasur meski dengan tenaga yang minim. Dengan lengan sebelah Zeo yang tersampir di bahunya, Allisya berjalan dengan sedikit terseret karena beban berat Zeo tertumpu pada tubuhnya.
"Kak Zeo, are you okay?" Allisya bertanya lirih yang lebih ditujukan kepada dirinya sendiri. Gadis itu menunduk sambil menggenggam tangan Zeo.
Allisya menengadahkan kepalanya saat merasa Zeo membalas genggaman tangannya. Dan benar saja, ia melihat Zeo sudah membuka kelopak matanya. Tatapannya tampak sayu, sangat berbeda dengan biasanya.
Allisya ikut menyunggingkan senyum ketika Zeo tersenyum simpul kepadanya.
"Gue seneng lo disini," katanya dengan suara lemah.
Air mata menetes ke permukaan tangan Zeo. Semakin ditatapnya Allisya oleh Zeo, semakin gadis itu menundukkan wajahnya. Zeo yakin jika Allisya menangis dalam diam.
"Hey, why are you crying?" Zeo menyentuh pucuk dagu Allisya dan mengarahkan agar Allisya menatapnya. Tercetak jelas disana jejak basah karena air mata.
"Kak Zeo mau sesuatu? Biar aku siapin?" Allisya masih belum berani menatap manik milik Zeo, oleh karenanya ia hanya menatap ke sembarang arah saat bertanya barusan.
"I just want you, to stay with me."
Allisya sudah seperti bocah saat mengangguk dengan kepala yang masih tertunduk. Menatap mata Zeo saat ini sepertinya bukan jalan yang baik untuknya. Selain bisa meluruhkan kembali genangan air di pelupuk matanya, hal tersebut tidak baik pula untuk kesehatan jantungnya.
"Zeo! Zeo! Abang go-food lo udah datang nih." Kontan Allisya menoleh ke arah pintu dan ternyata suara menggema di seluruh ruangan barusan adalah suara milik Ridho.
Sementara Allisya membelalak penuh keterkejutan, Zeo justru berdecak kesal karena Ridho--yang sialnya adalah temannya selalu saja datang di waktu yang tidak tepat. Membumihanguskan seseorang, berdosakah?
"Loh! Ada putri All," ujarnya setelah memasuki kamar Zeo sambil menenteng beberapa box makanan.
"Ya, dan lo ganggu!"
Ridho kembali melangkah setelah sebelumnya terhenti ketika mendapati Allisya. Cowok itu berdecak kesal karena penolakan Zeo atas kehadirannya. Padahal jika di reka ulang, tadi Zeo lah yang menghubunginya dan meminta untuk dibawakan makanan. Disini sebenarnya siapa sahabat yang tidak tahu diuntung?
"Lo yang ngerengek-rengek sama gue kalau lo lupa!" Ridho meletakkan box yang tadi dibawa di atas meja samping tempat tidur, tepatnya di samping Allisya duduk.
"Heh, kalo aja lo tadi nggak bilang kalau mau mati, ogah gue jauh-jauh kesini Zeo!" sungut Ridho meluapkan kekesalanya.
"Maksud Kak Ridho?" Allisya menatap Zeo dan Ridho bergantian. Menelisik masuk ke dalam iris mata masing-masing untuk mencari sebuah kata yang bernama "kejujuran".
"Ohh, tadi soalnya Zeo nelfon gue katanya lapar makanya gue bawain makanan tadi." Ridho terlihat menggaruk bagian tengkuknya meski dirasa tidak gatal sama sekali.
"Jadi-Kak Zeo tadi pingsan karena belum makan?"
"Satu hal yang harus lo tau All, kalau dia itu anaknya susah banget kalau disuruh makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZeo [Completed]
Teen Fiction"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence "Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama "Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence "Jadi lo ngga...