28. Merindukan Purnama

164 18 0
                                    

Jangan lupa play lagu di mulmed
Happy reading:)

Setelah menghabiskan waktu sekitar seminggu liburan di rumah, akhirnya Allisya harus kembali menjalankan rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Seminggu ini ia mendapatkan libur karena kelas XII sedang melaksanakan ujian nasional. Selama seminggu itu pula hubungannya dengan Bisma sudah kembali seperti sedia kala. Cowok itu berkunjung ke rumahnya setiap di akhir pekan. Sementara sisa harinya Allisya habiskan bersama dengan wanita yang selalu menyebutnya dengan sebutan "Angel".

Dan disinilah Allisya sekarang berada. Di lorong sekolah yang panjang membentang. Gadis berambut panjang itu kesulitan untuk mencapai kelasnya karena sepanjang lorong ramai oleh siswa lain yang turut mengucapkan selamat kepada kakak kelas mereka. Banyak yang membawa buket bunga, mengajak foto bersama atau hanya sekedar memberikan ucapan selamat.

Dengan rela berdesakan untuk menembus kerumunan, Allisya berjalan perlahan melewati satu persatu siswa yang sudah seperti antrian sembako. Tapi sepertinya usaha yang dilakukan Allisya justru membuat gadis itu terdorong kesana kesini. Membuat keseimbangan tubuhnya tidak terjaga dan tersentak oleh tubuh siswa lain.

Menyadari bahwa semakin dirinya berjalan lambat akan membuatnya semakin kesusahan, Allisya mempercepat langkahnya. Sesekali ia akan memiringkan tubuh supaya tidak bertubrukan dengan tubuh anak lain.

"Putri All, lewat sini."

Allisya menolehkan kepalanya Sembilan puluh derajat bersamaan dengan tangannya yang ditarik. Maka ia pun tidak bisa menepis dan hanya bisa mengikuti arah gerak orang yang menarik itu.

Dan setelah diperhatikan dari belakang, Allisya sadar bahwa orang yang telah menariknya menjauh dari sesak padat anak lain itu adalah Ridho. Kakak kelasnya yang juga sudah pasti mendapatkan hujaman ucapan selamat.

"Aduh... Putri All kenapa harus lewat situ sih? Jadi kegencet sama yang lain kan?"

Allisya hanya bisa mengulas senyum ketika Ridho melontarkan kalimat panjang itu. Kemudian hening. Tidak ada percakapan selanjutnya. Yang ada hanyalah kebisuan diantara mereka sebelum akhirnya Allisya memutuskan memecah keheningan itu.

"Selamat Kak," ucapnya.

Ridho hanya bisa mengernyit bingung. Pasalnya disitu ia tidak hanya berdua saja dengan Allisya. Melainkan juga ada Zeo yang bersandar pada dinding tidak jauh dari posisinya dan Allisya.

Dan juga, gadis di depannya ini tidak menyebutkan kata lain setelah kata "Kak" yang terucap. Membuat kalimat itu tidak jelas ditujukan kepada siapa.

Kecanggungan kian terasa tatkala tidak ada yang bersuara. Allisya menunduk menatap ujung sepatu yang gadis itu pakai dengan jari yang saling memilin satu sama lain.

Sementara disisi lain, Ridho melarikan padangannya secara bergantian dari Allisya ke Zeo. Kembali lagi Allisya lalu ke Zeo lagi. Dan dari situ ia sadar bahwa ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang membentang diantara mereka. Membuat jarak tercipta dan situasi tak lagi sama seperti semula.

Hati Allisya meringis sakit ketika melihat sosok itu berlalu tanpa menatapnya. Menatap saja tidak, apalagi bertukar sapa dan kabar? Allisya tahu benar bahwa ini memang salahnya. Ia salah karena mempermainkan perasaan Zeo. Dan Allisya tidak tahu apakah ia menyesal dengan keputusan yang telah ia buat atau sebaliknya.

"Zeo!" teriak Ridho memanggil Zeo yang berlalu. Kemudian ia menatap pada Allisya. "Putri All, gue duluan ya... dan oya jangan lupa datang ke acara perpisahan kita."

Allisya tahu betul bahwa Zeo sangat kecewa atas dirinya. Tapi ia juga tidak bisa berbuat lebih. Ini yang terbaik, pikirnya. Meskipun terkadang apa yang menurut kita baik belum tentu dipandang sama oleh orang lain.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang