66 ~ Maaf

452 37 3
                                    


"Park Yera." panggil Chandra. Langkah Yera terhenti.

"Lo ngelangkah lagi, detik itu juga lo bukan siapa-siapa gue."

Deg.

Yera terdiam. Jantungnya berdetak kencang. Apa itu artinya Chandra memutuskannya? Hanya karena ini? Sungguh, Yera tak habis pikir. Apa yang telah di lakukan oleh Gita pada Chandra hingga Chandra sekeras ini?

Setelah lama terdiam ditempat, Yera berbalik. Menatap sendu Chandra untuk beberapa saat yang cukup lama. Yera melangkah mendekati Chandra membuat Chandra tersenyum tipis.

Yera tersenyum pada Chandra lalu dengan tiba-tiba memeluk Chandra membuat Chandra tertegun. Namun ia membalasnya. Sedangkan Gita disana merasa panas, dan memicing menatap tak suka keduanya, oh lebih tepatnya Yera.

Setelah lama dalam posisi seperti itu. Akhirnya Yera melepaskan pelukannya. Ia kembali menatap Chandra.

"Maaf." ucapnya membuat Chandra mengernyit heran.

"Ra-"

Belum sempat Chandra mengatakan sesuatu, Yera sudah lebih dulu berbalik, pergi dari sana membuat Chandra sakit hati.

Chandra mengepalkan tangannya. Menatap lurus ke depan. Sedangkan Gita yang sedari tadi diam, tersenyum senang. Dengan cepat mengubah raut wajahnya.

"Kak," panggil Gita.

Chandra diam tanpa menjawab.

"Kak Yer-"

"Ayo." potong Chandra yang kemudian memasuki mobilnya. Gita mengikutinya- duduk disamping Chandra.

"Mau kemana, Kak?"

"Susul Yera."

Gita tersentak. Ia mengernyit tak suka. Ini diluar rencana. "Eh kok disusul, Kak?"

"Kenapa emang?"

"Ya- ya gapapa. Tapi kan Kak Yera udah nentuin pilihannya. Dan dia milih pergi. Kenapa Kakak mau nyusul Kak Yera? Kak Yera udah jahat juga sama Kakak." ucap Gita beralasan.

"Tapi- gimana kalau Yera kenapa napa?" monolog Chandra pelan.

"Ya itukan pilihan dia! Lagian, Kakak juga udah bukan siapa-siapa dia." lancang Gita.

"Tapi gue udah janji sama Bang Jihoon buat jaga Yera."

Gita meringis. Dirinya mencari akal. Dirinya berpura-pura mengecek handphone. "Duh Kak. Mama aku udah nyariin. Dia lagi butuh bantuan. Bisa tolong anterin aku dulu gak?" tanya Gita pelan.

Chandra berpikir sejenak. "Oke."

Lantas, ia melajukan mobilnya.

***

Yera berjalan tergesa di trotoar jalan. Menundukan kepalanya. Mengigit bibir bawahnya.

'Maafin gue, Chan.' batinnya.

Yera menghentikan jalannya. Menghela nafas. Sebenarnya ia agak ragu untuk melanjutkan jalannya. Inginnya memutar arah dan kembali pada Chandra, tapi ya dirinya juga sudah terlanjur janji pada Tiwi.

Yera menegakkan badannya. Mengambil handphone dan membukanya, kemudian melanjutkan jalannya.

Yera berjalan ke arah halte bus. Mendudukkan dirinya dikursi. Tidak, dirinya tidak sedang menunggu bus. Hanya berniat duduk sejenak.

Setelah dirasa cukup, Yera berdiri. Membuka handphone nya berniat menghubungi Tiwi sebelum ada seseorang yang menepuk bahunya.

Pukk.

"Eh unta!" latah Yera. Refleks dirinya berbalik.

"Eh bang. Jangan ngagetin gitu dong." gerutu Yera pada orang yang menepuk bahunya, hanya dua orang laki-laki yang terlihat seperti preman? Entahlah.

"Ikut gue yuk." ucap salah satu dari mereka.

Yera mengernyit jijik. "Lo ngomong sama gue?"

"Iya lah. Masa sama setan."

"Oh iya kan yang setan disini cuma yang di depan gue ya." kekeh Yera santai.

"Maksud lo kita?"

"Ups. Gue gak bilang loh. Ternyata nyadar diri." ucap Yera pelan.

"Belagu banget bocah. Lo berani sama kita?"

"Loh sesama manusia, kan? Eh iya emang lo pada manusia."

"Sialan." umpat salah satu dari mereka lalu mencengkram bahu Yera membuat Yera meringis.

"Aw. Yang lembut dong sama cewek!" pekik Yera.

"Ya udah gini. Kita ngomong baik-baik nih. Lo ikut sama kita."

"Loh ngapain gue ikut sama kalian. Sorry aja nih ya pak botak, gue gak kenal kalian dan ya mending kalian jauh-jauh dari gue. Gue alergi."

"Kita gak nerima penolakan loh."

"Ya terus? Masalah sama gue?"

"Bocah sialan lo. Di baikin malah ngelunjak. Seret aja lah." ucap salah satu dari mereka yang diangguki temannya. Keduanya beralih memegang kedua tangan Yera dengan kuat lalu menyeretnya dengan kasar.

"Eh woi jangan pegang-pegang. Anjir, sakit." pekik Yera dengan memberontak.

"Jangan berontak. Nurut aja. Selagi lo jadi anak baik, kita gak bakal ngapa-ngapain."

"Tai. Gak bakal ngapa-ngapain apanya. Ini kenapa gue diseret. Lo berdua mau nyulik gue?!"

"Berisik bangsat."

"Lepasin gue brengsek. Gue teriak nih."

"Terserah."

"MAMAAA. TOLONGIN YERA. TOLONGGG-hmppt." teriakan Yera tertahan karena mereka membekapnya.

"Berisik. Gak bakal ada yang denger jugaan."

"Masuk."

Mereka menyuruh Yera memasuki sebuah mobil.

"Gak mau." celetuk Yera yang kini tangannya tetap dicengkraman mereka. Ia menahan diri untuk tidak masuk kedal mobil itu.

"Mas-"

"GAK MAU BANGSAT." pekik Yera kencang.

Salah satu dari mereka memukul tengkuk Yera membuat kesadaran Yera menghilang.

~TBC~

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang