SMAPM 11

734 37 2
                                    

Minggu.

Semenjak ucapan Kent di kantin saat itu, kini Rara lebih menjadi jaga jarak dengan Radit. Bingung juga, antara harus sedih dan senang. Sedih karena itu Rara menjadi jauh, dan senang karena ternyata dengan itu seperti menjelaskan jika Rara cemburu.

Besok adalah perayaan hari guru, seminggu belakangan ini Radit lebih sering menghabiskan waktunya di sekolah. Jaraknya dengan Rara semakin dekat, tapi Rara tak banyak bicara. Dirayu juga wajahnya kini tak lagi memerah seperti dulu. Kini ia tampak biasa saja.

"Dit, gimana pengeluaran dana sama perencanaan sesuai atau nggak?" Tanya Rama saat Radit sedang menatap layar laptopnya, sebenarnya tak ada yang ia lakukan di sini, hanya menatap layar laptop sambil sesekali memantau pekerjaan teman-temannya.

"Ada sedikit yang melenceng. Tapi nggak banyak kok. Nanti gue kirim data pengeluarannya"

"Jangan banyak ngelamun. Nanti setan lewat!" Ucap Rama setelah itu ia kembali pergi dan meninggalkan Radit sendirian di ruang depan mading utama.

Karena di sinilah Radit duduk, di depan hadapan banyak orang yang sibuk bekerja untuk acara besok pagi. Sekarang memang waktunya Radit untung santai dan lenggang kaki, karena dua minggu yang lalu Radit sudah disibukkan oleh proposal, anggaran biaya, dan semua yang berikatan dengan keuangan. Sekarang, Radit hanya duduk di depan meja dan menunggu seseorang datang untuk melaporkan biaya pengeluaran untuk acara ini.

"Hay" Dari kejauhan Radit melihat jika ada Cindy yang melambaikan tangannya dan dia kini sedang berjalan menuju ke tempat Radit berdiri. "Sibuk ya Pak Bendahara?" Tanya Cindy saat ia sudah duduk di depan meja Radit.

"Nggak, lagi ngeliatin aja"

"Besok tampil di sini ya? Keren banget. Udah prepare?"

"Nggak perlu, nyanyi sendiri main musik sendiri, ya seenaknya aja."

"Oh iya, udah master kan jadi nggak perlu latihan"

Radit hanya tersenyum miring. Usaha-usaha Cindy untuk menarik perhatian Radit makin hari juga makin terlihat, mulai dari Cindy yang lebih sering untuk meminta diantar dan dijemput oleh Radit, juga lebih sering meminta Radit untuk menemaninya keliling Tangerang. Dan Radit bukanlah tipikal orang yang sulit peka, Radit sangat peka bahkan paham apa yang diinginkan oleh Cindy, tanpa dia memberitahu apa maunya.

"Besok lo berangkat lebih awal?" Tanya Cindy.

"Gue kemungkinan nginep di sini sama Rama. Soalnya gue takut kesiangan kalau di rumah"

"Oh oke, gue permisi deh ya. Mau ke temen-temen"

"Oke"

Lega, kalau Cindy ada di samping Radit rasanya campur aduk. Senang, risih, kesal dan lain-lain. Rasanya juga bingung, ingin kemana berhenti dan ingin lanjut di mana, berjuang untuk Rara, atau untuk Cindy?

***

"Ra, kalau gue sama Iffer putus, gimana ya?" Tanya Yunda pada Rara.

Sekarang, Yunda dan Rara sedang ada di ruang osis, hanya berdua karena sudah lelah menjadi pengurus proposal, keuangan, dan pengadaan dana. Itu sudah cukup melelahkan, dan kini adalah waktunya Rara dan Yunda untuk bersantai.

"Ya nggak tahu, semoga aja nggak putus"

"Kalau gue lupa sama lo gimana Ra, jujur ya. Gue mau cerita sama lo nih"

"Cerita apa?"

"Iffer ngelarang gue buat temenan sama lo, dia nggak suka kalau gue temenan sama lo. Tapi gue nggak bisa, gue cuma punya lo Ra, nggak ada temen lain lagi"

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang