53 ~ Perjalanan hari ini.

506 52 0
                                    

"Ch-chan." lirih Yera. Chandra tetap terdiam. Yera menatap takut-takut Chandra yang diam saja.

Yera setengah bangkit. Ia menepuk kencang pipi Chandra beberapa kali.

"Chandra! Woi! Chandra! Serius anjir, jangan bercanda! Gue gak suka."

Namun Chandra tak memberi respon, membuat Yera semakin kalut. Wajahnya memerah menahan tangis. Dirinya shock tentu saja.

"Chandra!"

Yera melihat sekeliling. Sangat sepi. Ada apa? Kenapa sepi sekali? Padahal tadi masih terlihat adanya kehidupan disini. Saat Yera masih melihat sekeliling untuk mencari bantuan, sialnya bukan bantuan yang ia dapat, melainkan penglihatannya yang melihat lima preman tadi sedang berjalan kearah mereka berdua. Yang untung masih berjarak jauh.

Apa motif preman itu dengan terus mengejar mereka berdua?
Yera menundukan kepalanya. Seketika ia membulatkan matanya.

Plak.

"Aw shh."

Yera refleks menampar pipi Chandra karena ia melihat Chandra yang menatapnya dengan tersenyum konyol. Tentu saja Yera kaget.

"Sialan. Dasar Churut! Lo bohongin gue, hah! Bangsat ishh." kesal Yera memukul-mukul kecil bisep Chandra.

"Sshh Ra, sakit." lirih Chandra.

"So-sorry. Makanya jangan bercanda! Gak asik tau!"

Chandra bangkit. Terkekeh menatap Yera.

"Abisnya lucu muka lo. Kapan lagi lo khawatir sama gue Ra." ucap Chandra santai.

"A-apa? Gue gak khawatir sama lo ya. Mau lo mati pun gue gak peduli."

"Kasar." dengus Chandra.

Yera tak membalas. Ia berusaha bangkit sepenuhnya, namun tentu saja tak bisa karena kakinya yang terkilir.

"Kenapa?" Chandra membantu Yera berdiri. Menahannya.

"Kaki gue terkilir. Tapi gapapa kok, kayak nya masih bisa jalan."

Chandra berdecak. "Jangan dipaksain."

"Ser--" ucapan Yera menggantung.

"Kenapa?" tanya Chandra heran.

Yera menepuk-nepuk pundak Chandra, lalu menunjuk ke arah belakang Chandra. "Chandra! Preman-preman itu masih ngikutin kita." lugas Yera.

Chandra menengok ke belakang. Ya, para preman tak terlalu jauh berjarak dengan mereka.

"Terus?"

"Ya lari lah, bego. Otak jenius lo di culik nobita ya?!"

Chandra tertawa. Ia berjongkok membelakangi Yera.

"Naik Ra."

"A-apa? Gak usah, gue bisa jalan sendiri."

Chandra menaikkan sebelas alisnya. "Kaki lo sakit, kan? Susah kalau dipaksa in buat lari. Lo mau kita berantem lagi sama tuh preman-preman?"

Yera menggeleng cepat.

"Nggak! Ya-ya udah gue naik." cicit Yera. Ia menaiki punggung Chandra. Mengalungkan tangan ke leher Chandra. Yera menenggelamkan wajahnya dipundak Chandra.

Chandra berjalan dengan Yera di gendongannya.

"Chandra, lari." cicit Yera, suaranya terendam tentu saja. Chandra menurutinya, ia berlari secepat mungkin.

Chandra berlari ke arah gudang terbuka yang sudah tak terpakai. Yera mengernyit bingung, bagaimana bisa Chandra hanya berlari ke gudang terbuka ini?

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang