Radit.
Hari ini adalah hari kedua Rara tidak masuk sekolah, sudah dua hari juga pesan Radit tak dibalas, mengunjungi langsungpun Rara tak mau bertemu dengan Radit. Klasik, lukanya belum kering.
Hari ini Radit akan mencoba lagi, semoga usahanya tak menimbulkan kekecewaan seperti kemarin. Radit tak bisa membiarkan Rara terus-terusan terpuruk, mengurung diri dari orang-orang, larut dalam kesedihan hanya akan membuatnya semakin kacau. Dan, Tujuan Rara hidup bukan untuk bersedih-sedihan terus menerus. Hidupnya akan terus berlanjut tidak berhenti sampai di sini.
Sampai di rumah Rara, orang yang pertama kali Radit temui adalah Ayahnya Rara. Masih tegang, tapi harus tetap santai, tak boleh panik. Niat Radit lagipula baik, tidak akan menghancurkan anaknya.
"Assalamualaikum Om," Ucap Radit sambil bersalaman pada Ayahnya Rara.
"Walaikumsallam,"
"Rara ada Om?" Tanya Radit dengan suara sedikit Ragu.
"Ada di dalam. Panggil Kak Andri aja, dia ada di kamarnya"
Radit mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah klasik yang berukuran tidak besar, tapi tidak juga kecil hanya berlantai satu, tapi rumah ini sangat panjang dan lebar. Radit menuju ke kamar yang ada di bagian belakang, dekat dengan dapur. Itu adalah kamar Kak Andri, sengaja Radit memilih masuk ke dalam kamar itu terlebih dulu karena memang ada beberapa kata yang ingin Radit sampaikan kepada Kak Andri.
Radit mengetuk pintu, 3 kali dan Kak Andi muncul dengan pakaian sangat rapih, dengan jas putih di tubuhnya. Jas profesi yang sangat Radit inginkan juga.
"Mau berangkat ke Rumah sakit Kak?" Tanya Radit.
"Nggak, gue baru pulang tadi. Masuk sini"
Radit memasuki kamar yang sangat berantakan. Banyak baju yang berserakan di lantai, entah itu baju kotor atau baju bersih Radit tidak tahu.
"Lo itu Dokter, kamar udah kayak anak bengkel." Ucap Radit sambil berjalan kemudian duduk di ujung tempat tidur kak Andri.
"Nggak sempet beres-beres. Nggak enak badan"
"Lo tetep magang? Padahal lo sakit?"
"Ya gue harus cepet lulus. Cape bos kuliah terus"
"Kesehatan tetep nomor satu. Jangan aneh-aneh Kak, banyak orang yang butuh lo"
"Lo mau ketemu Rara?" Tanya Kak Andri, Radit hanya mengangguk. "Ajak keluar gih sana"
"Udah sore nanti malah pulang kemaleman"
"Ya emang kenapa kalau pulang malem?"
"Alerginya?"
"Main aja ke Festival Cisadane, nanti angetin badan di tempat jualan jagung bakar, jadi anget kan?"
"Bener juga. Anterin ke kamar Rara yuk"
Kak Andri membuka jas putihnya, ia kemudian menuntun Radit ke kamar Rara. Sebenarnya, Radit juga sudah tahu di mana kamar Rara, tapi ya sudah karena kali ini ada ayahnya Rara, dan tidak mungkin juga Radit nyelonong masuk ke dalam kamar anak perempuan, jadi Kak Andri adalah jalan satu-satunya.
Tanpa mengetuk, Kak Andri langsung masuk ke dalam. Rara sedang duduk menghadap ke arah jendela, matanya masih sembab, tapi penampilannya rapih dengan rambut yang diikat kuda. Tetap cantik. Itu tanda kecil jika Rara tak lupa untuk mengurus dirinya.
"Ra, ada Radit nih. Mau ngajak jalan katanya" Ucap Kak Andri sambil duduk di ujung kasur, ia membereskan selimut yang masih berada di atas kasur. "Sono samperin lah" Kak Andri menatap Radit yang terdiam membisu. Menatap Rara dari kejauhan dengan sedikit rasa ragu sekaligus takut jika ajakannya akan ditolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...