62 ~ Mengungkap

429 39 0
                                    

"Eh guys. Sekarang hangout, mau gak?"

"Kemana? Kapan?"

"Kemana aja gue ngikut. Udah lama gak main juga. Sekarang aja gimana?"

Yera, Kesya, Sassy dan Lala sedang berada dikantin sekolah. Sebenarnya ini masih jam pelajaran berlangsung. Hanya saja guru-guru nya sedang rapat. Jadi otomatis seluruh kelas jamkos.

"Gue gak janji deh." sahut Sassy.

"Kenapa emang? Lo ada acara Sas?" tanya Lala.

Sassy meringis pelan. "Gue.., ada janji sama Kak Raka."

Kesya mendengus. "Ya elah. Udah punya cowok mah gitu ya. Lupain sahabat sendiri."

"Kayak lo nggak aja Sya." timpal Yera.

Kesya menyengir gaje.

"Emang lo udah official sama Kak Raka, Sas?"

Sassy menggeleng membuat yang lain melongo.

"What?! Kak Raka belum memperjelas status lo?!" pekik Kesya dengan suara cemprengnya.

Lala menutup telinganya rapat-rapat. Sassy sendiri diam menatap Kesya santai. Sedangkan Yera meringis lalu beranjak dari duduknya seolah acuh tak acuh.

'Bukan temen gue. Bukan temen gue.' batin Yera.

Lala menarik Yera untuk duduk kembali.

"Berenti malu-maluin Sya. Ya ampun kasihani muka gue." ringis Yera.

Kesya menyengir. "Abisnya gue kaget."

"Serius Kak Raka belum nge official in status lo? Wah bagus dong. Jadi gue gak single sendiri?"

"Maksud lo jomblo La?" tanya Kesya.

"Single! Bukan jomblo ya."

"Apa bedanya. Sama-sama alone." timpal Yera.

"Jirr. Nyelekit gitu ya."

Kemudian handphone Yera bergetar tanda ada panggilan.

Yera melihatnya. Mengernyit tatkala melihat nama 'Kak Raka' tertera di layar handphone nya. Ketiga teman Yera saling pandang. Hell, mereka juga melihatnya.
Yera menggeser icon hijau.

"Ya?"

"Ra, lo dimana?"

"Maaf?"

Lalu terdengar suara tawa diseberang sana. "Oh iya. Gue Chandra. Pinjem hp nya Bang Raka haha. Jangan bilang lo ngarep Bang Raka yang nelpon lo ya?" tawa Chandra membuat Yera mendelik.

"Ck. Apa?!" tanya Yera sinis. Suaranya meninggi beberapa oktap.

"Widih. Selow, tadi kan gue nanya. Lo dimana sekarang?"

"Kepo lo kayak anjing."

"Kasar woi. Gue tungguin diparkiran sekarang. Gak ada penolakan." ucap Chandra lalu mematikan sambungannya sepihak.

Yera mengernyit menatap kesal handphone nya.

"Kenapa Ra?"

"Kak Raka nelpon lo?"

"Kok lo ngomongnya gitu?"

Yera menatap kesal ketiga temannya yang menghujaminya pertanyaan-pertanyaan.

"Gak ada. Gue mau pergi dulu. Bayarin makanan gue ya." ucap Yera lalu pergi begitu saja sebelum teman-temannya protes.

***

Ditengah perjalanannya menuju parkiran, Yera terhenti ketika Tiwi memanggilnya.

"Kenapa Tiw?"

Tiwi terlihat gugup dan gelisah. "Kak, gue denger kalau Kak Chandra nyuruh lo jauhin gue, kan?"

"Iya. Tapi lo tenang aja. Gue gak bakal turutin Chandra." potong Yera.

"Bukan gitu. Mending lo jauhin gue aja Kak."

"Maksud lo?"

Tiwi menghela nafas. "Gini Kak. Maksud gue itu-- gimana ya, darimana gue jelasinnya."

Yera mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia pun mengajak Tiwi untuk duduk dikursi yang ada dikoridor kelas itu, koridor nya cukup sepi.

"Jelasin dari awal."

"Oke. Jadi gini Kak. Kan dulu waktu gue nyebarin berita fake tentang lo itu, yang lo tau pasti Kak Tzuyu yang nyuruh gue, kan? Waktu itu gue mau bilang kalau bukan Kak Tzuyu yang nyuruh, tapi lo selalu motong omongan gue."

Yera mengernyit. "Oh oke sorry. Terus siapa dong?"

"Lo tau Gita gak Kak? Dia yang nyuruh gue." ucap Tiwi pelan.

Yera terdiam, berpikir. "Gita? Gue gak pernah denger."

"Lo tau kan cewek yang deket sama Kak Chandra akhir-akhir ini? Yang sekarang jadi sekretaris OSIS. Yah, sebenernya dia ikut organisasi karena mau deket sama Kak Chandra." Ada jeda.

"Oh iya, Gita itu sekelas sama gue. Jadi, sebenarnya Gita tuh dari awal masuk sekolah udah suka sama Kak Chandra. Dari pas pertama mpls, soalnya waktu itu yang ngebimbing kita emang Kak Chandra."

"Dan Gita gak suka Kak Chandra deket sama lo, Kak. Lo inget gak waktu lo dihukum sama Chandra? Yang waktu itu ada yang ngunciin lo ditoilet. Itu sebenernya kelakuan Gita, Kak. Terus waktu yang kemarin gak sengaja numpahin air panas dikantin? Itu sebenernya Gita sengaja Kak."

"Oh! Yang kemarin itu yang namanya Gita?"

Tiwi mengangguk. "Lo tau kan, Kak, gue itu miskin. Jadi sebenernya gue suka kena bully geng nya Gita. Waktu itu lo pernah liat gue bawa tas banyak sama makanan. Itu sebenernya bukan punya gue. Tapi Gita yang nyuruh gue."

Yera mencebik. "Jahat banget si." gumamnya.

"Itu gak penting Kak. Yang pasti sekarang, Gita itu sengaja ngehasut Kak Chandra supaya lo bisa jauhin gue. Dan ya dia tau kalau lo gak bakal nurutin omongan Kak Chandra dan berakhir lo sama Kak Chandra berantem Kak."

"Teru sekarang gua harus beneran jauhin lo gitu?"

"Iya Kak! Pertama, supaya mencegah kemungkinan besarnya lo berantem sama Kak Chandra. Kedua, kita buat seolah-olah rencana Gita gagal, tapi emang gagal si. Eh ya pokok nya gitu. Dan lo harus hati-hati Kak, soal gue pernah denger Gita ngomong--"

Perkataan Tiwi terpotong, ada yang memanggil Yera.

"PARK YERA!"

***

Seseorang dengan hoodie hitam yang dikuplukan. Celana jeans hitam. Sepatu hitam. Juga masker hitamnya, berjalan mengendap namun seolah biasa diatas keramik putih itu.

Ia memasuki sebuah ruangan bernuansa putih yang di dalamnya terdapat sebuah ranjang pesakitan. Seketika aroma obat-obatan itu menyeruak kedalam penciumannya.

Orang itu mendekat kepada seseorang yang tergeletak tak berdaya diatas ranjang pesakitan. Salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah seringaian. Ia merogoh sesuatu dalam kantong hoodie nya, sebuah suntikan yang di dalamnya terdapat cairan. Entah cairan apa itu.

Setelahnya, orang itu menyuntikannya pada kantong infusan yang berada disamping ranjang.

Setelah melakukan aksinya, orang itu kembali keluar ruangan dengan senyum diwajahnya.

~TBC~

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang