60 ~ Bosen

484 40 1
                                    

Pagi ini, jauh diluar kebiasaan. Yang biasanya Yera masih bergulung mesra dengan selimutnya, hari ini ia bangun lebih pagi. Entahlah apa yang menjadi faktor penyebabnya.

Yera berjalan keluar kamarnya dengan santai juga dengan pakaian santainya. Ini hari libur sekolah, dan sepertinya Yera harus membuat tulisan sendiri akan jalan hidupnya.

Sepi. Tak ada siapa-siapa dirumahnya. Mamanya yang dari subuh tadi sudah pergi katanya ada urusan. Dan Papanya yang memang masih berada diluar kota karena faktor pekerjaan. Sedangkan Jihoon yang memang sedari kemarin belum pulang, mungkin menginap dirumah temannya. Yera tak peduli. Yang pasti sekarang ia lapar.

Yera berjalan ke dapur. Ia mengabsen seluruh tempat penyimpanan makanan disana, berharap menemukan makanan yang layak ia makan. Namun nyatanya, Yera tak menemukan apapun selain seonggok daging ayam mentah, sayur-sayuran juga beberapa biji telur didalam kulkas.

Yera menghela nafas. Ia terdiam berpikir sejenak.

Kruyuk.

Yera meringis. "Anjir. Nih cacing udah demo. Woi, ini perut gue, bukan DPR yang perlu didemo." gerutu Yera seorang diri.

"Apa gue pesen makanan aja ya? Nggak ah, gue kan pengen hemat uang jajan. Mending gue masak aja." tutur Yera pada diri sendiri.

Yera berjalan kearah kulkas. Mengeluarkan beberapa potong daging ayam mentah juga telur. Ia berniat memasak dua objek itu.

Yera mengambil handphonenya. Mengetikan sesuatu.

Cara memasak telur.

Yera menscroll laman google nya mencari web yang menjadi tujuannya. Yera tersenyum setelah menemukannya.

"Oke Yera. Semangat!" gigihnya mengepalkan tangan didadanya.

Dua puluh menit kemudian~

Dukk.

Ctass.

Brak.

Prangg.

Suara kegaduhan yang disebabkan oleh Yera. Yera meringis, namun kemudian ia tersenyum. "Oke, selesai!" ucapnya.

Ia membalikkan tubuhnya, berniat membereskan semuanya sebelum ia melihat seseorang berdiri dihadapannya.

Yera berjengit kaget dan hampir saja melemparkan sepatula yang digenggamnya pada objek yang membuatnya kaget.

"Anjir, Chandra. Lo ngagetin. Sejak kapan lo disini bangke?" kesal Yera.

Chandra mendengus. "Lo ngapain sih Ra. Dari tadi gue ketuk pintu tapi gak nyaut-nyaut. Berhubung pintu gak dikunci, jadi gue masuk aja."

Yera memutar bola matanya malas.

"Lo masak Ra?" tanya Chandra.

Yera mengangguk antusias. Chandra menggeser tubuh Yera yang menghalangi pemandangannya. Dan sesaat kemudian matanya membelalak kala melihat wajan yang menghitam dan sedikitnya penyok, juga alat-alat masak lainnya yang berantakan, bahkan sampah bekas Yera memasak ada dimana-mana.

"Astaga! Ra. Lo kesurupan ya? Ni dapur lo apa in sampe ancur kek gini anjir." gerutu Chandra.

"Kan gue tadi masak Chan?"

Yera menyengir. "Belum gue beresin elah. Santuy aja kali."

Chandra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo kalau gak bisa masak mending diem dah. Kasian kan kalau nanti bonyok lo gak punya rumah karena dibakar sama anak nya sendiri?"

"Tai. Ya nggak gitu juga kali. Gue juga berhati-hati lah."

"Terserah. Btw, lo masak apa Ra?"

"Ayam goreng sama telur dadar." jawab Yera. "Lo mau Chan?" tambah Yera sambil menunjukan hasil karya nya kepada Chandra.

Chandra yang melihatnya hanya mampu membuka mulutnya tidak percaya.

Chandra bergidik ngeri. "Lo masak beneran atau main masak-masakan sih Ra?"

"Ini telor apaan sih kok ada cangkangnya, jorok. Dan lagi, ini ayam-- ckckck." sambung Chandra dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Yera mencebik, tidak terima maksud Chandra. "Masih layak dimakan kok."

"Layak dimakan sama hewan iya."

"Kasarr."

Chandra berdecak kesal. "Lo kalau gak bisa masak mending jangan coba-coba masak deh Ra. Sayang makanannya kebuang-buang."

Yera merengut. Chandra berjalan mendekat ke arah Yera. Ia melepaskan apron yang masih bertengger ditubuh Yera.

"Sekarang mending lo bersihin badan lo--"

"Gue udah mandi." potong Yera.

"Ya udah ganti baju lo! Pake celana panjang, lo mau digigit nyamuk, aurat bego!" hardik Chandra kala melihat Yera hanya memakai celana setengah paha.

"Ye nyolot lo! Dirumah gue gak ada nyamuk."

"Bodoamat cepet ganti." titah Chandra sambil mendorong-dorong tubuh Yera.

Yera mendelik. Namun ia tetap menuruti perintah Chandra dengan berjalan ke arah kamarnya dengan kaki yang dihentak-hentakan kesal.

***

"Lo ngapain kesini sih Chan?" tanya Yera.

Setelah insiden tadi, Yera dan Chandra sekarang sedang berada ditaman belakang rumah Yera dengan Yera yang sibuk memainkan kucing anggora peliharaannya, dan Chandra yang hanya diam melihat Yera. Btw, mereka sudah makan.

"Lo ngapain dirumah sendirian?" tanya Chandra balik.

Yera mendelik mendengar Chandra balik bertanya. Ia menghela nafas. "Gue gak sendirian ya. Gue sama kucing gue."

"Bukan muhrim." elak Chandra.

"Yee. Dikira dia manusia apa. Dia hewan Chandra."

"Tetep aja dia berjenis kelamin laki-laki. Gak muhrim."

Yera memutar bola matanya malas. Oke, kenapa Chandra mempermasalahkan itu? Yera lebih memilih diam, tidak membalas ucapan Chandra.

"Ih lucu banget sih." gumam Yera sambil memeluk peliharaannya itu.

Chandra berdecak. "Ck. Gue dikacangin." niatnya kesini bukan untuk mendapatkan perlakuan seperti ini dari Yera bukan.

"Uuu~ lion nya Yera kesepian ya, nanti Yera kasih temen oke."

Chandra mengernyit mendengar perkataan Yera. Apaan, berbicara padanya saja tidak semanis itu. Cih.

"Lion itu buat singa, lah ini kucing. Gimana si." gerutu Chandra.

Yera mendelik. "Biarin sih. Sirik aja lo."

Chandra mendengus. Yera menatap sinis Chandra. Ia bergeser merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Chandra sebagai tumpuan kepalanya dengan si kucing yang masih dipeluknya.

Chandra tidak mempermasalahkan itu. Ia hanya diam memperhatikan Yera. Namun lama-kelamaan Chandra kesal karena Yera terlalu sibuk sendiri. Dengan sekali tarik, Chandra mengambil alih kucing dari dekapan Yera.

"Yak!" pekik Yera. Chandra melepaskan kucing yang berada ditangannya hingga kucing itu berlari menjauh membuat Yera mendelik.

"Kucingnya lari Chandraa." rengek Yera.

"Biarin."

"Lo kok nyebelin." gerutu Yera.

Chandra hanya diam tidak menanggapi. Hening pun terjadi selama beberapa saat, hingga Yera terdengar menghela nafas.

"Gue bosen." gumam Yera.

Chandra menengok.

"Mau jalan?"

~TBC~

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang