SMAPM 6

887 35 0
                                    

"Maaf ya Fer, gue pinjem Yunda. Kasian Rara soalnya" Ucap Radit pada Iffer yang kini sedang duduk di sebelahnya.

"Lo minta bantuan di saat gue udah booking tempat buat nonton, sakitnya tuh di sini" Iffer menunjuk tengah-tengah dadanya. "Terus di sini juga sakit" Iffer menunjuk saku celananya.

"Mabar lah ayo, kalau menang gue gantiin duit lo booking tempat. Dua kali lipat deh" Radit mengeluarkan handphonenya, baru saja memutar posisi handphonenya menjadi landscape tapi Iffer terlebih dulu menolak.

"Wifi rumah gue belum dibayar cuy, paket internet juga abis. Besok ae lah"

"PS aja gitu?"

"Bosen ah, gue mau tidur. Bad mood banget gue gara-gara lo. Udah tau si Yunda tuh sibuk banget, terus lo malah bilang kalau Rara itu lagi ada masalah, dan lo sendiri tahu Yunda itu cuma punya sahabat Rara, dan Rara juga cuma punya sahabat Yunda. Dan lo tahu si Yunda tuh pacar gue men, dan persahabatan Rara sama Yunda tuh lebih Romantis dibandingkan dengan pacarannya gue sama Yunda" Radit hanya bisa tertawa pelan.

"Lo harus bangga punya pacar yang nggak lupa sama sahabatnya, nggak ngejauhin sahabatnya. Pacaran yang baik menurut gue adalah pacaran yang nggak ngejauhin sahabat"

"Yee lo bener"

"Yaa emang gue selalu bener"

"Si Kent lagi apa ya? Ke Timezone yuk" Ucap Iffer yang kemudian langsung bangkit dari posisinya yang semula sedang tertidur di atas sofa dan kini sudah duduk di atas sofa.

"Katanya nggak ada duit"

"Ya gue emang nggak ada duit, tapi lo ada kan?"

"Kagak dah, gue mau balik. Nyokap bokap gue jam 1 pulang"

"Dari mana?"

"Kupang"

"Mau ikut dong, siapa tahu kecipratan oleh-oleh"

"Ayo lah, ganti baju sana"

Kemudian Iffer langsung berlari ke atas kamarnya dan Radit tertawa pelan melihat Iffer yang berlari begitu kencang hingga nyaris menabrak pintu kamarnya. Baguslah, mood Iffer kini sudah sedikit membaik dan semoga saja ia sudah bisa melupakan batalnya acara kencannya dengan Yunda siang ini.

Karena kata Radit, kesedihan yang diderita oleh Rara adalah bebannya, dan apapun caranya Radit harus bisa membuat Rara tersenyum lagi, dan melupakan bebannya.

***

Rara ingin menangis dipelukan Yunda, tapi Yunda selalu melarang, Yunda bilang jika semua hal tidak seharusnya ditangisi, yang perlu adalah tersenyum dan berkata jika dirinya kuat dengan apapun yang terjadi. Tapi, Rara bukanlah orang yang mudah melupakan sebuah masalah, Rara mudah terbebani dengan masalah yang sebenarnya kecil tapi ia rasa selalu berat dan menggunung di pundaknya.

Beruntung Rara memiliki sahabat seperti Yunda, ada di saat Rara membutuhkan teman untuk menangis dan menceritakan keluh kesahnya, tentang kesedihannya dengan hidup yang terikat peraturan, dengan ayahnya yang sangat protek, dan tidak merasa dipedulikan oleh orang di rumah. Padahal yang tidak ada hanya Ibu, tapi kenapa seperti semuanya ikut menghilang. Kak Andri juga tak ada saat Rara butuh, biasanya Kak Andri adalah orang pertama yang akan menghapus air mata Rara, dan Kak Rani seakan sudah memiliki dunianya sendiri, padahal saat ada ibu dulu, Kak Rani dan Kak Andri adalah paket lengkap untuk Rara, ada yang menghapus air matanya dan ada yang mengelus pundak Rara untuk menciptakan sebuah ketenangan.

"Kadang gue iri setiap kali lihat lo, atau lihat Fatma, Orang tua kalian lengkap, punya kakak dan adik yang Always listening and always understanding. Gue kayak dipenjara, nggak bisa bebas dan hidup gue penuh sama aturan" Rara menyandarkan kepalanya dibahu Yunda. Air mata Rara sudah mengering sejak Yunda datang dan menengangkannya dengan berbagai macam ucapan yang membuatnya semakin kuat dan perlahan muncul sebuah ketenangan. Bagaikan menemukan mata air di tengah-tengah gurun, Yunda datang begitu saja memberikan sebuah ketenangan yang memang Rara butuhkan.

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang