48 ~ Perjalanan Cinta Yang Rumit

527 62 4
                                    

Suara kendaraan mendominasi jalan kota. Hiruk pikuk kegiatan manusia telah dimulai lagi pagi ini. Begitupun Yera.

Yera terdiam dalam mobil bersama Jihoon yang sedang menyetir. Tidak ada percakapan, hanya ada alunan mesin mobil.

Sesampainya disekolah. Jihoon melirik Yera.

"Lo yakin mau sekolah, dek?" tanya Jihoon ragu. Karena sebenarnya Jihoon khawatir akan keadaan adiknya yang memang tidak bisa dikatakan baik.

Dengan mata yang sedikit bengkak dan lingkaran hitam dibawahnya, lutut yang masih dilapisi perban juga jidat yang terlapisi plester, sedangkan sikunya tertutupi jas almamater sekolah. Bagaimana Jihoon tidak khawatir?

"Hm." dehem Yera. Lagipula, sudah sampai bukan, ia tidak bisa kembali kerumah.

Jihoon menghela nafas.

"Ya udah. Kalau ada apa-apa bilang sama gue. Kalau ada masalah, cerita sama gue."

Yera mengangguk lalu pergi begitu saja meninggalkan Jihoon yang masih didalam mobil.

Jihoon kembali menghela nafas.

Benar, Yera belum menceritakan apapun pada Jihoon perihal kejadian kemarin. Ia hanya terus berdiam diri, bahkan sekarang ia lebih sering melamun dan jika ditanya, ia akan menjawab seadanya, tidak terlalu banyak bicara seperti Yera yang sebelumnya.

Jihoon memilih tidak ambil pusing. Lalu ia keluar dari mobilnya untuk menyusul Yera.

Yera berjalan menunduk dikoridor kelas anak ipa, memperhatikan sepatunya yang menginjak keramik putih kotak dibawahnya.

Langkahnya terhenti, ia melihat ada sepasang sepatu yang tepat dihadapannya. Yera mendongak, itu Chandra-- yang berdiri dihadapannya.

"Ra..,"

Yera menatap datar Chandra, lalu berbelok ke arah kiri untuk melanjutkan jalannya, tetapi lengannya ditahan oleh Chandra. Yera menepisnya.

"Jangan sentuh gue." ketusnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Chandra yang terdiam ditempat dengan terus menatap ke arah Yera.

Chandra mengehela nafas. Ia mengepalkan tangannya menahan emosi. Bukan kerena ia marah pada Yera, tapi karena ia marah pada dirinya sendiri karena ia telah membuat Yera menangis.

Dari dulu, Chandra yang selalu bertekad untuk tidak membuat Yera menangis dan ia yang selalu menenangkan Yera, right? Tapi bagaimana jika sekarang, Chandra lah penyebab Yera menangis.

Faktanya, Chandra telah melukai hati Yera.

Disisi lain, Jihoon melihatnya dari kejauhan. Jihoon mengerti, mungkin ini yang menyebabkan Yera jadi berbeda. Sepertinya Jihoon harus berbicara pada Chandra.

"Chandra!" panggil Jihoon.

Chandra menoleh ke arah Jihoon yang sedang mendekatinya.

"Apa, Bang?"

"Lo ada masalah sama adek gue?" tanya Jihoon to the point.

"Sorry, Bang. Gue bakal ngeberesin masalah gue. Gue.. gue ke kelas duluan, Bang." jawab Chandra tak menjelaskan secara garis besarnya.

Jihoon mendesah kasar. Sial, kenapa tidak ada satu pun yang mau menceritakannya padanya?

***
S

elama pelajaran berlangsung, Sassy dan Kesya tidak pernah berhenti memperhatikan Yera yang sedari bertemu tadi sangat berbeda, tidak seperti biasanya.

Sedangkan Yera hanya acuh, dan terus memperhatikan penjelasan guru didepan, sangat langka, bukan.

Sampai bel istirahat berbunyi, Yera membereskan buku-bukunya lalu berlalu dari kelasnya, tentu saja diikuti Sassy dan Kesya, oh jangan lupakan Lala yang sudah bergabung dan menatap heran situasi.

My (Ex) Enemy - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang