Yera lagi lagi meringis kala tubuhnya kembali terbanting, terjerembab diatas lantai dingin itu."Lo jadi bocah bebal banget ya, sampe berani kabur."
Mereka mencengkram rahangnya kasar. Kedua lengan juga kakinya pun dipegangi sia-sia, karena Yera tetap berontak.
"Udah dibaikin itu jangan ngelunjak, bocah." Kemudian melepas cengkraman rahangnya kasar.
"Lepasin gue. Mau lo pada apa sih hah?!" pekik Yera kesal.
"Jangan berontak."
"Apa untung kalian sekap gue disini?"
Pria yang bertato disekitar leher dan lengannya mendekatinya. Menyungging satu sudut bibirnya. Jari telunjuknya bergerak membelai dagu Yera mebuat Yera mengernyit dan menjauhkan wajahnya.
"Jangan sentuh gue!" hardiknya.
Mereka tertawa sinis. "Lo tau? Sebenernya kita itu masih disuruh. Disuruh buat nyekap lo, apalagi. Dan kita punya uang! Kita dapet untung, kan? Gak ada rugi sedikitpun." jelasnya. Ia kembali mencengkram rahang Yera. Mengendus lehernya membuat Yera gemetar.
"Dan kabar baiknya! Dia gak ngebatasin kita buat berbuat apapun sama lo. Termasuk berbuat mesum sekalipun." Kemudian tertawa keras dengan yang lainnya. Membuat Yera sedikitnya menciut.
"Bangsat! Brengsek! Lo pikir lo siapa hah?! Jangan berani macem-macem sama gue! Lepasin gue sialan!" pekik Yera dengan segala umpatannya. Tubuhnya meronta mencoba lepas dari jeratan para penjahat itu.
"Pegangi dia jangan sampai lepas!" titah salah satu dari mereka. Membuat yang diperintah mengeratkan cengkramannya pada lengan juga kaki Yera, hingga membuat Yera memekik kala merasa sakit dibagian cengkraman itu.
"Ah— sakit!"
Salah satu dari mereka kembali mendekat. Menjabak rambut Yera kasar. Terkekeh. "Eitss. Jangan desah dulu. Kita belum apa-apain juga."
"Brengsek—AH!" Yera memekik kala mereka menyeretnya kedekat tiang— seperti gawang dalam permainan sepakbola. Bahkan Yera tak tahu sejak kapan gawang itu ada disana, lebih tidak menyadarinya.
Meringis kala mereka membuatnya berdiri.
Salah satu dari mereka berucap. "Mana talinya?"
Setelahnya yang dapat Yera rasakan adalah tali itu yang mengikat kedua tangannya pada tiang itu. Tersentak ketika mereka menegakkan wajahnya yang menunduk, kemudia lehernya juga ikut terikat dengan tiang diatasnya.
Yera meringis. "Sshh. Sialan! Lepasin gue brengsek!!" Yera memekik dan mendapatkan tamparan keras dipipinya.
Plak
"Aw."
Tubuhnya menegang merasakan sesuatu dipinggangnya, sebuah tangan. Tubuhnya gemetar. Wajahnya memerah, mendongak menatap mereka.
"J-jangan sentuh gue." ucapnya lirih membuat orang itu melepaskan afeksinya pada Yera.
"Ah gitu, oke."
CTASS!
"AAHH!"
Menjerit kala seseorang mencambuknya dari belakang.
Merintih merasakan sakit dipunggungnya. "Hiks— sakit."
"Kenapa nangis? Lo kan yang gak mau disentuh, ya udah pake cara itu aja." ucap seseorang disampingnya dengan senyum sinting yang membuat Yera mual.
"Brengsek!" umpat Yera.
CTASS!
"ARGHH!"
Dan kembali mendapat siksaan. "Berhenti—hiks."
"Apa lo bilang?"
Berjengit kala seseorang menarik tali yang mengikat lehernya ke atas, membuatnya tercekik. Terbatuk dan merintih ketika sakit dan panas menjalar dilehernya.
"Coba lo bilang lagi?"
Sontak Yera menggeleng ribut.
Plak
"Bilang gak?"
Yera hanya diam merasakan sakit dibagian atas dan belakang tubuhnya.
Srett
Ctass
"AAHH!!!"
***
Jihoon berjalan lunglai memasuki rumahnya. Ini sudah sekitar pukul dua belas malam. Menghela nafas melihat Mama nya terduduk di sofa.
"Bang." panggil Mama Park cepat. Jihoon berjalan menghampirinya, mendudukan diri disampingnya, menghambur kedalam dekapan Mamanya.
Sebenarnya Mama Park menunggu Jihoon sedari tadi. Ia juga telah beberapa kali mencoba menelpon Jihoon juga Yera. Tapi tak ada jawaban. Dirinya khawatir. Dan Papa Park? Ia sedang berada diluar kota.
"Kenapa? Yera nya mana? Kirain Mama sama abang? Dan lagi kenapa pulang larut gini?"
"Ma, Yera ilang." ucap Jihoon to the point.
"Ilang? Maksudnya?"
"Yera gak pulang dari pulang sekolah. Intinya, yang Jihoon tahu, Yera ngilang gitu aja. Jihoon udah nyoba cari sama temen yang lain, tapi gak ketemu. Jihoon minta maaf gak bisa jaga Yera."
Pandangan Mama Park menyendu. "Udah abang tanyain sama temen Yera? Bisa aja dia nginep sama temennya?"
"Nggak, Ma. Yera seriusan diculik. Jihoon udah tahu kemungkinan tempat Yera ada sekarang. Tapi Jihoon nyari disana belum ketemu, dan karena Jihoon keinget Mama, jadi Jihoon pulang dulu buat kabarin, soalnya ponsel Jihoon mati."
Mama Park mulai khawatir. "Terus Adek sekarang dimana sayang? Mama khawatir."
"Mama tenang dulu. Rencana nya Jihoon mau lanjut cari Yera besok."
"Kalau gitu telpon polisi Bang."
"Kalau bisa juga Jihoon lakuin dari tadi. Tapi ini belum dua puluh empat jam Ma, polisi gak bakal nerima laporan kita kalau belum dua puluh empat jam."
"Tapi, Yera—"
"Mama tenang oke? Jihoon janji Jihoon bakal bawa Yera pulang. Jihoon juga khawatir Ma. Lebih baik sekarang Jihoon kabarin Papa dulu?"
Mama Park mengangguk. "Usahain gak buat Papa panik ya sayang, Mama gak mau terjadi apa-apa kalau Papa panik waktu pulang nanti."
"Iya, Ma."
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Ex) Enemy - Na Jaemin
Random"Ogah-ogah, awas ya kalo nanti lo suka sama gue." ~ Chandra. "Lo sehat ? Yakali gue suka sama lo. Dih mit amit." ~ Yera. Cast: ●Na Jaemin as Na Chandra. ●Park Yera. Warn!! Author mulaan. Warn!! Bahasa kasar. Warn!! Typo(s) everywhere.