"Gue grogi banget dong ini Aduh" ucap Shiren. Dia sampai menggigit ujung jarinya karena terlalu takut jika pertanyaan di dalam akan sangat sulit dan memojokkan dirinya.
"Tenang Shir, Lo kalau grogi gini lmalah nanti nggak bisa jawab. Tenang aja"
"Lo nggak grogi apa? Gue aja gemeteran banget Rah"
Sebenarnya Rara juga grogi, cuma dia bisa mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. Melihat Shiren yang segrogi itu Rara justru ingin tertawa.
Hari ini, Shiren dan Rara akan sidang. Kebetulan mereka berdua mendapatkan jadwal sidang yang berbarengan pada satu hari yang sama. Setelah melalui beribu-ribu drama, berjuta air mata, dan puluhan kali sakit hati karena selalu di revisi. Akhirnya hari ini Rara sidang.
4 tahun jadi warga Bandung tak memberikan Rara banyak perubahan. Hanya kulit wajahnya saja yang lebih bersih karena air di Bandung sangat bagus dibanding dengan air di Tangerang. Begitupun dengan Radit, sudah 4 tahun. Padahal sudah 4 tahun, tapi bayangan Radit menjemputnya di depan gerbang selalu berputar dan saat itu juga memori-memori nya ikut hadir. Padahal, orang yang ia rindukan sudah pergi entah kemana. Ada orang baru yang ingin selalu ada, tapi kenapa Radit tetap jadi orang yang paling Rara tunggu kehadirannya..
4 tahun tanpa Radit memang nggak mudah. Ada ratusan malam Rara harus menangis kala ingat Radit seperti hilang ditelan bumi. Jejaknya tak bisa di lacak. Bahkan ayahnya saja tak memberi tahu Radit ada dimana. Radit seperti bersembunyi entah ada dimana, Iffer teman dekatnya juga seperti bersekongkol untuk tidak mempertemukan Radit dengan Rara.
Dan hari ini Raditya, Rara akan sidang, wanita yang berhasil masuk di kampus impiannya berkat semangat dari seseorang seperti Radit. Seseorang yang dulu semangat nya hampir pupus, tapi Radit selalu bisa membangkitkan semangatnya kembali. Sekarang, Rara berdiri sendiri tanpa Radit, tanpa ada tangis lagi, meskipun kadang masih ada sedikit kerinduan. Bagaimana tidak, setiap sudut di kota ini punya cerita bersama Radit. Kota ini menjadi saksi, bagaimana usaha Radit untuk terus mengunjungi Bandung karena mau mengobati rindunya, dan kota ini juga menjadi saksi bagaimana kandasnya hubungan mereka, bukan cuma sebagai pacar, tapi juga sebagai sahabat.
"Rahma Salira Rahzain"
Selanjutnya nama Rara dipanggil. Jantungnya berdegup cepat. Hatinya bicara. "Bismillah, semoga lancar"
"Bismillah Rah, Semangat pasti bisa" Ucap Shiren. Dia bisa juga ya memberi semangat padahal dirinya grogi setengah mati.
"Bismillah"
***
Rara keluar dengan tangis yang hampir kering. Matanya menatap semua orang yang ada di hadapannya. Shiren, Tasya, Dhea, Zelyn, dan Karin. Teman-teman yang menemaninya selama 4 tahun kuliah di sini. Ada di sebelah Rara saat ia terpukul karena kepergian Radit, di hari-hari berat itu yang bersama dengan Rara adalah teman-teman nya. Meskipun Rara Tak merespon baik, tapi mereka yang membuat Rara sedikit lupa jika telah ditinggal oleh laki-laki yang paling ia cintai.
"Gimana Rah?" Tanya Tasya. Tanpa bisa berkata-kata lagi Rara meneteskan air matanya, ia melihat orang-orang yang selalu ada di sebelahnya.
"Gue bisa Ca, ishhh Kesellll" Rara langsung memeluk teman-teman nya.
"Congrats.. Ah gila Lulus duluannn" Yang paling erat memeluk Rara adalah Tasya. Tasya termasuk orang yang paling tahu bagaimana perasaan Rara. Dia yang selalu datang pagi-pagi sambil makan sarapan, dia yang selalu memergoki Rara yang datang pagi dengan mata sembab karena menangis.
Hari itu air mata Rara tumpah, karena haru, karena ternyata teman baik itu nyata adanya. Ternyata ada orang yang setia menemani nya sampai sekarang, sampai pendidikan nya di Bandung selesai dan membuat dunia perkuliahan tidak begitu menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...