[sʟɪᴄᴇ] 01.

8.8K 324 57
                                    


01.


s ᴇ ᴘ ᴜ ᴄ ᴜ ᴋ  s ᴜ ʀ ᴀ ᴛ

Bagian ketiga dari cerita ini, sudah aku publikasikan di akun aku, ya. Bisa langsung dicek, Tiaraprastiti_

VALERON SEDANG duduk di kantin sambil memainkan HP-nya. Tidak lupa kaki sebelah yang diangkat diatas kursi.

"Whatsup, Man." sapa Marsel dari arah belakang Valeron.

"Ke mana aja lu?" tanya Valeron.

"Ah! Biasa." ucap Marsel dengan gaya tengilnya.

"Pesenan gue? Lu bawa, kan?" tagih Valeron sambil beranjak dari kursinya. Marsel lalu memberikan kantong plastik yang tadi ia bawa. "cakep, bat dah!" Valeron memeriksa isi kantong plastik pemberian sahabatnya itu.

"Ongkosnya?"

"Nanti gue traktir gorengan." Valeron berjalan pergi.

"Ye, Semprul! Bisa jadi apa gue nih makan gorengan mulu? Bisa kolesterol gue." balasnya sambil bertolak pinggang.

"Nggak perduli!"

Valeron berjalan menuju ke kelas IPA dua. Mengetuk pintu dengan sopan, "permisi, Bu, saya ganggu sebentar. Ini tadi Ayahnya Hana datang, terus nitipin ini ke saya. Katanya disuruh kasih ke Hana." ucap Valeron sambil menunjukan plastik yang diberikan Marsel tadi.

"Baiklah, cepat." guru tersebut mempersilahkan Valeron untuk masuk.

Beberapa siswi di kelas Hana langsung menatap Valeron dengan mata berbinar. Valeron berhenti di salah satu meja. Tersenyum lalu meletakan kantong plastik itu ke atas meja.

"Itu ada minuman coklat. Nanti kalau udah habis, bilang sama gue. Gue beliin lagi." Valeron berucap pelan, lalu ia berbalik. Namun baru beberapa langkah, Valeron kembali. Menyelipkan secarik kertas di halaman buku siswi yang bernama Hana itu, "jangan lupa dibaca." Valeron mengulas sebuah senyum lalu melangkah pergi.

Hana mengambil kantong plastil itu, lalu menaruhnya di kolong meja. Lalu sepucuk surat yang diberikan Valeron pun, ia taruh di tempat sampah di pojok ruangan.

Valeron kembali ke kantin, dan duduk di samping Marsel, "gimana, Bro?" tanya Marsel fokus dengan ponselnya.

"Seperti biasa, dia nerima. Cuma, ya, mungkin dibuang lagi. Atau dikasih ke temen-temennya."

"Lo jangan nyerah gitu dong. Cewek itu bagaikan batu, tapi kalau batu dikikis dengan tetesan air, pasti akan terkikis juga." oke, agak berbelit.

"Nahkan, mulai gak jelas." cerca Valeron lalu meneguk air mineral yang tadi sempat Marsel beli.

"Dibilangin juga lu. Otak lu aja yang kagak berfungsi." balas Marsel.

"Marselino monyet." Valeron bernyanyi mengejek dengan suara falsnya.

"Valeron monyet." balas Marsel tak terima.

"Eh? Itu Pak Shodiq, bukan?" Tanya Valeron sambil menunjuk seseorang.

"Mana?" Marsel melihat ke arah yang ditunjukan Valeron.

"Eh, itu Pak Shodiq anjay!" Marsel memasukan ponselnya ke dalam saku celana.

"Ada Pak Shodiq anjay! Balik kelas woi! Balik kelas!" Valeron menepuk bahu Marsel kasar.

"Ayo, Nyet!" Marsel menarik tangan Valeron untuk berlari secepat mungkin menuju kelas

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang