Setelah wisuda, Rara langsung melanjutkan pendidikan Apoteker di Surabaya dan beruntungnya, semesta mendukung keinginan Rara untuk kuliah di tempat yang sama dengan Radit. Walaupun rencananya nggak berbuah manis, tapi usaha Rara untuk membuat Radit ingat pada Rara nggak berhenti di satu cara aja.
Ternyata memang benar, Radit di Surabaya benar-benar sulit untuk di sentuh. Apalagi di kampus, dia ke kampus hanya untuk bertemu dengan Professor kemudian kembali lagi ke Rumah Sakit karena sekarang sedang melakukan Koas. Dia sibuk, bahkan katanya jarang bertemu dengan adiknya karena sibuk di Rumah sakit dari pagi hingga malam.
Rara tahu, Kak Andri saat Koas dulu juga begitu. Pulang ke rumah cuma kalau ingat saja. Kalau enggak ya tidur di Rumah sakit.
"Bulan depan kita mulai PKPA di Rumah Sakit ya, nggak kerasa ya Rah. Kayaknya baru kemarin kita sampe di Surabaya" Ucap Zelyn pada Rara.
Di Surabaya Rara tinggal di kossan bersama dengan Zelyn. Dia adalah teman kuliah Rara di Bandung yang juga melanjutkan pendidikan Apoteker di Surabaya. Memang awalnya Zelyn yang lebih dulu berencana karena memiliki tujuan lain, ternyata idenya Zelyn untuk melanjutkan pendidikan ke Surabaya membuat Rara jadi ingin ikut dengannya.
"Iya udah lama juga ya di Surabaya?"
"Eh BTW Lo ada Rumah Sakit yang di Incer untuk tempat PKPA nggak?"
"Ada sih, tapi kayaknya nggak mungkin ke sana"
"Pasti tempat Radit Koas kan?"
"Hah? Nggak juga. Aku aja nggak tahu dia koas Dimana"
"Nggak tahu, atau pura-pura nggak tahu?"
"Nggak tahu Zel"
"Tanya dong. Apa perlu aku kenalan sama dia ya? Penasaran aku"
"Kalau berani. Dia itu susah di sentuh"
"Hah serius? Makin penasaran aku kalau gini"
Sekarang Rara sedang berada di sebuah gazebo yang ada di kossan nya, ada tugas kampus yang harus di selesaikan sebelum PKPA di Rumah sakit nanti. Rara baru bisa mengerti bagaimana sulitnya untuk meluangkan waktu untuk pulang ke Bandung walaupun untuk satu hari. Pantas aja, Radit selalu sulit untuk datang ke Bandung tiap akhir pekan, ternyata memang selain jarak dan waktu, Rara juga harus rela lelah meluangkan waktu istirahat nya di ujung pekan untuk naik kereta ke Bandung dan memakan waktu yang lumayan lama.
"Handphone kamu nyala tuh" Zelyn menunjuk handphone Rara yang menyala tanpa suara.
"Eh iya" Rara meraih handphonenya, nama mamahnya Radit muncul di ujung layar. Rara mengisyaratkan Zelyn untuk diam dan tidak berisik karena Rara akan mengangkat teleponnya.
"Hallo Tante?"
...
"Sore ini?"
...
"Ya nanti Rara mampir Tan"
Rara kemudian menutup teleponnya. Zelyn menatap Rara dengan penuh tanya, seperti minta jawaban tanpa bicara.
"Mamahnya Radit, nyuruh aku ke rumahnya buat makan malem. Soalnya dia masak banyak terus Iffer sama Radit nggak pulang nanti malem"
"Oh gitu. Kedengarannya aku kamu bilang 'Tan Tan Tan' kirain MANTAN eh taunya bener Mantan mama Mertua"
"Jangan gitu deh Zel. Ayah aku kan emang nitipin aku ke Tante Hanum"
"Iya tahu"
***
"Makasih ya Kakak Dokter" Radit mengangguk sambil memberikan senyuman pada anak kecil yang ayahnya baru saja ditangani oleh Radit.
Hari ini Radit banyak mendampingi Dokter untuk
Melakukan praktik bedah atau kontrol luka di bangsal Bedah. Sudah hampir satu bulan Radit berada di stase ini dan bulan depan akan pindah ke stase minor, THT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
AcakSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...