SMAPM(02) 12

251 14 0
                                    

Radit keluar dari kelas saat hari sudah mulai gelap ditambah lagi hujan sedang turun. Udaranya jadi sangat sejuk. Surabaya ternyata tidak buruk, yang menganggap Surabaya buruk, itu hanya Rara. 

"Radit, lo pulang naik apa? Bareng gue yuk. Gue pesen taxi online ya?" Shila muncul di belakang tubuhnya Radit.  Seperti biasa, Radit hanya melirik wanita itu tanpa menjawabnya Radit langsung berlari menerobos derasnya hujan.

Dan halte adalah tempat yang pas untuk berteduh dan berlindung dari gangguan Shila.  Demi tuhan, sejak Shila mendekatinya hidup Radit di kampus tidak sedamai dulu. Radit seperti dikejar - kejar oleh sebuah makhluk menakutkan, ia harus selalu berjaga-jaga dan waspada seperti sedang berada di dalam arena perang. Hidupnya tak lagi damai, Shila selalu ada di mana-mana mengganggu ketenangan Radit. 

Di sela-sela Radit membuka jaket nya yang basah, tiba-tiba datang seorang wanita yang juga ingin meneduh dari hujan. Wanita itu menggunakan tas sebagai pelindung kepalanya. Dan ketika tas itu ia letakan di kursi, wajahnya terlihat dengan rambut terurai yang menutupi sebagian wajahnya.

"Lah ini mah cewe yang tadi di auditorium."

"Om? Iya nih Ria lagi di halte lagi neduh, ya habisnya di tempat bimbel udah sepi. Jadi Ria ke sini. Om jemput di sini aja ya"

Radit hanya mendengar suara itu. Pandangannya tetap lurus ke depan. Seperti biasa, fokusnya selalu pada hal lain. Tidak pada hal yang ada di sebelahnya.

"Eh, mas yang waktu itu dateng ke klinik ya? Eh mahasiswa di sini ya?"

Lah dia ngomong sama siapa?

"Ngomong sama saya mba?" Radit melihat keadaan sekitarnya, tidak ada orang kecuali Radit dan orang itu. Mereka hanya berdua.

"Iya atuh mas, masa sama tembok"

"Oh, iya" Radit langsung tersadar dan merespon ucapan pertama yang diucapkan wanita ini. "Iya saya mahasiswa di sini. Kamu juga?"

"Oh engga,"

"Terus? Tadi bukannya ada di acara seminar ya? Saya kira kamu anak FEB kampus ini, dan baru selesai kelas juga" 

"Eh enggak.  Saya bimbel di sekitar sini. Om saya dosen di sini"

"Oh om kamu dosen, dosen fakultas mana?" Radit melihat hampir semua bagian baju wanita ini basah. Radit mengambil jaket di dalam tasnya. Jaket yang tadi pagi Iffer berikan kepadanya karena malas pakai jaket katanya.

"Kedokteran"

"Nih pake aja dulu" Radit berikan jaket itu pada wanita yang di sebelahnya. Wanita yang katanya namanya Ariana, kalau nggak salah.

"Eh nggak apa-apa,  sebentar lagi om saya dateng kok"

"Nggak apa, nama saya Raditya. Terimakasih"

Radit langsung berlari menerobos hujan yang sedang deras derasnya.  Entah kenapa, tapi baru saja Radit bicara panjang lagi pada orang lain kecuali Iffer.  Seperti ada kepuasan dalam diri Radit, sampai-sampai senyum terukir dalam bibir tipisnya.

***

Malam ini Rara belajar bersama dengan teman-temannya di sebuah caffe di pusat kota Bandung. Di temani dengan angin sejuk dan juga instrumen lagu di telinganya, Rara terus menulis di atas kertas putih. Pandangannya tak beralih kemanapun. Suara teman-temannya tak sama sekali mengalihkan fokus Rara. 

"Nih anak mau belajar bareng apa belajar sendiri sih, Diem-diem aja"

"Eh guys, Ini tugas anfisman gue kok gini ya? Gambarnya kok cacat si?" Shiren berteriak sambil menunjukkan lembaran tugasnya. Gambarnya lucu, kepalanya botak dengan rambut sehelai, seperti upin. 

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang