72 ~ Tersangka

523 42 1
                                    


"Yera!!"

Chandra bergegas menghampiri Yera yang terkulai lemas, seperti tak bernyawa. Dan bertepatan dengan itu, Raka dan Aldy datang menghampiri mereka, dan kaget setelah melihat keadaan disana.

Sedangkan disamping itu, Chandra panik melihat Yera.

"S—sakit— Chan." lirih Yera tergagap, cairan bening itu mengalir begitu saja dalam diam. Mencengkram erat tangan Chandra, melampiaskan rasa sakitnya.

Chandra terpanik dan segera mengangkat tubuh lemah Yera untuk ia bawa keluar tentu saja.

"Bentar Ra. Tahan oke." ucap Chandra. Berjalan dengan tergesa setelah memberi kode kepada Aldy untuk ikut dengannya dan membiarkan sisanya pada Jihoon dan Raka.

Mereka bertiga memasuki mobil dengan Aldy yang menjadi supir. Mobil itu melaju cepat seiring dengan pegangan Yera pada Chandra yang semakin melemah. Chandra dan Yera berada di jok belakang dengan Chandra yang duduk dan Yera yang terbaring dengan paha Chandra sebagai tumpuannya.

"Yera.., hei." sahut Chandra.

Yera total lemas. Bahkan mata sayu nya seakan menghianatinya untuk tetap terbuka.

"Ra..," panggil Chandra lagi. Yera tak menjawab, dirinya terlampau lemah.

"Tahan ya. Jangan tidur dulu."

Yera tak membalas. Ia hanya menatap sayu Chandra. Jangan lupakan nafasnya yang memberat.

"Bang, lebih cepet." ujar Chandra tergesa.

"Iya Chan. Ini udah maksimal. Gue gak tau daerah sini. Tapi gue udah nemu rumah sakit terdekat."

Chandra mengangguk, kembali memusatkan atensi pada Yera. Menyugar rambut Yera kebelakang dengan kemudian mengusapnya, beralih mengusap darah yang berada didagu Yera. Yera tersenyum tipis mendapat afeksi manis dari Chandra, berusaha mengatakan sesuatu.

"C—Chan..," bisiknya lirih. Hampir tak dapat didengar. Membuat Chandra menunduk dan mendekatkan telinganya pada mulut Yera. "Hm?"

Tersenyum kala mendengar jawaban lirih Yera, "Peluk."

Chandra mengangguk dengan kemudian mendekap kepala Yera di dada bidangnya, mampu mengotori kaos putih yang dilapisi jaket itu hingga berwarna darah.

***

Semua— Mama Park, Papa Park, Sassy, Kesya, Lala, Tiwi, Jihoon dan Raka pun sudah menyusul ke rumah sakit, sedangkan para penjahat itu telah ditangani oleh polisi.

Sudah sekitar tiga jam Chandra berada disana, namun tak ada tanda-tanda dokter yang menangani keluar. Chandra kembali setelah menerima panggilan telpon.

"Kenapa Chan?" tanya Jihoon.

Chandra menghela nafas. "Pelakunya udah ketemu, dan udah dipastikan."

"Siapa?" tanya Papa Park.

Chandra terdiam sejenak. Melirik Tiwi membuat yang lainnya juga terfokus pada Tiwi.

"A-apa? Bu-bukan aku kok om."

"Mana ada maling jujur."

"Loh serius bukan gue Kak!" sergah Tiwi lantang.

Chandra menghela nafas. "Tapi kata polisi, lo yang nyuruh para penjahat itu buat nyekap Yera dengan imbalan, uang?"

"Apa? Nggak, itu nggak bener. Lagian gue gak punya apa-apa. Jangan kan uang buat kayak gitu an, buat makan gue susah Kak." ucap Tiwi dengan nada berantakan.

"Jangan mengelak Tiw."

"Jadi, lo nyuruh Yera buat ketemu sama lo kemarin, itu buat ngejebak Yera? Terus lo malah nuduh Gita dan bantu kita cari Yera supaya lo gak ketauan, gitu?" timpal Lala.

"Nggak! Demi apapun, gue gak berniat sejahat itu sama Kak Yera!" pekik Tiwi.

Chandra kembali menghela nafas. "Udah lah. Lo jelasinnya nanti aja di kantor polisi. Mereka lagi dijalan buat kesini. Tenang aja, kalau lo gak salah, lo bakal bebas."

Selaras dengan perkataan Chandra, beberapa menit kemudian ada dua polisi yang menghampiri mereka.

"Saudari Tiwi, tolong ikut kami ke kantor polisi."

Tiwi terdiam. Menatap sedih Chandra dan yang lainnya. "Gue gak salah, Kak, Tante, Om." ucapnya pelan.

Kedua tangannya dipegangi seolah ia akan kabur jika lengah sedikit saja. Tiwi dengan pasrah mengikuti polisi itu. Saat melewati Sassy, ia berhenti sesaat.

"Kak Sassy, lo pasti tahu gue gak salah kan." ucapnya, setelahnya ia pun pergi dari sana.



~TBC~

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang