Rara kembali ke Bandung dengan banyak tanya yang masih belum menemukan jawabannya. Tiga Minggu lebih Rara tinggal di kota itu, bertemu dengan Radit yang bahkan tak mengenal siapa Rara, berpapasan dengan Radit yang bahkan tak tahu kenapa Rara ada di Surabaya begitu lama.
Hubungan mereka memang sudah berakhir, tapi dengan Radit yang sekarang tak mengenal Rara, dirinya seolah minta penjelasan. Selama 3 tahun belakangan ini, apa yang terjadi? Kenapa begitu membingungkan sampai Rara nggak tahu lagi cerita ini mengarah kemana, tokohnya kenapa tiba-tiba berubah dan Rara tiba-tiba musnah dari pikiran Radit, kenapa bisa?
Rara duduk di kursi belakang taman, sambil menatap laptopnya. Rara akan kuliah di Surabaya dalam waktu dekat, setelah wisuda yang akan dilangsungkan dua Minggu lagi, Rara akan langsung berangkat test di Surabaya.
Kenapa Rara pilih Surabaya? Kenapa nggak di Bandung atau di Depok bersama dengan Zayn. Kenapa harus Surabaya tempat dimana ada masa lalunya. Bukan tanpa tujuan, Rara memang sudah lama berencana untuk kuliah profesi di Surabaya, untuk menemukan Radit dan Rara mau tahu, apa yang membuat Surabaya begitu menarik perhatian Radit sampai Radit tak mau tinggal di Bandung yang katanya kota paling ramah.
Surabaya memberikan Radit banyak kebahagiaan yang baru. Dirinya yang baru, bukan Radit yang Rara kenal sebagai laki-laki yang super ngaret dan malas belajar, bukan juga Radit yang suka main game, bukan juga Radit yang pura-pura nggak peduli ketika wanitanya sakit, walaupun sakitnya cuma nyeri menstruasi. Radit yang Rara temui di Surabaya adalah Radit yang bahkan di taman umum, dia tetap baca buku, yang khawatir saat wanita yang ada di sebelahnya cuma lecet di bagian lengannya. Banyak sisi baik yang Rara temui ketika ia bertemu dengan Radit yang baru.
Rara menutup laptop nya. Ia berniat untuk pergi keluar rumah menemui Tasya yang Minggu lalu baru saja selesai sidang. Rara mau sedikit bercerita tentang pertemuan nya dengan Radit yang membuat pilu dan menjadi tanya yang Rara bawa pulang sampai Bandung.
"Mba Anna, Rara pergi dulu ya"
Jika tidak ada ayahnya, Rara akan selalu menggunakan ojek online sebagai transportasi kemanapun ia akan pergi. Karena di umur nya yang sudah 23 tahun, Rara belum juga bisa mengendarai mobil, padahal ayahnya sudah sering menyuruh Rara untuk belajar mengendarai mobil, tapi tetap Rara tidak mau. Ia kadang naik bus kota, tapi lebih sering naik ojek online. Naik transportasi umum seperti berkenalan dengan banyak orang. Hidup sesederhana naik transportasi umum sangat menyenangkan untuk Rara pribadi. Kalau naik mobil, ia hanya akan bicara dengan ayahnya hal yang itu-itu saja. Berbeda dengan naik ojek online atau naik bus kota. Ia akan bertemu dengan orang yang berbeda dan bertukar cerita jika berkenan.
Ada sebuah tempat makan yang jadi favorit Rara di Bandung, tempatnya di depan gedung sate. Tempat yang menurut Rara adalah tempat paling nyaman untuk melepaskan penat dari rumitnya masalah yang ada di otaknya. Tempatnya tidak begitu mewah, terkesan sederhana bahkan sangat sederhana tapi di dalamnya sejuk, tidak begitu ramai orang datang dan jauh dari kata berisik.
Rara kembali ke dirinya yang dulu. Yang tak berani untuk bicara tentang masalahnya pada orang lain, kecuali orangnya memang sudah Rara yakini dia orang yang bisa menjaga apa yang menurut Rara itu rahasianya. Rara hanya akan berbagi dengan Tasya dan Zayn. Kawan-kawan nya yang lain akan tahu sedikit, tapi tak akan serinci yang Tasya dan Zayn tahu. Terutama masalah bertemu Radit yang kali ini akan Rara bagikan pada Tasya.
"Ya ampun Rah. Sorry banget gue kejebak macet. Lo udah lama?" Suara Tasya yang datang begitu cerewet membuat Rara tersadar. Ia harus keluar dari larutan pikirannya yang nggak akan pernah ada ujungnya kalau terus di pikirkan.
"Oh lama banget" ucap Rara sambil mengeluarkan sebuah paper bag kecil. Oleh-oleh dari Surabaya yang ia beli dengan mood yang tentu saja nggak bagus. "Ini sorry ya kalau Lo nggak suka sama barangnya. Soalnya di Surabaya kemarin banyak banget masalah. Boro-boro kepikiran masalah oleh-oleh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...