45 ~ Terabaikan ?

507 59 0
                                    

"Dekk. WOI PARK YERAA."

"BANGSAT PARK JIHOON. Kuping gue njirr." teriak Yera refleks.

Bayangkan saja, Jihoon berteriak tepat didepan telinganya. Bangsat kan.

"Lagian lo dipanggil dari tadi malah diem aja lagi. Ngelamun lo? Awas kesambet. Kesian hantunya."

"Bangsta abanggg ihh nyebelinn." kesal Yera sambil menendang nendang Jihoon.

"Elah nyante kali anjirr." sewot Jihoon yang mencoba menghindar dari Yera.

"Yaudah ngapain kesini?" ketus Yera.

"Gue cuma mau nanya. Lo suka sama Aldy?"

"Hah? Itu-" Yera terdiam gelagapan.

"Dek. Gue gak tau keputusan lo nantinya kek gimana. Yang pasti gue maunya lo mutusin hal yang gak nyakitin lo. Kalo misalnya lo masih belum bisa ngelupain Raka. Mending lo lupain dulu. Baru mulai sama yang lain." jelas Jihoon.

"Hmm." Yera hanya berdehem.

Yera bingung. Yera sebenarnya sudah melupakan Raka. Tapi Yera juga tidak punya rasa sama sekali terhadap Aldy. Sudah dibilang bukan, jika Yera sudah menyadari perasaannya oada Chandra.

Yera tak tau pastinya kapan perasaan itu timbul. Tapi mau bagaimana lagi. Yera tidak mau menjadi orang munafik dengan mengatakan jika ia tidak menyukai Chandra.

"Yang pasti lo jangan sampe nyakitin diri lo sama orang lain. Gue-- Abang lo, dek. Gue mau yang terbaik buat lo." ucap Jihoon sambil mengusap rambut Yera.

"Hm. Makasih Bang." lirih Yera lalu memeluk Jihoon. Sangat jarang mereka bersikap selayaknya kakak-adik bukan.

Yera berpikir. Apa ia bilang saja sama Jihoon tentang perasaannya?

"Bang..," sahut Yera.

"Hmm."

"Gue mau bilang sesuatu." ucap Yera sambil melepaskan pelukannya.

"Apaan?"

"Sebenernya, gue itu--" Yera menjeda perkataannya. Ia ragu. Bagaimana jika nanti Jihoon menertawakannya karena ia menyukai mantan rivalnya?
"Lo itu apa? Kembaran miper? Anjir dek, yakali gue punya adek kembaran miper."

"Kagak anjiir. Serius elah, Baangg." rengek Yera.

"Ya udah. Apa?"

"Eungg, itu-- nggak jadi deh. Hehe." kata Yera yang kini menyengir.

"Yaelahh. Katanya serius, bilang gak?" kata  Jihoon yang sekarang mengapit leher Yera diketiaknya.

"Gak mauuuu. Ih Abang lepasin, ketek lo bau anjirr." ucap Yera.

"Bilang dulu gak?!" sewot  Jihoon.

"Gak mau titikk."

"Yaudah." pasrah Jihoon lalu melwpaskan apitannya. Yera menetralkan nafasnya. Ia hampir kehabisan udara. Untung saja dia tidak sampai mati karena bau Jihoon. Bau cogan maksudnya.

Baru saja Yera bernafas lega, tapi harus terhenti karena Jihoon tiba-tiba menggelitiki perutnya.
"Ahahahaha. Abang anjir geliii. Berenti ihh"

Yera kegelian. Kenapa Jihoon seakan sedang menyiksanya.

"Gak bakal. Sebelum lo bilang dekk."

"Ahahaha Abang hiks berentii hiks anjiirr hahaha."

"Dek, lo itu ketawa apa nangis si ?" tanya Jhoon, masih dengan kegiatannya menggangu Yera.

"Boker gue. Hahaha. Abang hiks ihh. Haha berentiii." Yera merengek.

"Bilang yang tadi dulu." Kata  Jihoon.

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang