SMAPM 39

421 20 0
                                    

Setelah Delay selama satu jam di Bandara Soekarno Hatta, akhirnya kini Rombongan sudah sampai di Ternate tentu saja dengan waktu yang lebih lambat. Menyebalkan, tentu saja.

Dari Ternate, mereka harus menyebrang pulau untuk sampai ke kepulauan Sula. Dan ini yang ayahnya Radit bilang, naik kapal selama 14-15jam lebih untuk sampai ke kepulauan Sula. Di kapal, Rara diam di kamar bersama dengan buku novel yang sengaja ia bawa dari Tangerang. Kamar di kapal ini bisa dibilang kecil, terdapat dua ranjang yang disusun dua tingkat ke atas, lumayan nyaman untuk menikmati perjalanan panjang yang kalau dirasakan, pasti Rara akan bosan.

Novel karya Amor fati menemani perjalannya menuju ke Sula, kalau tahu perjalanannya akan seekstrim ini, Rara akan membawa lebih banyak novel dan camilan untuk di kapal.

"Ra, Raa" Panggil seseorang yang Rara  yakini adalah Radit. Anak itu akan mengganggu Rara yang sebenarnya sedang nyaman dengan keadaan hening seperti ini.

"Udah, kamu pura-pura tidur aja. Nanti mamah yang bilang sama Radit" Untungnya, Tante Hanum mengerti jika Rara sedang tidak mau diganggu. Karena pastinya, Radit hanya akan mengajak Rara keluar dari kamar dan menikmati pemandangan laut lepas yang Rara saja tidak tahu ujungnya ada dimana.

Rara menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, sedikit samar-sama terdengar Radit bicara dengan mamahnya, dia ngeyel dan ngotot kalau Rara pasti tidak akan tidur.

"Mah, Rara mana bisa sih tidur di keadaan kayak gini. Dia emang suka tidur,  tapi di kapal kayak gini mana mau dia tidur"

"Ya buktinya tuh Rara tidur. Udah ya Kak, besok kita sampai di Sula dan harus naik kendaraan lagi buat sampe ke desanya. Istirahat kamu sana"

"Ya ampun mah, Radit udah tidur dari tadi. Ya sekarang mau main sama Rara." 

"Ya Rara nya juga tidur. Kamu mau ngapain? Kasian ah dia cape tuh. Sana cari ayah kamu aja."

Lalu terdengar suara pintu di tutup. Rara yakin Tante Hanum sudah kembali, dan Radit juga sudah pergi.

"Makasih ya mah" Ucap Rara dan Tante Hanum hanya tersenyum.

"Radit tuh kadang gitu. Dia kadang maksa, ya kadang juga ikut sama keadaan. Tergantung mood dan kemauannya dia"

"Kadang sebel aku sama dia tuh"

"Kamu lebih kenal Radit dari awal dibandingkan dengan mamah, ya jadi kamu lebih hapal sama sifat dan kelakuannya Radit"

Rara diam, bingung harus menjawab apa.

"Kamu istirahat gih. Besok jalannya bakal lebih ekstrim."

"Beneran mah?"

"Iya. Kamu nyesel ya mamah ajak ke sini? Coba kalau kamu liburan sama ayah kamu, pasti naik pesawat langsung nyampe. Nggak kayak sekarang kita harus nempuh perjalanan 2 hari buat sampai ke Sula"

Rara tersenyum miring, ia meletakkan buku novel di samping tubuhnya. "Kalau sama ayah, Rara nggak mungkin liburan. Pasti bakal cuma bete di kamar hotel dan ayah pulang dalam keadaan cape"

***

Radit duduk di samping ayahnya. Di kamar berukuran kurang lebih 4×5 M ini bisa dimasuki oleh dua orang.
Ayahnya sedang menenggak kopi disertai dengan roti panggang yang dibawa dari  Tangerang.

"Udah makan kamu Kak?" Tanya ayah, Dan Radit mengangguk. "Tumben nyamperin ayah, Raranya mana?"

"Rara mungkin lagi mau sendiri"

"Katanya udah baikan"

"Rara kan emang gitu, paginya masih ketawa, siangan dikit dia bisa marah, dan ya gitu deh. Kata mamah ya Radit aja yang harus pinter-pinter buat balikin moodnya dia"

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang