SMAPM (02) 9

227 15 0
                                    

Sekarang Rara sedang berbaring di kamar bersama dengan dua boneka besar pemberian Radit.  Si Dolphins dan Panda. Rara ingat semua kejadian sebelum boneka ini ada di pelukannya seperti sekarang. Rara harus memberi kode keras pada Radit tapi Radit tidak pernah peka. Radit yang menyebalkan.

Kepala Rara masih sakit karena benturan yang cukup keras tadi. Bagaimana tidak ia jatuh dari tangga yang lumayan tinggi dan ah Rara malas membahasnya. Semuanya karena Rara lari dari Kak Edric. Karena ini juga Rara jadi takut menatap cermin, ia geli sendiri melihat darah sisa di perbannya. Ngilu.

"De,  nanti kalau mau minum panggil Mba Anna ya. Ayah mau keluar sebentar beli perban sama kawan-kawannya" Ucap ayah yang muncul di balik pintu. Rara hanya mengangguk setelah itu ia memeluk boneka panda yang ada di sebelahnya dengan sangat erat.

Kenapa orang yang Rara sayang semuanya pergi. Bunda dan Radit. Rara butuh mereka di saat-saat seperti ini. Rara butuh bunda yang akan mengurusnya dengan kasih sayang, Rara butuh Radit yang selalu akan menghiburnya dan meredakan sakit yang sedang Rara derita.

Handphone Rara tiba-tiba berdering. Suara kiriman pesan dari Radit.  Tumben sekali, semenjak pindah ke Surabaya Radit memang jarang berkirim pesan, ia biasanya akan langsung menelepon jika ingin bicara. 

"Apa ini?" Rara tersenyum penasaran saat melihat yang dikirim Radit adalah sebuah vidio.

Dengan cepat Rara mengklik tanda play. Dan muncul wajah Radit yang sedang memegang gitar. Peristiwa yang sudah tidak pernah Rara temui selama beberapa bulan ini.

"Ra? Gimana? Udah enak kepalanya? Nggak amnesia kan?" Gila aja anak ini malah kayak mau Rara amnesia.

"Canda dih. Jangan baper Apalagi sama pacar sendiri. Dosa!"

"Aku mau nyanyi. Dengerin jangan di skip"

Aku kesal dengan jarak yang sering memisahkan kita.
Hingga aku hanya bisa berbincang denganmu di WhatsApp.
Aku kesal dengan waktu yang tak pernah berhenti bergerak.
Barang sejenak, agar kubisa menikmati tawamu

Ingin kuberdiri di sebelahmumenggenggam erat jari-jarimu.
Mendengarkan lagu sheila on 7 seperti waktu itu.
Saat kau disisiku.

Dan tunggulah aku di sana memecahkan celengan rinduku.
Berboncengan denganmu mengelilingi kota, menikmati surya perlahan menghilang.
Hingga kejamnya waktu menarik paksa kau dari pelukku,
Lalu kita kembali menabung rasa rindu saling mengirim doa, sampai nanti sayangku....

Jangan matikan hp mu.
Kau tahu aku benci khawatir.
Saat kau tak mengabari, aku tak suka bertanya-tanya. 

Ingin kubakar dia yang sering mention-mentionan denganmu di Twitter.
Namun kau slalu meyakinkanku tuk tumbuhkan percaya, bukan rasa curiga

Tidak berjumpa dengan Radit memang membuat tambah rindu. Tapi melihat Radit melalui vidio seperti ini akan membuat rindunya makin menjadi - jadi.  Di akhir vidionya Radit sisipkan ucapan keinginannya.

"Cepat sehat sayang. Aku tunggu di Surabaya tepat di hari ulang tahun aku. Jangan lupa sebentar lagi, aku mau rayain bareng sama orang yang paling aku sayang" 

Rara melihat kalender yang ada di atas mejanya, tanggal ulang tahun Radit sebentar lagi. Tepat pada hari ayah di Indonesia. Selama Rara mengenal Radit,  ia tak pernah meminta ulang tahunnya dirayakan oleh Rara.  Tapi Rara memang selalu memberikan hal-hal yang Radit inginkan di hari yang menurut semua orang adalah hari bahagianya. Sejak ibunya pergi, Radit menganggap merayakan hari itu sangat tidak perlu bahkan kalau bisa ia akan menghindari hari dimana ia dilahirkan.

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang