52. kembali sendiri.

12 5 0
                                        

Happy Reading🤗



  Jam menunjukkan pukul 03.12 namun aku belum bisa memenjamkan mata aku kesulitan tidur berkali kali aku mencoba menutup mata namun tetap tidak bisa aku terus memikirkan keadaan Levin disana jika dia nanti mungkin akan kembali apa dia akan memaafkan aku? Aku masih ingat terakhir dia katakan bahwa ia akan memaafkanku kalau aku bisa melupakan Alvin.

"Kenapa sih semua harus seperti ini? Kenapa semua harus berakhir tragis begini? Bagaimana cara aku agar Levin kembali? Ya tuhan kalau saja aku tidak berkata jujur hari itu Levin masih ada disini tapi kalau aku menyembunyikan kebenarannya aku yang akan tersiksa aarrghhhhh" teriakku frustasi.

Aku bangun dan mengambil handphone di atas nakas samping tempat tidur namun tanpa sengaja aku menyenggol tas kerjaku dan jatuh kelantai bersamaan dengan sebuah kotak merah. Aku mengambil kotak itu dan baru ingat kalau Rena memberikannya padaku waktu di caffe namun aku belum sempat membukanya.

Aku membuka kotak itu dan menemukan secarik kertas yang bertuliskan "hadiah istimewa untuk wanita sederhana"  tak ada nama pengirimnya dan isi kotak ini adalah kalung berlian yang sangat indah bahkan kilauannya membuatku takjub sangat indah. Aku seketika tersadar aku terlalu memuji berlian ini dan belum tahu siapa pengirimnya, jika dilihat yang memberikan ini adalah orang kaya raya sebab harga berlian seindah ini harganya tak murah.

"Apa aku harus memakainya?" Tanyaku pada diri sendiri. Dengan berat hati aku memasukan kembali kalung berlian itu kedalam kotak.

"Aku simpan aja dulu sampai aku tau siapa yang ngasih kalung mahal ini ke aku" kataku pada diri sendiri dan meletakkan kotak itu kedalam lemari pakaianku.

Lama kelamaan akhirnya aku mengantuk dan mataku terpejam menelusuri alam mimpi.

Pagi yang cerah menyambutku dengan kesendirianku lagi. Aku kembali ke masa dimana tak ada seorangpun dalam hidupku selain kedua sahabatku dan rekan kerjaku. Sejauh ini aku sudah bisa melupakan Alvin dan sedikit merelakan kepergian Levin biarlah aku kembali sendiri seperti saat dulu dimana yang aku tau hanya kerja untuk biaya hidup dan kuliah untuk masa depan. Tak lagi memikirkan cinta yang menyakitkan itu jika jodoh sejauh mana mereka pergi Tuhan pasti akan mempertemukan juga!

"Alya gak sarapan dulu?" Tanya Mama saat aku buru buru keluar dari dalam kamar tanpa mampir ke meja makan.

"Alya sarapan dulu" sambung papa.

"Gak ma pa Alya sarapan di kantin kampus aja udah hampir telat" aku menyalami kedua orangtua ku lalu bersalaman dan langsung beranjak pergi.

Lira menjemputku di halte dekat rumah sebenarnya aku tak ingin merepotkannya namun ia bersikeras mau menjemputku katanya biar seru ke kampus berdua entah serunya dimana kurasa biasa saja dianya saja yang ada maunya.

"Kamu udah coba ngubungin Levin lagi?" Tanya Lira.

"Nomornya udah gak aktif" balasku.

"Astaga jadi dia benar benar menjauh?" Kaget Lira aku mengangguk lemah.

"Sudahlah Lir aku udah rela dia pergi yang penting suatu saat dia akan kembali aku sudah melupakan Alvin aku sudah mengubur dalam dalam semua perasaanku padanya" Lira tersenyum.

"Akhirnya kamu lelah juga kan Al ngejar Alvin dan ini saat bagi kamu untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya bukan bahagia yang hanya menyapa lalu pergi"

"Aku sudah capek Lir mencintai dan berjuang sendiri dulunya aku memang masih sanggup mencintai dia meskipun gak pernah dihargai sama sekali tapi tidak untuk sekarang hatiku sudah berkata lelah"

"Kamu tau kenapa kamu tak bisa mendapatkan hati Alvin? Itu karena tuhan tidak ingin kamu bersamanya dia tidak baik untuk kamu Al"

"Yah mungkin saja" kataku seraya tersenyum kecut.

Mobil Lira berhenti diparkiran kampus kami berdua segera turun dan Abel datang menghampiri kami dengan wajah kesalnya. Aku dan Lira melirik ke arahnya dengan wajah bingung.

"Kamu kenapa bel?" Tanyaku penasaran.

"Tadi aku hampir keserempet mobil dan malah marah marah ke aku katanya kalau nyebrang itu pake mata lah bukannya nyebrang pake kaki? Dasar emang aneh" seketika tawa Lira pecah aku juga ikut tertawa.

"Cuma gitu doang?" Kata Lira dan masih menertawai Abel.

"Aku kesal masih pagi juga udah kena' omelan maut"

"Kamu sih jalan gak hati-hati untung kamu gak ketabrak kan?" Kataku.

"Gak sih tapi kesal ya Ampun" aku dan Lira kembali tertawa.

"Yaudah ah ayo masuk mau jadi tukang parkir disini" ajakku dan kami bertiga berlalu dari tempat parkir kampus.

Sesampainya dikelas kami langsung menganbil tempat duduk masing masing dan mengikuti mata kuliah pagi ini dengan tenang. Sehabis dari kelas Lira dan Abel menuju ke kantin sedangkan aku harus ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kupinjam.

Aku tak langsung pergi setelah mengembalikan buku itu aku memilih menyendiri di perpustakaan aku hanya ingin menikmati kesunyian bahkan melamunkan bagaimana aku bisa lebih kuat melewati ini semua? Bagaimana aku bisa percaya pada seseorang tanpa ragu? Bagaimana aku bisa jatuh cinta lagi bukan pada orang yang salah? Semua terasa menakutkan setelah kejadian ini membayangkannya terulang lagi aku sudah ngeri sudah cukup sekali ini saja aku salah langkah jangan ada kegagalan yang kedua kalinya aku tak akan mampu lagi jika harus terulang aku lebih baik mati daripada hidup dengan cinta yang menyiksa.



Hulahoooo gaess🤗 bentar lagi dikit lagi hampir mencapai Endingnya🎉🎉🎉 ayoo ikutin teruss kelanjutan cerita kisah cinta Alya genggss dan jangan lupa untuk memberikan vote kalian sebagai pembaca yang menghargai karya karya sih pengimajinasi😅

See you next part😘

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang