69 ~ Nyaris

448 39 0
                                    








Yera mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba meminimalisir cahaya yang masuk retinanya. Nyatanya Yera masih ditempat yang sama, namun dengan kegelapan. Meringis kala merasakan denyutan dikepalanya.

Yera masih terbaring dilantai berdebu itu. Perlahan dirinya bangkit. Iya melihat-lihat ke segala sudut ruangan kumuh itu, dan tak menemukan apapun. Ini sudah gelap, berarti sudah malam. Tapi Yera tidak tahu sekarang pukul berapa.

Satu yang ada dipikiran Yera, ia harus keluar dan bebas dari sini juga dari pria pria jahat itu. Samar namun pasti, penglihatannya menangkap benda persegi panjang hitam. Yera dengan segera mengambilnya, itu handphonenya!

Yera merapalkan syukurnya. Ia menghidupkan ponselnya yang ternyata dalam keadaan mati—nonaktif.

Tersenyum kala melihat baterainya masih tersisa setengahnya. Yera tercengang kala melihat sekarang hampir pukul sebelas malam. Ia segera menekan ikon telpon yang ternyata banyak panggilan tidak masuk dari Chandra maupun Jihoon. Yera menghubungi Jihoon. Mendesah kala sinyal nya buruk.

'Sialan banget ni sinyal.'

Yera berjalan kearah pintu. Mencoba membuka pintu perlahan dan—GOTCHA! Pintunya tidak terkunci. Meringis dalam hati karena kebodohan pria jahat itu.

Berjalan mengendap keluar zona bahaya itu. Ia dapat melihat pria-pria jahat itu tertidur dengan tenangnya, ingin sekali Yera memukul mereka namun ia urungkan, lebih memilih melanjutkan acara kaburnya.

Saat sudah keluar dari zona bahanya itu, Yera menghela nafasnya lega. Kemudian ia berlari dari sana untuk mencari jalan raya, setidaknya ia mendapatkan sinyal untuk menghubungi Jihoon dan yang lainnya.

Yera menghentikan larinya kala telah sampai dijalan. Jalanan ini sepi, tentu saja, karena ini bukan jalan raya, ini jalan biasa. Dan mungkin juga karena sudah malam, jadi sudah sepi.

"Hhh huft— capek banget anjir." lirihnya dengan mengatur nafasnya yang tersenggal.

Yera mengecek handphonenya, sinyalnya sudah kembali. Ia dengan segera menghubungi Jihoon, namun tak diangkat oleh abangnya itu.

"Oh ayolah. Bang, adek kesayangan lo lagi kesusahan gini masa gak diangkat."

Yera berdecak, lalu beralih menghubungi Chandra. Dan—

***

"Sial. Kita udah jauh-jauh kesini tapi gak ketemu." umpat Jihoon.

Chandra, Jihoon, Aldy, Raka, Kesya, Sassy, Lala, dan Tiwi kembali menghentikan jalannya dijalanan sepi.

"Ini udah malem banget. Gue khawatir." ungkap Chandra.

"Sama kita juga Chan. Sumpah kita harus kemana lagi."

"Kita pulang dulu—"

"Loh kok pulang?!"

"Kan udah malem. Gak baik buat kalian cewek-cewek. Pasti dicariin kan. Kita anterin dulu kalian pulanglah. Besok bisa cari lagi."

"Nggak nggak nggak. Gue gak mau pulang. Mau cari Yera sampe ketemu." keukeuh Kesya.

"Sya, gue ngerti kok lo khawatir sama Yera. Tapi inget kalian cewek. Kalian juga harus istirahat supaya besok kalian bisa cari Yera lagi." jelas Raka.

"Iya, kita anter kalian pu—"

Drrtt drrtt.

Perkataan Chandra terpotong oleh getaran handphone nya disaku celananya.

"Bentar. Hp gue geter." Ia mengeluarkan ponselnya melihat siapa yang menghubunginya. Seketika itu matanya terbelalak melihat nama Yera tertera di ponselnya.

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang