Radit.
Katanya, jika sesuatu yang sudah ada di dalam genggaman, tak boleh lagi dilepaskan. Bagaimana jika ceritanya, sesuatu itu harus dilepaskan? Tanpa mau mendengar dan melihat lagi apa dampak untuk kelanjutannya. Pikiran sering kali berputar, tak tahu arah, tak tahu waktu, tak tahu juga menuju ke arah mana. Yang jelas, pikiran tak akan pernah diam layaknya batu dalam air. Menetap, pikiran akan akan selalu berkeliaran seperti debu di udara. Itu yang sekarang Radit rasakan.
Duduk di tengah-tengah keheningan, bersama dengan secangkir kopi hitam pahit, tapi memeberikan sensasi menenangkan. Espresso, harusnya tak usah ditempat mewah. Di pinggir jalan sambil makan mie ayam sebenarnya sudah sangat cukup. Tapi untuk kali ini, yang Radit temui bukanlah orang biasa.
Masih ingat Mas Reza? Pemilik PH Uniksik Record? Iya. Sekarang Radit duduk bersamanya lagi. Tadi sore, Radit sudah melakukan satu kali rekaman, Bukan rekaman tapi test suara. Dan semuanya berjalan dengan lancar. Hasilnya juga membuat Mas Reza tersenyum puas.
"Sesekali nanti mungkin kita ngopi-ngopi gini setelah rekaman, mumpung masih bisa dan kamu juga belum sibuk" Ucap Mas Reza di tengah-tengah percakapan.
"Emangnya, definisi sibuk menurut Mas sendiri itu apa sih?" Ucap Radit. Karena jujur, definisi sibuk menurut pandangan orang, pasti berbeda-beda.
"Sibuk itu, ketika seseorang nggak bisa ngeluangin sedikit waktunya untuk bersantai. Menurut saya itu definisi sibuk"
Definisinya, beda dengan pandangan sibuk menurut Radit. Tak salah, seseorang memang berhak memiliki pandangan masing-masing. Termasuk untuk definisi satu kata sepele ini.
"Kalau definisi musik?" Tanya Radit, mengalihkan dari kata sibuk menjadi musik.
"Musik nggak memiliki arti, musik adalah jiwa saya. Keluarga saya bukan pemusik, tapi semua pemusik adalah keluarga saya. Menurut saya seperti itu. Kalau kamu sendiri?"
"Ketenangan, katanya seseorang bisa tenang jika dalam suasana sunyi, tapi saya sendiri berbeda. Karena yang saya dapatkan dari kesunyian bukanlah sebuah ketenangan, justru malah suasana hati saya yang semakin kacau. Yang saya butuh adalah musik, karena musik adalah sesuatu yang bisa membolak balikan perasaan seseorang"
"Saya boleh tanya, sebagai anak SMA kamu punya cinta?" Pertanyaan Mas Reza membuat Radit terdiam. Jawabannya memang ada, tapi kelanjutan dari kata ada itu yang Radit takutkan. Takut mengakui jika dirinya adalah pengecut.
"A-ada"
"Kenapa ragu jawabnya?" Tanya Mas Reza. Tapi Radit diam. "Anggap saja saya ini adalah penasehat kamu. Saat orang yang kamu butuhkan untuk berbagi tidak ada, kamu bisa gunakan saya. Jadikan saya options terakhir untuk kamu bercerita, selagi ada yang lain seperti ayah atau teman-teman kamu. Kamu tidak usah cerita pada saya"
Radit menaikkan kepalanya, menggeser kopi yang ada di hadapannya ke samping sebagai tanda jika sudah cukup kepahitannya sampai di sini.
"Saya jatuh cinta pada sahabat saya sendiri, dan yang jadi masalah saya terlalu pengecut untuk bilang."
"Persahabatan antara lawan jenis, nggak akan pernah berakhir pada ketulusan. Bahkan saya sudah menobatkan, jika persahabatan antara lawan jenis itu tidak pernah ada"
"Kenapa begitu?" Yang Radit dapat bukanlah jawaban, tapi hanya senyuman dan salam pamitan.
"Saya pulang duluan. Jangan lupa, Minggu depan kamu persiapkan lagu yang tadi saya bilang"
Kak Andri bisa mengakhiri persahabatan dengan cinta secara baik, bahkan hampir sampai ke pelaminan. Tapi kenapa Mas Reza justru bicara kata yang berbeda? Kata yang membuat Radit pupus, harapannya sedikit tenggelam, walaupun belum begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...