31 ~ Sakit

679 69 0
                                    

Author pov.

Yera membuka matanya yang terasa bengkak. Kepalanya sangat berat.

"Udah bangun?"

Yera tersentak kaget. Ia menengok ke kanan. Ada Jihoon.

"Dek, lo gapapa?" tanya Jihoon.

Yera hanya diam. Masih mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat Jihoon yang sudah memakai seragam sekolah.

"Badan lo panas, dek. Kayaknya hari ini gak usah sekolah aja. Istirahat dirumah aja."

Tak bisa dipungkiri, Yera memang merasa tak enak badan. Tapi ia ingin sekolah.

"Adek gapapa kok, Bang. Gue mau sekolah." kata Yera lirih. Suaranya serak, faktor baru bangun.

"Gak boleh. Lo diem aja dirumah, istirahat. Mama sama Papa, semalem pamit sama gue mau keluar kota, katanya. Mereka udah berangkat tadi subuh."

"Kenapa gak izin sama adek?" tanya Yera pelan.

"Lo tidur, dek. Mama sama Papa gak tega bangunin. Mereka juga gak bakal lama. Paling lusa pulang. Makanya, sekarang nurut sama gue. Kalo sakitnya tambah parah, ntar gue juga yang susah."

Yera ngedengus.

"Ok."

"Ya udah. Nih, makan buburnya sebelum tambah dingin." kata Jihoon sambil nyodorin semangkuk bubur.

Yera naikin sebelah alisnya.

"Lo yang buat, Bang? Lo kan... gak bisa masak?"

Jihoon mendesah.

"Huft- Emang. Itu Chandra yang bikin, bukan gue."

"Chandra? Chandra disini?"

"Nggak. Dia udah pulang tadi. Semalem dia nginep disini." jelas Jihoon.

Yera mengangguk.

"Oh."

"Ya udah cepet makan."

"Hm. Shh, dasar bawel."

Yera memakan buburnya. Sedangkan Jihoon nungguin.

"Gak berangkat?" tanya Yera.

"Gak. Nungguin lo selesai makan dulu, baru berangkat. Lagian, gue gak yakin lo bakal minum obat abis ini."

Yera mendengus.

"Iya iya."

Akhirnya Yera memakan buburnya lagi. Setelah selesai, Yera meminum obatnya.

"Udah. Sekarang lo tidur, istirahat. Abang mau ke sekolah dulu. Ntar, langsung pulang kok. Kalo ada apa-apa telfon Abang, ok?"

"Okey."

Yera cemberut.

Akhirnya Jihoon pun berangkat ke sekolah. Yera masih terdiam, ia mencoba meredakan sakit dikepalanya, cukup lama.

Sepertinya obatnya mulai bereaksi. Sehingga Yera mulai mengantuk. Pada akhirnya Yera memilih untuk tidur saja, daripada nanti malah bosen diem terus.

Skip.

Pukul tiga sore. Yera terbangun dari tidurnya karena suara berisik dari luar.

"Ugh." keluh Yera. Kepalanya masih pusing. Namun, tidak terlalu seperti tadi pagi.

Yera melihat jam breaker nya. Ia berpikir suara berisik tadi itu Jihoon yang udah pulang sekolah.

Yera ingin beranjak dari kasurnya, berniat untuk mengambil minum, tapi badannya masih terasa lemas, jadi ia memilih untuk merenggangkan badannya dulu. Ia mendudukan dirinya, menyandarkan punggung serta kepalanya ke kepala ranjang.

"Loh? Yera? Udah bangun?"

Yera tersentak kaget. Ia menengok kearah pintu yang memang daritadi sedikit terbuka.

"Kak Aldy? Ngapain disini?" tanya Yera bingung dengan suaranya yang masih saja serak.

Aldy senyum, dia berjalan menghampiri Yera, "Gue niatnya mau nengok lo sekalian main sama Abang lo. Tapi tadi lo masih tidur, karena gue gak mau ganggu, jadi gue diemin aja lo supaya istirahat cukup."

Yera mengangguk lemah, "Oh gitu..."

"Hm. Gimana keadaan lo sekarang? Udah baikan?" tanya Aldy sambil menyentuh dahi Yera pake punggung tangannya. Ia kini duduk dipinggir ranjang Yera.

Yera tersenyum, "Lumayan, Kak. Btw, makasih udah jenguk."

"Santai aja. Lagian, yang lainnya juga ada diluar."

"Yang.. lainnya?"

Iya, yang lainnya maksud Aldy itu teman-temannya yang siapa lagi kalo bukan Daniel, Chandra, Raka. Oh, jangan lupa ada Kesya, Sassy, dan juga Lala.

"Hu'um. Yang lainnya. Mereka juga mau jenguk lo katanya."

Yera terdiam. Aldy mengangguk-anggukan kepalanya, ia mengerti.

"Tenang aja, kalo lo gak mau ketemu sama Raka, gue bakal bilang kok. Gue tau lo juga butuh waktu, Ra."

Yera menatap Aldy dalam. Dahinya mengerut.

Aldy tertawa, ia berpikir ekspresi Yera sangat lucu. "Iya, gue udah tau semuanya."

Yera mendesah, ia mengangguk.

"Ra, lo sakit pasti gara-gara mikirin yang kemarin, kan? Untuk sekarang, mending jangan mikirin apa-apa dulu, ntar lo tambah drop."

Yera senyum lagi. Yera berpikir, apakah Aldy cenayang sampai bisa tau semuanya? Disamping itu, Aldy sangat baik padanya, ia tipe cowok perhatian, "Hm. Makasih, Kak."

"Lo cantik kalo senyum, Ra. Jadi, jangan sedih, ok?"

Yera diam, memproses apa yang Aldy katakan. Pipinya memanas.

"A-apaan sih, Kak. Ngerdus ihh." kata Yera yang kini mukul pelan lengan Aldy, dia malu guys.

Aldy terkekeh, "Kalo misalnya lo butuh jasa curhat, lo bisa hubungi gue, ok? Jangan nyimpen semuanya sendiri, gue jamin dengan lo curhat sama gue, lo gak akan nyesel, semuanya memuaskan."

Yera tertawa, "Lo lucu ya, Kak. Oke, oke. Ntar gue bakal hubungin lo deh. Makasih udah hibur."

"Santai aja. Jangan makasih mulu, ntar gue nya kekenyangan."

Yera tertawa lagi. Maklumi lah, dirinya sedang dalam mode receh.

"Kak, gue boleh minta sesuatu gak?" tanya Yera.

"Oh, tentu. Lo mau minta apa? Minta gue buat ngobatin hati lo? Boleh kok, apa aja."

"Ihh apaan sih, Kak. Bukan ituu. Serius." rengek Yera.

Gue serius, Ra.

"Ya udah. Apaan?"

"Yera haus, Kak. Tolong ambilin gue minum, boleh? Gue gak mau ketemu sama Kak Raka." ucap Yera yang melirih diujung kalimatnya.

"Okey. Gue ambilin dulu ya." kata Aldy sambil ngusak-ngusak rambutnya Yera.

Author pov end.






~TBC~

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang