Seolhyun mengerjapkan matanya. Ia membuka matanya dengan benar secara perlahan sembari membenarkan posisinya menjadi duduk dengan bersandar di bahu tempat tidur.
Saat ini dia tengah berada di kampung halaman suaminya, rumah mertua Seolhyun, tepatnya di sebuah pemukiman yang cukup jauh dari hingar bingar ibu kota. Dimana hal itu membuatnya sudah tertidur sejak jam 8 tadi malam, dan mengakibatkan dirinya terbangun tepat di jam...
"Baru jam tiga?" Ucapnya ketika melihat angka yang terlihat di layar ponselnya yang baru saja ia ambil dari meja nakas samping tempat tidurnya.
"Pantes aja masih gelap." Gumamnya sembari melihat ke arah ventilasi jendela kamar yang ditempatinya bersama sang suami.
Dikarenakan sulit untuk kembali tidur, Seolhyun memutuskan untuk memainkan ponselnya dan mengecek beberapa media sosial yang ia miliki.
Biasanya ibu mertuanya akan bangun pukul 5 pagi dan pergi masak. Seolhyun berniat untuk turut membantu. Sayangnya, hal itu masih harus dilakukan dua jam lagi.
Ekhem!
Seolhyun menoleh ke arah samping.
Tepatnya ke arah sang suami yang ternyata masih terlelap.
"Loh? Bukan suara si mas?" Tanya Seolhyun pada dirinya sendiri.
Baru saja ia mendengar suara dehaman laki-laki yang ia kira berasal dari sang suami.
Grrrrrrr!
Kali ini, suara geraman yang Seolhyun dengar.
Seolhyun menelan salivanya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Suara itu tak jelas asalnya darimana, yang pasti Seolhyun merasa suara itu dekat dari posisi tempat tidurnya.
Hahahahahaha
Suara tawa barusan berhasil membuat Seolhyun langsung membaringkan tubuhnya dan mendekatkan diri ke arah sang suami. Tak lupa selimut yang ia gunakan untuk menutupi sampai batas kepalanya sendiri.
Suara yang baru saja ia dengar, seperti hanya berjarak satu senti dari telinga kanannya.
Membuatnya kaget setengah mati, hingga tak berani untuk sekedar mengeluarkan sebuah suara meski hanya sebagai sekadar ekspresi ketakutan semata.
Masalahnya.... hanya sang suami, satu-satunya sang laki-laki yang ada di rumah mereka saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.