SMAPM 13

594 41 0
                                    


Awalnya biasa saja,
Saat kau nyatakan cinta padaku
Ku kira kau bercanda
Karena kau incaran sahabatku

Ku tak ingin jika dia sampai tahu
Jika kau dan aku ada sesuatu
Ku tak ingin jika dia sampai sedih
Semua gara-gara aku.

Maaf ku tak bisa membalas cintamu
Maafku tak bisa jalan dengamu
Baiknya kutinggalkan dirimu
Ku memilih sahabatku.

"Di minum dulu tuh" Ucap Radit karena sejak kedua temen perempuan Radit bernyanyi di atas panggung, Rara tak mengalihkan pandangannya ke segala arah.

"Suaranya bagus. Gue suka"

Saat ini Radit dan Rara sudah berada di sebuah Caffe, ini adalah Caffe tempat Radit biasa manggung, menyisihkan sedikit waktunya untuk bersenang-senang.

"Suka sama suaranya atau suka sama liriknya?" Iya, Radit tahu. Liriknya sangat pas sekali dengan Rara.

"Kenapa bilang gitu?"

"Keliatan dari muka lo, gue sering bilang. Lo itu orang yang gampang banget ditebak"

Tak ada jawaban dari Rara, ia menenggak air minumnya dan kembali menikmati alunan musik yang sedang dinyanyikan.

Ini adalah tempat yang sering Radit kunjungi, tapi tak pernah Rara kunjungi. Tempat Radit mencari pundi-pundi rupiah sekaligus membuat senang dirinya. Dan untuk pertama kalinya, Radit mengajak Rara ke tempat ini. Ke dunianya yang menurut Rara mungkin sangat Asing.

"Itu ya alasan lo kenapa mau menghindar dari gue?" Tanya Radit dengan suara pelan.

Rara menggeleng. "Bukan hanya itu, tapi banyak. Kalau mau pacaran sama lo harus banyak yang dipertimbangin. Lo sahabat gue, nggak mungkin gue pacaran sama lo"

"Kalau nikah sama sahabat sendiri, mungkin boleh kan?"

"Boleh kali"

Radit hanya tertawa pelan, senyumnya tak beraturan. Jawaban Rara hanya dua kata yang terdengar seperti bercanda. Tapi, dua kata itu sukses membuat Radit justru kehabisan akal.

"Sahabat atau pacar, itu pilihan yang berat Ra. Tapi, banyak orang yang lebih milih sahabatnya, tapi nggak sedikit juga yang lebih milih pacarnya. Pasti ada keinginan untuk milih keduanya, tapi itu jarang banget terwujud. Karena dasarnya, sahabat dan pacar adalah dua orang yang sama-sama mudah banget untuk cemburu. Kalau lo pilih salah satunya, akan ada yang terluka. Ya contohnya gue." Ucap Radit yang langsung membuat pandangan Rara berubah arah.

"Gue egois ya?"

"Nggak, cuma lo belum cukup mateng untuk memutuskan sesuatu. Ra, semuanya harus dipertimbangin secara mateng-mateng. Nggak boleh mutusin saat pikiran lo lagi kacau. Gue baru denger tadi pagi, tentang Iffer sama Yunda. Ninggalin lo saat keadaan lo lagi nggak punya siapa-siapa, itu hal terberat yang sekarang mau gue lakuin. Tapi jujur gue nggak bisa ngelakuin itu. Dulu lo emang banyak teman, sekarang lo cuma punya Yunda dan Gue. Dan, Yunda bakal sama Iffer, sekarang lo justru minta gue buat sama Cindy. Nanti lo sama siapa?"

Tak ada jawaban, Radit melambaikan tangannya ke arah panggung. Memanggil kedua anak perempuan itu agar berjalan menuju ke tempatnya duduk.

"Sini duduk lo berdua" Ucap Radit kepada dua wanita yang baru saja sampai di hadapan Radit. Satu wanita menggunakan jilbab dan satunya tidak. "Ini Dwi" Radit menunjuk wanita yang tidak menggunakan jilbab. "Ini Fira" dan wanita yang menggunakan hijab.

"Rara" perkenalan yang dibumbui senyuman dan jabatan tangan. Dengan itu, Radit berharap pertemuan ini akan berlanjut dan Rara memiliki teman dan memiliki tempat untuk bercerita.

Sahabat Mu, ATAU pacar Mu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang