SMAPM 7

856 35 0
                                    

Menjadi baik bukanlah sebuah pilihan Yunda, menjadi orang baik bagaikan sebuah kewajiban yang harus ia lakukan kepada semua orang.

"Nda, gue mau ngomong" tanpa menoleh, Yunda tahu siapa orang yang kini ada dihadapannya, yaitu Iffer, Pacarnya yang menjadi rahasia.

"Ngomong aja" Ucap Yunda dan pandangannya tak berpaling dari layar laptop.

"Gua mau ngomong serius Nda"

"Ya ngomong aja sini. Gue lagi nggak sempet pergi"

"Bisa nggak sih, kalau ngomong sama orang lo lihat mukanya?!" Tiba-tiba saja Iffer menutup kasar laptop yang sedang ada di tatapan Yunda.

Seperti disambar oleh petir saat siang hari, begitulah perasaan Yunda. Bukan hanya terkejut tapi nasib laptopnya dan file penting yang ada di dalamnya menjadi pertaruhan.

"Lo itu kenapa sih Fer?"

"Lo yang kenapa? Gue itu lagi ngomong sama lo, ada apa sih di Laptop itu Nda?" Terdengar membentak, itulah yang telinga Yunda tangkap dari mulut Iffer, baru kali ini Yunda mendengar Iffer membentaknya di depan umum.

"Gue lagi sibuk untuk laporan kegiatan bulan lalu"

"Gue minta waktu lo sebentar"

"Penting atau enggak? Kalau nggak penting nanti aja."

"Oke, Gue rasa ini nggak penting. Gue permisi"

Setelah itu Iffer membalikkan tubuhnya, tak ada lagi kata yang diucapkan olehnya. Tapi Yunda tahu, Iffer datang untuk meneruskan pembicaraannya semalam tentang Rara. Tentang Yunda yang tidak boleh terlalu dekat lagi dengan Rara. Karena dekat dengan Rara membuat Yunda jauh dari Iffer, padahal sebenarnya Yunda tak pernah mau menjauhi Rara, sudah cukup Vita yang menjauhi semuanya, tak mau Yunda mengikuti jejak Vita dan meninggalkan Rara apalagi karena alasan Klasik yaitu Cinta.

Hari ini juga, SMA Setia Budi sedang melakukan Senin Bersih. Tapi Yunda diam di kelas dengan alasan sedang menyelesaikan tugas OSIS. Padahal, Yunda malas keluar kelas karena tidak ada Rara hari ini. Entahlah, karena terlalu sering bersama dengan Rara, Yunda jadi ikut seperti Rara yang tak suka bergaul dengan orang asing yang tidak mengenal dekat siapa dirinya.

Sebenarnya, Yunda selalu ingin menjadi Rara, Anak kesayangan ayahnya yang selalu diperhatikan walaupun selalu berlebihan, Rara yang selalu mendapatkan apa yang ia mau, Rara yang menjadi prioritas ayahnya. Rara, Hidup Rara sangat menyenangkan. Walaupun penuh tekanan.

Persoalan Iffer, Dia tak bisa mengerti seperti apa persahabatan Yunda dan Rara, sejak kelas 10 Rara dan Yunda memang dikenal sebagai dua anak yang terpampang prestasinya di meja para guru bahkan kepala sekolah dan para yayasan. Rara yang membimbing Yunda, menjadikan dirinya menjadi setara dengan Rara, karena Sahabat yang baik adalah sahabat yang membawa dampak positif, mengingatkan pada kebaikan, terima jika disalahkan, dan mau menerima jika harus dibenarkan.

Meninggalkan sahabat demi cinta? Rasanya tidak akan pernah juga Yunda melakukan itu pada Rara.

"Bendahara lo mana?" Suara itu tiba-tiba muncul dan pemiliknya juga sudah ada di hadapan Yunda.

"Rara nggak masuk" Jawab Yunda tanpa menoleh ke arah Vita yang berdiri tepat di depan mejanya.

"Radit?"

"Lo sebenernya denger nggak sih pas absen pagi? Lo punya kuping nggak sih? Lo dikasih karunia dua telinga sama tuhan tuh untuk denger apa yang orang lain bicarain"

"Lo kok nyolot sih?"

Yunda menutup laptopnya, mengambil tas dan berdiri menghadap Vita. "Lo bahkan nggak pernah tahu kalau sahabat kecil lo itu lagi ada di titik terpuruknya. Coba lo cari mesin waktu, dan muter ke masa lalu. Masa saat lo itu ada di titik terpuruk lo, siapa orang yang ngelus pundak lo? Inget-inget ya Vit. Kurang-kurangin menghardik sahabat sendiri."

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang