90. the old building

3.2K 713 7
                                    

"Ru, ke gedung lama yuk?"

Miru, menatap Juri dengan dahi mengerut ketika mendengar ajakan Juri.

Di sekolah baru Juri, ada dua gedung, gedung lama dan gedung baru yang baru saja direnovasi dan ditempati oleh para siswa sekolahnya.

Sementara gedung lama, semenjak gedung baru selesai direnovasi, tidak pernah digunakan lagi oleh siswa lainnya. Dan hanya diperuntukan sebagai ruang guru dan ruang rapat.

Dan ketika massa mos kemarin, para anggota osis yang mengospek Juri dan teman-temannya melarang mereka untuk pergi ke sana. Bukan hanya kakak kelas mereka, bahkan para petugas kebersihan dan satpam sekolah mereka juga mengatakan hal yang sama.

Hal itu membuat Juri yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi justru makin ingin pergi ke sana. Makanya ia mengajak Miru untuk menemaninya ke sana sekarang.

Mumpung jam istirahat, begitu pikir Juri.

"Nggak ah!" Seru Miru kemudian, "lo nggak inget kata osis di sana serem?? Suka ada kepala yang gelinding juga kata satpam!" Tolak Miru.

Juri memutarkan bola matanya malas. "Kita kan belum lihat."

Miru mendelik mendengar sahutan Juri. Ia tak habis pikir dengan teman sekelasnya tersebut.

"Nggak, nggak, nggak, kalau mau lo sendiri aja yang kesana. Gue sih ogah." Tolak Miru sekali lagi sembari meninggalkan Juri dan lebih memilih bergabung dengan Jurina.

"Ya udah kalau nggak mau!" Ucap Juri sembari melangkahkan kakinya keluar kelas dan pergi menuju gedung lama, yang jadi pembicaraan ramai di sekolahnya.

 
 
 
 
 
👻👻👻
 
 
 
 
 

Sebenarnya kalau boleh jujur, Juri juga sedikit takut. Tapi rasa penasaran yang lebih besar mengalahkan rasa takutnya.

'Lagian ini kan masih siang!' batin Juri sembari terus melangkahkan kakinya masuk ke gedung tersebut.

Lantai pertama cukup ramai akan guru-guru yang berlalu lalang masuk ke ruangan mereka. Namun itu bukanlah yang menjadi tujuan Juri, Juri memilih ke arah tangga untuk menaiki lantai dua.

Juri sempat terkejut hingga membuatnya menyentakkan tangannya ketika ia memegang besi pegangan tangga yang sangat dingin.

"Apaan sih, masa gini aja gue kaget??" Ucap Juri pada dirinya sendiri. Kembali ia gendikan kedua bahunya dan melanjutkan langkahnya menuju lantai dua.

Lengang.

Tak seperti lantai pertama. Lantai kedua benar-benar lengang. Hampir setiap ruangan di lantai tersebut tertutup rapat. Tak langsung menuju lantai tiga, Juri lebih memilih untuk menjelajahi lantai dua.

Juri melangkah dengan pelan. Telapak tangan kanannya mengusap tengkuk leher bagian belakangnya yang mendadak merasakan hawa tak enak.

Padahal tak ada angin yang berembus, tapi ia merasakan hawa dingin menerpa leher bagian belakangnya.

Bukan hanya itu, Juri merasa seperti ia mendengar suara langkah lain selain langkah kakinya dari belakang. Hal itu membuat Juri memperlambat langkahnya, namun ia tak berani langsung menoleh ke belakang.

Suara langkah tersebut makin dekat dan makin terdengar.

 
 
 
PLUK!
 
 
 
 
Tubuh Juri menegang. Matanya terbeliak. Masih tak berani menoleh. Sebuah tangan menepuk bahu bagian kanannya.

Juri bisa mendengar jelas suara napas yang menerpa lehernya.

'Jangan bilang ini Miru??? Jangan-jangan dia mau ngerjain gue??? Bilang nggak ikut tapi malah buntutin gue??' Pikir Juri.

Sebuah senyum terukir di wajah Juri, ia menghitung mundur dalam hati untuk berbalik dan mengejutkan Miru, yang menurutnya ada di belakangnya.

Satu....

Dua...
 
 
"Ti! Loh?"
 
 
 
Juri menelan salivanya.
 
 
 
"K-kok nggak ada siapa-siapa?"

spooky; k-idols & producex101 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang