Happy Reading🎉
Aku, Lira, dan Abel baru saja keluar dari kelas. Kami bertiga sedang menikmati makan siang kami di kantin kampus. Aku akan masuk kerja jam 7 malam nanti karena harus berganti shift dengan si pelayan baru yang tidak kuketahui namanya itu.
"Eh guys liat deh Alvin posting foto cewek kayaknya pacar baru deh" Lira menyodorkan handphone ke arahku dan Abel.
"Kok gak asing yah wajah si cewek itu" sambung Adel.
"Bukannya dia adik kelas kita pas SMA?" Tebakku.
"Ohh iya aku ingat dia Lisa adik kelas kita itu" sambung Lira
"Hah iya adik kelas kita" balas Abel membenarkan.
Jadi pacar baru Alvin itu Lisa? Berarti Lisa juga kuliah disini dan aku tak tau dia di jurusan apa. Apa Alvin sudah melupakan Salsa? Apa Lisa itu hanya sebagai pelampiasan saja? Ku rasa tidak jauh dari dua pemikiran itu.
" kenapa Al?" Tanya Lira yang menyadari aku yang terdiam cukup lama
"Ha nggak apa apa" jawabku sambil tersenyum.
"Kamu masih punya rasa sama Alvin?" Giliran Abel yang bertanya.
"Udah gak ada kok" kataku meski harus berbohong pada mereka.
" yaudah jangan dipikirin lagi soal Alvin ia sudah bahagia kan sama si pacar barunya itu" kata Lira dan tersenyum tulus.
"Iyaa gak akan" aku ikut tersenyum juga.
"Kadang kita harus rela Al mau gak mau yah itu sudah takdir kita mau sebagaimanapun kamu mencintainya tapi ketika ia lebih memilih orang lain kamu bisa apa? Hanya bisa hancur kamu Al" nasehat Abel yang sudah mulai kumat kebijakkannya.
" iyaa bel maaf" kataku Lirih.
"Itu jadikan pengalaman buat kamu Al" sambung Lira.
Aku ingin sendir! Itu yang aku inginkan saat ini. Aku butuh sendirian untuk mencoba merubah semua perasaanku yang kadang suka hadir saat Alvin berbaik hati padaku. Aku pikir Alvin sudah mulai tumbuh rasa padaku tapi kebaikannya hanya sebatas teman saja.
"Ehm guys aku ke ruangan pak Doni dulu ada urusan bentar sama beliau biasalah urusan nilai" Aku terpaksa berbohong dengan menjadikan Pak Doni alasannya.
" kamu mau perbaikan nilai Al?" Tanya Abel memastiakan.
"Iya aku duluan yah" tanpa menunggu pertanyaan lain dari kedua sahabatku itu aku bergegas pergi.
Tujuanku saat ini hanyalah di belakang kampus dibawah pohon beringin. Aku berjalan menuju kesana tempat yang sangat sepi hanya ada pepohonan dan bunga bunga.
Saat aku sampai aku memilih duduk dibawah pohon rindang. Angin menerpa wajahku dan sejuk yang kurasakan saat ini.
Aku menatap lurus kedepan. Aku merasakan sesak saat kembali teringat Alvin dan Lisa. Aku sempat sempatnya berfikir bahwa Alvin mulai membuka hatinya padaku tapi ternyata semuanya hanya sebatas anganku saja. Aku terlalu banyak berharap padanya sedangkan dia tidak juga peduli dengan perasaanku. Sekarang aku harus berbuat apa agar aku bisa melupakannya sepenuhnya? Aku selalu kesulitan untuk menjauh darinya apalagi mengubur dalam dalam perasaanku ini.
"Kenapa aku harus merasa terjebak dengan kebaikan kamu vin? Aku selalu mengira itu cinta tapi nyatanya bukan seperti itu. Aku juga ingin membahagiakan kamu vin menjadi teman curhat saat kamu sedih dan aku akan menerima semua kekurangan kamu dan hal buruk tentang kamu tapi kamu tak bisa sedikit saja melihat ketulusan aku vin. Aku ingin mundur dan berhenti mencintai kamu tapi hati ini selalu membawa semuanya menjadi sangat sulit. Maafkan aku vin" Aku menagis lagi karena Alvin dan terluka kembali juga karenanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
Ngẫu nhiênBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...