63. It's Truly Ending

335 18 9
                                    

Yup, benar guys
Inilah endingnya
Pendek memang, cuma 600+ words
Mau aku gabungin sama yg onoh terlalu kebanyakan, jadi semog kalian puas dengan sekelumit kalimat yang mengantarkan pad akhir dari perjalanan kisah AlZeo

Happy reading:)

Allisya semakin menyusuri halaman belakang. Ini bukan kali pertama ia melihat halaman belakang dari rumah ini. Sebelumnya, sempat beberapa kali ia menemani Zeo latihan seorang diri bermain basket di halaman belakang ini. Dan benar saja, sekarang cowok itu terlihat bermain basket seorang diri.

Bola yang sempat masuk ke dalam ring itu memantul beberapa kali dan menggelinding tepat di depan kaki Allisya. Gadis itu berjongkok dan mengambil bola tersebut. Tampak Zeo berbalik dan sedikit terhenyak mendapatinya sedang berdiri dengan bola basket di tangan.

Zeo bergerak ke arah Allisya. Mengulurkan tangan hendak meraih bola di tangan Allisya. Namun cepat-cepat, Allisya mengangkat bola itu tinggi-tinggi.

“Siniin. Gak usah ganggu,” kata Zeo datar masih sambil menjangkau bola.

“Kak Zeo gak mau bilang sesuatu gitu?”

“Gak,” jawab Zeo cepat. Membuat Allisya memberenggut kesal dan melempar bola asal.

Dia berdecak lalu beralih. Malas saja menghadapi Zeo yang masih dalam Childish mode on seperti saat ini.

“Ambekan banget sih.”

Zeo sudah mendekap Allisya erat dari belakang. Menghidu aroma yang ia rindukan. Rasanya seperti mimpi bisa mendekap tubuh kurus Allisya. Ia bahkan tidak memikirkan hal lain selain mendekap Allisya agar tidak akan pernah pergi lagi.

Allisya membalikkan tubuh menghadap Zeo. “Kak Zeo mau aku kembali?”

“Apa perlu aku jawab?” Zeo bertanya balik.

“Enggak. Aku udah cukup tahu.”

Zeo mengusak rambut Allisya, “Smart girl.”

Mereka berdua saling beradu pandang seraya tersenyum hangat. Menatap netra masing-masing dengan iris yang berbeda warna.

“Jadi alasan apa yang buat kamu kembali?”

Dengan manja Allisya mengalungkan tangannya ke leher Zeo. “Pertama, karena aku cinta sama Kak Zeo.” Zeo makin melebarkan senyumnya. “Kedua, karena Tante Nathalie yang bujuk aku.”

Mata Zeo menyipit. Alisnya menukik ke bawah. “Aku mohon-mohon sama kamu, kamu gak mau kembali. Kenapa giliran orang lain yang bujuk kamu langsung mau?”

“Tante Nathalie bukan orang lain. Beliau Mama kamu,” Allisya sengaja menjeda. Membuat Zeo menunggu tidak sabar kelanjutan kalimatnya. “...dan beliau juga orang yang sudah aku anggap sebagai Mama aku sendiri.”

“Maksud kamu?”

“Kak Zeo ingat sama Tante Nath yang sering aku ceritain?” Allisya bertanya dan Zeo mengangguk kemudian. “She is the same woman with your Mom.”

“J—jadi...”

“Jadi kesimpulannya selama ini aku udah kenal sama Mama kamu disaat kamu sendiri gak pernah ngenalin Mama kamu ke aku.”

Zeo meringis mendengar sindiran yang dilayangkan Allisya barusan. Pasalnya mereka dulu pernah bertengkar karena hal itu.

“Dunia sesempit itu ya?” kekeh Allisya. Allisya menghela napas. Menyandarkan kepalanya di dada Zeo kemudian. “Kak Zeo harus berusaha maafin Mama Kak Zeo. Kalo Kak Zeo aja gak mau nerima Mama kandung Kak Zeo sendiri, aku mungkin juga gak bisa nerima Kak Zeo lagi. Seperti yang udah aku bilang, kalau aku udah anggap Tante Nathalie seperti Mama aku.”

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang