SMA Setia Budi
"Ayah, nanti aku pulang telat ya, ada Rapat Osis dulu pulang sekolah" Ucap Rara pada ayahnya sebelum turun dari mobil.
"Beneran rapat kan? Nggak main?"
"Nggak, beneran rapat"
Menjadi sesuatu yang sangat dikhawatirkan dan menjadi sesuatu yang selalu disu'udzoni, Sebenarnya Hidup Rara kurang kebebasan, Tak ada sama sekali ruang untuk bergerak bebas sesuai dengan keinginannnya, dan semuanya tergantung pada ayah.
Langkah kaki Rara bergerak tak beraturan, otaknya tak berhenti berpikir, memikirkan sampai kapan selalu berada di dalam lingkaran yang penuh dengan larangan, Zona merah begitu sulit untuk dilewati, Rara ingin sekali keluar dari Zona merah dan merasakan bagaimana senangnya hidup menjadi anak normal.
"Gue pinjem uang lah, 10 ribu aja deh pengen beli rokok, nggak enak kalau pagi nggak ngerokok nih" Baru saja Rara melewati Kent yang sedang meminjam uang pada adik kelas, tidak memalak, dia hanya meminjam, setelah itu pulang sekolah nanti uangnya ia ganti.
Kent adalah kembaran Radit, bukan sepenuhnya kembaran sih cuma Kent dan Radit bagaikan anak Kembar yang selalu bersama, dan kembaran Radit ada satu lagi namanya Iffer. Jadi mereka adalah kembar tiga. Lucu sih saat melihat mereka berjalan berderetan.
Rara hanya melewati Kent, tidak menyapa apalagi menyambut paginya dengan senyuman yang dikhususkan untum Kent, sama sekali tidak. Berjalan saja mengikuti arus ramainya koridor sekolah.
***
Radit.
Menjelema menjadi laki-laki asing di sekolah, menjadi bahan lelucon untuk menghibur diri sendiri dan mambagikan tawa untuk orang lain. Rasanya seperti itu sudah cukup adil. Tak begitu memperlihatkan kerapuhannya pada banyak orang, dan yang banyak orang tahu hanya Radit yang senang bercanda dan sering membuat guru bingung.
"Anjir tuh Asep singkirin napa sih, enggap gue" Ucap Iffer pada Kent yang kini sedang merokok di Warsa, Warsa adalah singkatan dari Warung Biasa, ini adalah warung yang berada di belakang sekolah dan jaraknya 100 meter dari sekolah.
Yakin deh, tiap sekolah pasti ada yang namanya Warung-warung buat ngumpulnya anak-anak bandel bin badung, buat ngerokok atau sekedar ngumpul menghidari kehidupan sekolah yang katanya membosankan.
"Udeh nih, gue udah kelar" Kent menginjak puntung rokoknya dengan sepatu yang ia gunakan. "Eh, Btw semalem lo bukannya harus manggung ya? Emang kagak sayang duit apa? Lumayan tuh uang manggung buat beli gitar baru? Kok lo malah Reoni sih? Di mana tuh?"
Pertanyaan bertubi-tubi dari orang yang Radit anggap gila, bertanya dengan bertubi-tubi dan bingung harus menjawab yang mana terlebih dulu.
"Palingan ntar malem manggung lagi, tadi malem gue reoni sama temen SMP, di BSD" Ucap Radit singkat.
"Gaya bener main ke BSD, biasa main di Tangcity juga lo, paling bantar ke Lippo Karawaci, sok-sok sampe ke BSD" Ucap Iffer asal.
"Lo biasa main di samping Cisadane, mana kenal sama Tangcity. Nyasar iya lo" Balas Radit.
"Eh, Cisadane tuh Ikonnya Kota Tangerang Cuy, kasian mana masih muda taunya Mall doang" Ucap Kent.
Iya sih, terakhir kali Radit main ke Cisadane yaitu saat ada Festival Cisadane saat kelas 1 SMP dulu, dan dari kelas 2 SMP sampai sekarang Radit lebih sering main di Mall atau Caffe, bukan sombong tapi di sanalah Radit bisa menyalurkan hobinya sambil mencari uang tambahan untuk jajan sekolah, walaupun ayahnya sudah memberikan uang yang lebih dari kata cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...