SMAPM 46

356 16 0
                                    

Rara duduk di depan laptop bersama Kak Andri, memandangi pengumuman SNMPTN di laman Web yang sejak tadi masih berputar. Menguji kesabaran Rara dan membuat Rasa penasaran makin menyelimuti Rara. Rasa takut, tapi ada juga rasa percaya diri.

"Coba deh Kak ulangi" Ucap Rara. Karena sejak tadi tak muncul pemberitahuan.

"Sabar Ra, ini lagi loading"

Tiap detik, Rara merasa jika berlalu sangat lama. Web nya tidak dapat terbuka. Sejak tadi yang muncul masih sama, hanya lingkaran yang berputar-putar. Padahal, sinyal di rumah tidak terganggu apapun,tapi kenapa bisa selama ini?

"Banyak yang lagi buka laman ini juga kali Ra,"

Rara baru saja bangkit, awalnya ia mau pergi ke dapur untuk mengambil air minum, Tapi Kak Andri menarik tangan Rara untuk kembali duduk duduk. Lamannya sudah terbuka. Dan yang Rara lihat adalah.

"Maafin Rara Kak"

"Nggak apa, Masih ada SBMPTN, kamu juga udah siapin itu kan?"

Tapi Rara tetap saja merasa salah. Dirinya sudah menyiapkan SNMPTN sejak kelas 10, menyetabilkan nilainya setiap semester, walaupun memang ada beberapa nilai yang tak tercapai, tapi Rara merasa jika semua yang ia berikan tiap semesternya adalah yang paling terbaik.

"De, jangan dipikirin. Jalan kamu mungkin bukan di sini. Usaha lagi ya" Rara mencoba menampikan senyumannya. Padahal hatinya retak, ia tak bisa memberikan apa yang seharusnya ia berikan. Rara tak bisa membuktikan apa yang harusnya ia buktikan. Payah, Rara payah untuk hal ini saja Rara tak bisa.

"Tapi guru-guru Rara juga positif kalau Rara bakal lolos SNMPTN kak, Rara bakal-" Ucapan Rara dipotong oleh Kak Andri.

"Menyesal nggak akan pernah bikin semuanya jadi baik de. Sekarang bukan waktunya buat menyesal, sekarang waktunya kamu buat belajar untuk SBMPTN yang cuma ngitung minggu lagi."

"Iya Kak, Rara masuk kamar ya"

Setelah Kak Andri mengangguk, Rara mengambil laptopnya dan juga masuk ke dalam kamar. Rara menangis, dalam kamar. Menangis dalam selimut dengan sesak yang tiada tara. Mungkin, teman-teman Rara sudah diterima di Universitas Yang menjadi dambaannya. Tapj Rara, masih harus berjuang.

Rara mengambil handphonenya. Menghubungi Radit lewat pesan chat.

Rahma salira : Radit, udah liat pengumuman? Gimana hasilnya?

Ceklis satu. Radit tidak ada. Rara makin menangis, air matanya semakin deras saat Radit kin sedang tak ada.

Semua memang tak perlu seiringan dengan keinginan kita, tapi apa sulitnya semesta memberikan sesuatu apa yang sudah Rara usahakan sejak lama? Apa itu salah dan terlalu berlebihan? Rara salah menginginkan sebuah hasil yang sesuai dengan usahanya. Rara susah payah mengejar nilai, tapi hasilnya tetap ditolak?

Telepon Rara berdering, nama ayahnya tampil di ujung layar. Rara mengeser tombol hijau, lalu meletakan benda tipis itu ke telinganya.

[Gimana hasilnya Ra?]

"Di tolak Yah, Rara di tolak di Farmasi Unpad"

[Nggak apa, belajar lagi buat SBMPTN, Kalau nggak dapet, nggak masalah Swasta juga nggak apa De]

"Tapi Rara udah sia-siain kepercayaan ayah sama Rara"

[Nggak apa De, Rezeki kamu mungkin bukan di sini. Ayah mau Rara jangan putus asa. Semua orang sukses tumbuh dari kegagalan De]

Rara menangis, bagaimana bisa Rara mengecewakan orang yang sudah berjuang untuknya. Ayah yang sampai-sampai membuat usaha baru di Bandung agar tetap bisa bersama Rara di Bandung. Tapi Rara berikan ayah kegagalan, bahkan kemarin Rara beranggapan Ayah pergi meninggalkan Rara dan terkesan sangat tak perduli. Rara seperti di telantarkan di rumah bersama dengan bibi. Padahal, ayahnya sedang berjuang di kota orang, untuk Rara.

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang