Rara meletakkan handphone di dalam tas selempang nya. Kini Rara sedang berada di salah satu caffe di kota Bandung. Sebenarnya Rara tidak mau datang ke sini, hanya saja Karin yang memaksa Rara untuk ikut datang juga. Katanya, mumpung masih awal semester masih bisa main di sela-sela waktu nanti kalau Sudah akhir semester sudah tidak ada lagi waktu bermain dan kumpul bersama teman.
Di sini Rara berkumpul bukan hanya teman sejurusan tapi juga dengan kakak tingkat yang sengaja di ajak untuk meramaikan suasana dan juga berbagi cerita. Seperti sekarang, Rara sedang mendengarkan cerita dari Kak Edric. Dia adalah anggota BEM dan mahasiswa semester 6. Meskipun sudah semester 6 ia sangat santai dan bahkan masih bisa berbaur dengan mahasiswa baru dan ikut dalam setiap acaranya.
Rara hanya diam, sesekali ia menenggak secangkir kopi dan mendengarkan cerita Kak Edric tentang mengapa ia memutuskan untuk berada di jurusan ini.
"Tapi alesan gue masuk jurusan ini bukan cuma sekedar belajar dan masuk kerja. Gue masuk ke jurusan ini mungkin karena emang mau. Salah satunya gue mau bikin perubahan di lingkungan kecil keluarga gue. Kesehatan itu mahal harganya meskipun tenaga kesehatan nggak di bayar mahal sekedengeran orang lain" Katanya Kak Edric dengan suara yang membaur ke setiap sudut ruangan kecil ini.
"Farmasi itu susah. Jujur aja nih, emang susah banget. Kita nggak boleh lengah sedikit, kalau lengah ya siap-siap aja ketinggalan. Terus juga farmasi itu berat, karena yang kita tangani itu nyawa manusia. Pernah dosen gue bilang kita salah kasih obat tetes mata sama tetes telinga aja itu bisa fatal akibatnya."
"Mankanya gue kasih wejangan, kalau dosen ngejelasin tolong di dengerin. Walaupun gue juga tau kalau pelajaran mata kuliah itu tuh ngantuknya setengah mati"
"Anjir anjir. Wejangan banget gak tuh namanya" Ucap Ananda salah satu teman kelas Rara. Teman yang menurut Rara lumayan asik karena bisa mengubah suasana yang mencekam bisa menjadi menyenangkan.
"Wejangan buat praktek farmasetika dong Kak. Biar praktek itu tidak jadi mengerikan abisnya gue kalau praktek berasa uji nyali" Ucap Tasya. Dia adalah ratunya jurusan farmasi di angkatan Rara. Wajahnya yang cantik dan sifatnya ramah membuat hampir semua mahasiswa laki-laki jatuh hati padanya. Tapi, yang Rara suka dari Tasya adalah dia bisa mudah akrab dengan orang baru, dia mudah bergaul dengan siapapun.
"Haha iya tuh Kak. Si Tasya kasih wejangan buat praktek. Biar nggak nangis lagi. Hahaha" Ucap Ananda yang kemudian disahuti oleh tawa semua orang yang hadir. Kecuali Rara.
Malam ini Rara tidak terlalu bersemangat untuk ikut larut dalam topik pembicaraan. Karena Radit, tadi Rara dapat pesan dari Radit jika dirinya tak bisa ke Bandung minggu ini. Padahal Radit sudah tiga minggu tidak datang. Dan minggu ini dia juga tidak datang lagi. Saat Rara menelepon malah nomornya sudah tidak aktif. Apa Radit marah? Tapi kenapa sekarang Radit malah mengekang Rara untuk main?
Ini rasanya LDR. Rara cuma bisa terhubung dengan Radit melalui panggilan vidio atau bahkan hanya telepon dan saling mendengarkan suara. Belum lagi jika Radit sibuk mengerjakan tugas yang memaksanya untuk fokus dan sampai tidak menggenggam handphone seharian. Jujur Radit, Rara juga rindu. Rindu dengan setiap kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan di Tangerang dari pagi sampai malam. Yang jika ingin bertemu hanya tinggal datang ke rumah dan menghabiskan waktu sampai keduanya puas, yang jika Rara ingin makan apapun pasti akan diantar atau bahkan dibelikan. Rara butuh Radit yang bisa mendengarkan semua keluh kesahnya tentang kehidupannya seperti dulu.
"Rin, aku pulang duluan ya. Udah malem" Rara melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Meskipun sudah kuliah. Tetap saja Rara tak akan bisa begitu saja bebas keluar hingga larut malam. Jam malam bagi Rara itu masih berlaku dan tak bisa dilanggar dengan alasan tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Mu, ATAU pacar Mu?
RandomSebuah kisah mainstream antara laki-laki dan perempuan yang bersahabat, yang tak bisa bohong pada dua rasa yang dilanda ketakutan oleh sebuah perpisahan. "Ra, jangan terlalu cepat bicara cinta" sebuah kata yang akhirnya terbukti pada sebuah kisah y...