"Lah, gue kira anak barunya siapa. Itu sih si Cindy Candy Crush" Ucap Radit sambil melemparkan tasnya ke sofa tempat Kent dan Iffer sedang duduk..
"Kenal?" Tanya Iffer sambil memainkan Game yang ada di Handphonenya.
"Temen dari TK, kalau gue tahu itu si Cindy Candy Crush, nggak akan mau gue dateng ke sana" Kini Radit membantingkan tubuhnya ke sofa.
"Kenapa?"
"Dia suka sama gue anjir, yang ada kalau gue muncul dia makin cinta"
"PD banget lo, muka udah kayak kutil onta aja masih bisa PD sok ganteng" Ucap Kent dari balik bantal yang menutupi wajahnya. "Emangnya lo nggak suka sama dia?"
"Suka sih, makin cantik ternyata"
"Mabar Ayo!" Ajak Iffer pada Radit yang sepertinya tampak malas-malasan.
"Mager dah gue, nanti aja malem"
Kini Iffer yang ikut membaringkan tubuhnya di Soffa, ia meletakkan handphonenya di atas meja dan menyusul Kent ke dalam mimpi. Sementara Radit, ia memilih untuk mengambil handphone yang ada di dalam saku celananya, saat data menyala suara bising itu seakan hadir dan saling bersautan, apalagi kalau bukan suara notifikasi dari grup. Dan, chat tertinggi di Handphone Radit adalah Notif dari grup Osis.
"Astagfirullah, Rapat osis!"
***
Di pusat Kota, gemersik daun yang terbawa oleh angin sore kini begitu tak bisa terasa oleh Rara karena angin itu berada di luar, dan Rara berada di dalam mobil, dengan angin yang berbeda.
"Yah, nanti malam mau ke rumah Yunda ya? Boleh nggak?" Tanya Rara dengan ragu. Kini Ia sedang berada di dalam mobil bersama dengan ayahnya dan Kak Rani, mereka sedang di jalan untuk pulang ke rumah.
"Mau ngapain? Besok juga ketemu kan sama Yunda?" Ucap Ayah dan padanganya tak beralih dari jalanan yang tampak ramai lancar.
"Bikin Proposal Osis"
"Lagian kamu ngapain sih ikut-ikutan Osis kayak gitu. Bikin cape aja, terus juga pelajaran kamu jadi keganggu"
"Daripada sekolah cuma gitu-gitu aja, monoton banget. Nggak punya pengalaman, percuma pinter tapi nggak ada keberanian" Ucap Kak Rani dari kursi belakang.
"Jangan ngikutin kakak kamu, emangnya kamu mau kayak dia? Kuliah di kampus swasta masa SMA nya sibuk cuma karena Ekskul dan Osis, dia bahkan lupa belajar. Mau ngikutin kakak kamu?" Ucap Ayah.
Rara terdiam, tak berani untuk melawan dan menentang ucapan ayah seperti Kak Rina, Rara takut pada ayah.
"Ini sebabnya kenapa aku mau ambil jurusan Psikologi, biar aku tahu gimana kondisi jiwa adik aku akibat terlalu terikat sama peraturan ayah yang beneran mengikat dia banget" Ucap Kak Rani sambil membaca buku yang ada di tangannya.
"Bukan mengikat, pergaulan anak Zaman sekarang sulit dipantau, kamu mau tanggung jawab kalau adik kamu salah pergaulan?" Tanya ayah.
"Rara udah besar yah, dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau terus-terusan dikekang, dia bisa nekat"
Seakan Rara tak diberikan kesempatan untuk bicara dan menganggkat suaranya. Sebenarnya, ia ingin turut serta dalam suara pembelaan untuk dirinya, tapi tak bisa. Di mata ayah Rara selalu menjadi anak kecil, dan pendapat yang dikeluarkan Rara selalu salah. Tak pernah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...