"Pindah Yun, Lo sama Iffer sana" Ucap Radit saat Pretest akan dimulai tapi Rara belum memasuki kelas karena izin ke toilet. Rara memiliki kebiasaan jika ia panik, ia tak akan tahan untuk buang air.
"Ih nggak mau ah" Ucap Yunda.
"Sekali aja. Tolong lah" Radit menempelkan kedua telapak tangannya, ia dekatkan ke arah wajah seperti bentuk permohonan.
"Ngeselin banget sih!" Ucap Yunda sambil memukul Radit dengan buku kimia yang tebal dan kemudian duduk ke barisan ujung tempat Radit dan Iffer duduk.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Rara. Tiba-tiba ia ada di hadapan Radit. Padahal, belum lama ia keluar kelas.
"Gak usah banyak omong. Gc duduk. Nanti gue lupa"
"Nggak jelas"
Setelah Bu Irma memberikan kertas Pretest, Radit langsung mengerjakannya secepat kilat. Menulis sebagian caranya di kertas buram untuk menghitung dan ia berikan pada Rara.
"Apaan ini?" Tanya Rara dengan suara pelan, tak bersuara lebih kencang dari suara Bu Irma.
Itu caranya. Salin aja, Nggak ketahuan.
Rara meremas kertas itu, lalu memasukkannya ke dalam kolong meja. Radit tentu saja terdiam bingung, mengapa bisa Rara melakukan itu, padahal jelas jika ia butuh karena tadi malam Rara sama sekali tak mempelajari soal yang keluar pagi ini.
Tak ada kata, yang Radit lihat dari Wajah Rara hanya lekukan,tak ada senyum yang ada malah cemberut. Sampai Pretest selesai, dan Bu Irma menerangkan materi. Rara tetap cemberut. Diam.
Benar apa kata Kak Andri tadi malam. Rara orang yang keras, tapi Rara juga orang yang lemah. Tak bisa melakukannya sendiri, tapi dia juga tak mau mengambil bantuan orang lain. Rara ingin berdiri di kakinya sendiri.
"Persiapkan Ujian Akhir Semester ini dengan baik. Karena, ini adalah nilai terkahir kalian yang akan tertulis di Rapot. Terutama Kent dan Iffer. Jangan malas belajar kalian. Sudah kelas 12 sudah jangan nakal-nakal lagi" Ucap Bu Irma.
Walaupun Radit adalah teman dekat Iffer dan Kent, tapi untungnya semua sifat buruk Iffer dan Kent tak tertular pada Radit, ya walaupun memang ada beberapa virusnya yang menular. Seperti contohnya malas belajar, senang main game, dan sering nongkrong saat jam pelajaran yang diisi oleh guru killer.
Setelah Bu Irma keluar kelas, Radit juga ikut. Membututinya, tapi Radit tidak sampai ke kantor. Ia berbelok ke arah kantin membeli minum karena bagaimanapun Radit belum terbebas dari obat-obatan dan harus rutin meminumnya.
Sampai di kantin, Radit duduk sambil menenggak air mineral juga meminum obatnya. Tadi, Radit langsung keluar kelas, tak mau bicara dengan Rara karena sudah pasti Rara akan marah. Jadi, keputusan Radit sekarang adalah menghindar sampai emosi Rara mereda.
Padahal sekarang adalah jam pelajaran, tapi Radit keluar kelas tanpa izin. Karena malas juga di kelas suasananya panas dan berisik. Biasanya Radit yang akan merusuh dengan gitarnya, tapi sekarang gitarnya tak ada. Mau merusuh menggunakan apalagi kalau bukan gitar? Walau sebenarnya suara Radit saja sudah ramai, tapi tanpa gitar apalah jadinya sayur tanpa garam.
"Bro!" Panggil seseorang disertai dengan sentuhan di bahu Radit. Radit menoleh, ia menemukan Iffer yang sudah duduk di sampingnya.
"Sendiri?" Tanya Radit, karena biasanya Iffer tak pernah jauh dari Kent.
"Iya. Gabut. Kent lagi tidur di perpustakaan."
"Yunda?"
"Lagi asik sama Rara. Kalau sama sahabatnya ya gitu. Gue mah lewat aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RastgeleSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...