Jam istirahat kali ini Rara di kelas. Menetap bersama ribuan keheningan di dalam kelas untuk menghindari ribuan kebencian di luar sana. Sesak, Harusnya di sini ada Radit, dia yang akan membuat Rara sedikit kuat dengan keadaan yang sedang tak bersahabat.
Yunda, kenapa bisa berpikir sependek itu, yang Rara tahu Yunda adalah orang yang cerdas dan sulit untuk percaya pada sesuatu, tapi mengapa kali ini ia dengan mudahnya percaya hanya dengan tangkapan kamera?
Tak akan ada ujungnya, Rara tak menyesal bertemu dengan Iffer kemarin sore, tapi Rara hanya tak habis pikir, Yunda bahkan tak percaya pada Rara, orang yang sudah berteman dengannya hampir 2 tahun lebih. Hanya karena laki-laki, Yunda sampai meretakkan persahabatan yang sudah ia bangun sejak 2 tahun belakangan ini.
"Ya udah sih, mikirin banget apa kata orang. Gue bakal cari siapa orang yang nempel foto itu di mading. Caranya kampungan banget najis, masih ada aja orang yang ngelakuin cara jadul kayak gini" Iffer tiba-tiba datang, bersuara, dan duduk di hadapan Rara. "Dari Radit." Iffer menyodorkan sebuah kantong plastik yang isinya adalah cemilan dan sebuah susu kotak.
"Ya gue bingung. Kenapa bisa Yunda percaya dengan foto itu? Padahal kita udah temenan 2 tahun lebih. Baik buruknya gimana kita udah saling tahu. Tapi, kenapa untuk masalah cowo semuanya tiba-tiba runtuh. Ya pikir aja sih pake logika, kalau gue suka sama lo kenapa nggak dari dulu aja gue jadian sama lo? Ya kan?" Iffer mengangguk-angguk sambil mengambil makanan yang ada di plastik dan membukanya.
"Satu hal yang lo nggak tahu, Yunda itu orang yang cuma mau dingertiin tanpa mau mengerti orang lain."
"Gue pusing ah"
"Nggak usah dipikirin"
"Kepikiran terus"
Rara mengambil susu kotak yang ada di plastik, kemudian ia minum sambil membuka-buka buku kimia. Tidak ada ulangan sih, hanya saja tak ada kegiatan apa-apa lagi sekarang.
"Radit gimana?" Tanya Rara saat Iffer sedang asik memakan makanan yang harusnya untuk Rara. Pasti.
"Di rumah, lagi bobo" Ucap Iffer sambil diiringi tawa.
"Dijalan Radit nggak bilang apa-apa?"
"Cuma nyuruh gue jagain lo, itu doang. Terus kita ngobrolin foto itu, gitu doang"
"Kent mana?"
"Lagi sama Yunda di Warsa"
"Lo gila? Yunda diajak ke Warsa, di sana kan isinya--"
"Udah gue kosongin Warsa buat Kent sama Yunda. Biar mereka bisa ngomong tanpa harus banyak orang yang tahu"
Rara mengangguk paham. Iffer memang orang yang bisa dibilang adalah kakak kelas yang juga banyak ditakuti oleh para adik kelas bahkan teman satu angkatan. Karena, dia jago berantem dan nggak pandang siapapun orangnya, akan ia perlakukan sama rata.
"Lo kenapa nggak balikan sama Yunda?" Tanya Rara, tapi Iffer malah tersenyum miring.
"Gue lagi nggak mau patah hati, gue juga lagi nggak mau diatur-atur sama orang lain."
"Tapi Radit pernah bilang, kalau lo deket sama Cindy?"
"Gue nggak punya niat buat pacaran sama dia. Dia aja bisa bohong sama Radit, ya gak nutup kemungkinan kalau dia juga bisa bohong sama gue"
Rara mengangguk pelan. "Lo bisa lupain Yunda secepat itu?"
"Gue emang gak sepenuhnya bisa. Tapi apa salahnya mencoba? Kalau gue terus stuck di sana, kapan gue majunya? Gue nggak mau dah jadi orang bego yang mau dibohongin sama cewek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
AcakSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...