"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence
"Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama
"Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence
"Jadi lo ngga...
Play lagu di mulmed ya gengs waktu baca part ini Happy reading :)
Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jika Allisya sibuk menyusun balon huruf bertuliskan ucapan selamat ulang tahun, lain halnya dengan saudara kembarnya yang berkutat dengan kertas-kertas hias.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sisi lain, ada sosok Bisma yang sibuk mengumpulkan balon yang akan dijadikan sebagai pemenuh lantai ruangan.
Di tengah keheningan yang mengisi kesibukan ketiga insan itu, tiba-tiba suara letusan terdengar nyaring memekakkan telinga. Membuat Ellisya yang masih fokus dengan benda di tangannya berjengit kaget.
“Bis tayo!” geramnya kesal. Pasalnya Bisma lah yang sedari tadi sibuk meniupi balon. Dan letusan barusan sudah bisa ditebak siapa pelakunya.
“Sorry, gak sengaja,” kilah cowok itu.
Dengusan napas keluar dari bibir Ellisya. “Gue tahu lo sengaja pake banget, iya 'kan?”
“Alesan aja lo! Lagian ini kan Daddy yang ulang tahun, kenapa harus pake balon-balon kayak ulang tahun bocah gini sih?!” ucap Ellisya berungut-sungut. Rupanya tidak hanya balon saja yang meletus, tapi emosi gadis bernama Ellisya tersebut juga ternyata sedang meletus, meledak lebih tepatnya.
“Biar lebih rame aja Ell,” sanggah Allisya yang sejak tadi hanya menjadi pendengar.
“Lo kira ini acara apaan pake rame segala.”
“Udah sih, bawel amat,” lerai Bisma yang sudah mulai jengah dengan kecerewetan Ellisya.
Selalu saja, sikap Ellisya dan Bisma membuat Allisya tidak habis pikir. Ibarat kata, mereka bak air dan api yang tidak memiliki kemungkinan untuk disandingkan dalam waktu bersamaan.
Ponsel yang bergetar mengubah alih fokus Allisya yang tadi sempat memperhatikan antara Ellisya dan Bisma.
Kak Zeo Jaga jarak sama cowok itu
Meraih ponsel yang tergeletak di lantai, Allisya mengetikkan pesan balasan.
Anda Apaan deh Kak, aku udah sering deket sama Bisma
Baru saja akan diletakkan kembali, ponsel itu kembali bergetar.
Kak Zeo Sekarang gak boleh keseringan Inget udah ada yang punya
Rona merah mulai menjalar ke pipi Allisya. Pesan singkat yang mampu membuat hati Allisya melemah seperti es yang mencair karena dipanaskan.
Anda Iyah😊
Kak Zeo Good girlfriend 😚
Allisya mengambil jarak dari tempat yang ia ambil tadi. Gadis itu berdiri agak jauh sambil berkacak pinggang mengamati hasil karyanya.
Perfect!
Sekarang hanya tinggal menunggu waktu dan semuanya akan berjalan dengan lancar.
Mata Allisya berbinar memancarkan kebahagiaan. Semuanya benar-benar sempurna. Andai saja disini masih ada sosok sang ibu, maka tidak ada yang Allisya harapkan lagi. Tapi Allisya juga tidak ingin menentang takdir dengan menyalahkan keadaan yang membuatnya kehilangan sosok sang ibu. Yang perlu gadis itu lakukan sekarang adalah bersyukur dan menikmati setiap detik yang berlalu.
Ketika menghidupkan lockscreen pada ponselnya, Allisya baru sadar kalau ia belum membalas pesan yang dikirim Zeo terakhir tadi. Ya meskipun isi pesan itu terkesan tidak perlu membutuhkan sebuah balasan, tapi setidaknya Allisya akan membalas meskipun sekedar pesan berisi ingatan untuk Zeo agar tidak telat makan.
Cowok satu itu memang dirasa Allisya susah sekali untuk mengatur pola makan. Bahkan jika tidak diingatkan, Zeo bisa melewatkan jam makannya sendiri. Aneh memang, apa perutnya tidak berbunyi dan keroncongan jika tidak diisi?
Anda Kak, jangan lu—
“ALLISYA!”
Allisya terlonjak kaget saat mendengar teriakan membahana tersebut. Astaga, adik kembarnya itu sepertinya memang diciptakan mempunyai keistimewaan di bagian suara.
Sejenak Allisya saling tatap dengan Bisma sepersekian detik. Berikutnya, mereka berdua bergegas menuju ke asal sumber suara Ellisya.
“Ell, kenapa?”
***
Allisya bisa bernapas lega ketika sudah mendapatkan barang yang dicari. Dilirknya jam tangan putih yang bertengger di pergelangan tangannya. Pukul 15.15 wib.
Saat membuka pintu toko, hawa dingin menusuk kulitnya yang tidak tertutupi. Tetesan air yang jatuh dari langit membuat Allisya terjebak di beranda toko.
Sambil menunggu hujan sedikit reda, Allisya menelisik ke arah jalan yang terlihat sedikit lengang. Tamatlah riwayatnya sekarang. Tidak ada taksi lewat. Sementara ia harus tiba di rumah secepat mungkin.
Dirogohnya ponsel yang berada di kantong celananya. Allisya mencoba memesan layanan taksi online. Tapi memang sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada Allisya karena ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia cari.
Bahu Allisya luruh. Udara semakin terasa dingin dan waktu terus berjalan seolah tidak mengizinkan Allisya berlama-lama menunggu di depan toko itu.
Ketika sudah tidak menemukan cara agar ia bisa pulang secepatnya, Allisya teringat dengan Zeo. Sejenak keraguan melintas di kepalanya saat akan menghubungi cowok itu, tapi Allisya tidak punya pilihan lain.
“Hallo,” sapa suara di seberang sana ketika panggilan telah terhubung.
“Kak, lagi dimana?” Allisya mundur beberapa langkah ke belakang ketika ada orang yang berlari ke arah tempatnya berdiri untuk berteduh.
“Di rumah, kenapa?”
Jeda sepersekian detik saat keraguan kembali menyergap diri Allisya.
“Allisya?”
“Hm, iya Kak?”
“Lo lagi dimana? Kenapa berisik banget?”
Allisya melihat jam di pergelangan tangannya kembali. Ternyata sudah sepuluh menit ia berdiri disitu.
Berdehem sejenak, lalu, “Kak, bisa minta tolong jemput aku?”
“Share loc sekarang.”
Panggilan langsung terputus. Setelahnya Allisya mengirim pesan berisi lokasi keberadaanya kepada Zeo.
☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆
Lagi semangat2nya banget nulis sampe rasanya banyak banget isi kepala gw😧 Pengen digarap, tapi kayak masih ragu antara bisa apa enggak sementara cerita ini aja masih belum kelar
Jadi ada sekitar 3 cerita yg mau aku kerjain, semoga aja terealisasikan