Jangan lupa play lagu di mulmed gengs
Happy reading:)Zeo turun dari mobil diikuti Allisya dan Ridho. Mereka bertiga menuju ke tempat yang sudah menjadi tempat perjanjian.
Zeo berjalan dengan tangan yang menggenggam tangan Allisya. Membuat Ridho jadi senewen sendiri.
Ketika mereka sudah sampai disana, ternyata semua orang sudah berkumpul dan tinggal menunggu kedatangan mereka.
“Kamu tunggu disini ya.” Zeo berkata sambil mengusap puncak kepala Allisya. Lalu berlari menuju ke tengah lapangan menyusul teman-temannya dan juga sang pelatih.
Allisya menonton Zeo berlatih dari jauh. Tinggal dua hari lagi cowok itu beserta timnya akan bertanding di tingkat Nasional. Untungnya, ulangan akhir semester di sekolah sudah selesai, jadi Allisya bisa menonton secara langsung dan memberi dukungan untuk Zeo.
Lapangan yang digunakan kali ini adalah lapangan indoor. Sengaja dipilih agar tidak menguras tenaga lebih karena diguyur terpaan sinar matahari secara langsung.
Sesekali Allisya memotret ketika Zeo berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Mengagumi hasil jepretannya sendiri.
Tidak pernah terlintas di benak Allisya bahwa ia akan menjadi pacar dari seorang Zeo Angkasatama. Cowok popular di sekolah yang memiliki banyak penggemar. Tampan, keren, dan jago di bidang basket membuat Allisya berpikir ulang bahwa di mimpi terindahnya sekalipun ia tidak pernah menyangka hal ini akan benar-benar terjadi kepadanya.
Apalagi ia adalah hanya seorang cewek yang tidak terlihat kehadirannya di sekolah. Cewek yang tidak pandai menjalin hubungan dengan teman sekolah dan hanya berteman dengan buku-buku pelajaran.
Memang tidak pernah ada yang tahu cara takdir Tuhan bermain. Allisya tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Zeo di taman kala itu akan membawanya ke cerita indah saat ini.
Allisya melemparkan senyum ketika di tengah lapangan sana Zeo juga melakukan hal yang sama. Tetesan keringat terlihat jatuh dari dahi dan juga pelipis milik cowok itu.
“Oke. Break sebentar!” Teriak sang pelatih mengomando anak-anak didiknya.
Zeo berlari ke arah Allisya yang duduk di tribun penonton. Menselonjorkan kaki dan menengadahkan kepalanya sambil mengatur laju napas yang masih ngos-ngosan.
“Minum dulu Kak.” Allisya menyodorkan sebotol air mineral kepada Zeo.
“Makasih.” Zeo menenggak air tersebut langsung dari botol hingga tandas. Menandakan seberapa kerasnya latihan timnya kali ini.
Allisya mengambil handuk kecil yang berada di dalam tas milik Zeo. Menyeka keringat di sekitar dahi yang masih tersisa bulir-bulir air disana.
“Mau dong dilapin juga.” Teriak Ridho dari bangku yang berjarak dua baris di bawah tempat yang Allisya dan Zeo duduki.
Zeo mengambil handuk tadi dari tangan Allisya dan melemparya, “Lap sendiri tuh!”
“Kak…” Ingat Allisya.
Di bawah sana Ridho memeletkan lidahnya mendengar Allisya membelanya. Bukan membela juga sih, tapi lebih tepatnya melerai.
Nyaring bunyi peluit mengejutkan semua orang yang berada disana. Semua pemain segera beranjak dari istirahatnya dan siap kembali untuk berlatih.
Allisya masih setia memperhatikan Zeo. Menunggu tanpa bosan.Sesekali ia mengalihkan perhatiannya pada ponselnya seperti saat ini. Allisya berniat akan memposting foto hasil candid-nya di akun instagram miliknya. Sudah lama ia tidak memposting foto. Terakhir kali adalah beberapa bulan lalu saat ia meng-upload sebuah tulisan tangan—ralat—ukiran tangan Allisya tentang tanggal peresmian hubungannya dengan Zeo.
“Semoga lelahmu membuahkan hasil seperti yang diharapkan.”
Kurang lebih begitulah caption yang Allisya tulis untuk foto yang cewek itu unggah di postingan kali ini. Detik berikutnya ia kembali memfokuskan matanya memperhatikan Zeo dan teman-temannya di bawah sana.
Tiga puluh menit setelahnya, latihan itu selesai. Setelah mendapat beberapa nasihat dari sang pelatih, mereka membubarkan diri.
“Lo balik bareng sama yang lain. Gue mau nganterin Allisya.” Kata Zeo yang berjalan bersisian dengan Ridho.
“Ehh kok gitu? Berangkat bareng ya pulang harus bareng juga dong.”
“Lo tau?” Zeo menatap Ridho sekilas, “Kalimat lo barusan pantesnya lo bilang ke cewek bukan ke gue.”
Zeo menarik salah satu sudut bibirnya. Menyeringai dan mengejek temannya satu itu, “Kelamaan sendiri kayaknya bikin lo makin memprihatinkan deh.”
Mulut Ridho terbuka tapi tidak ada satupun kata-kata yang mampu terucap. Melongo seperti patung yang tidak bisa bergerak.
“Rega, gue bareng lo!”☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆●☆
Susah banget ya buat dapet attention dari readers😓
Udah berapa lama gak update karena nunggu target tapi gak kesampaian
Sengaja pendek, biar tau kalo author nya masih mau lanjutin cerita ini
See ya, velable♡
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZeo [Completed]
Teen Fiction"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence "Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama "Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence "Jadi lo ngga...