55. Ardiansyah

9 5 0
                                    

Happy Reading🤗


Aku tak tau kenapa aku jadi sering  bertemu dengan pria ini semenjak aku bertabrakan dengannya di mall kemarin. Baru saja bertemu dengannya di supermarket hari ini juga ketemu dengannya saat aku akan baru saja keluar dari gerbang kampus dan entah kenapa tiba tiba ia sudah ada disni juga.

"Pak Ardi kok kenapa bisa ada disini?" Tanyaku penasaran.

"Saya alumni di kampus ini saya kemari mau bertemu pak doni" Aku kaget ternyata pria ini pernah berkuliah disini juga? Dan ia mengenal dosen killer itu juga? Komplit sudah kemiripannya dengan Levin sama sama pengikut Pak Doni.

"Oh gitu yah pak" kataku salah tingkah.

"Kamu mau pulang?" Tanyanya.

"Iya pak" jawabku singkat.

"Kamu sudah tidak sibuk lagi kan?" Tanyanya lagi.

"Gak sibuk pak emangnya kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Mau ngajakin kamu makan siang di kantorku bisa?" Aku hampir saja berteriak tak percaya baru saja kenal ia mengajakku makan siang bersama? Tapi ingat Alya jangan mudah percaya nanti bisa bisa malah sakit hati lagi sudah cukup yang kemarin itu.

"Eummm yaudah boleh deh" kulihat Pria itu tersenyum.

"Ayo masuk" aku mengikutinya masuk kedalam mobil.

Aku memperhatiakan jalanan yang kami lewati sedari tadi dan makin lama makin tidak asing jalanannya sampai aku sadar ini adalah jalan yang sama saat kemarin aku mengantar Syla ke kantor ayahnya yang merupakan perusahaan milik papanya Levin dan kenapa lagi lagi aku harus menginjakkan kaki disini? Kenapa semua orang yang aku temui harus membawaku ketempat ini lagi?.

"Ato turun" ajak Pak Ardi namun aku masih membisu memperhatikan perusahaan mewah ini dari dalam mobil.

"Hey Alya" aku tersadar bahwa aku masih didalam mobil rupanya. Aku segera keluar menyusul Pak Ardi.

"Eh pak Ardi kerja disini?" Tanyaku.

"Iya aku kerja disini kenapa?" Tanyanya Lagi.

"Eh tidak apa-apa pak" kataku tercengir kuda.

"Ayo masuk" Aku specless saat pak Ardi langsung menggengam tanganku dan hal ini justru membuatku semakin mengingat sosok Levin saat pertama kali ia membawaku kesini.

"Pak Lepasin aku malu diliatin orang" kataku dan dengan cepat Pak Ardi melepaskan genggamannya.

"Maaf" katanya kemudian.

Aku mengikuti langkah kaki Pria ini dan ia membawaku ke lift seraya menekan angka 9 pada lift itu. Setelah keluar dari dalam Lift ia membawaku ke sebuah ruangan yang tak asing bagiku. Aku mencoba mempertajam ingatanku mengingat dengan jelas apa aku pernah kesini? Dan yups ini ruangan yang sama saat Levin membawaku.

"Alya heyy kamu melamun lagi?" Aku tersentak dan buru-buru masuk kedalam menyusul Pak Ardi.

"Maaf pak" kataku seraya tersenyum malu.

"Kita pesan makanan saja maaf saya tidak bisa mengajak kamu makan diluar saya masih ada kerjaan" katanya dengan nada dingin.

"Gakpapa kok pak lanjutkan saja pekerjaannya" kataku sopan.

"Hmm" balasnya yang membuatku lagi lagi harus teringat pada Levin yang hobinya hanya bergumam saja.

Aku berjalan mendekat ke arah kaca besar melihat pemandangan dari atas gedung ini. Seketika ingatanku kembali dengan kejadian bersama Levin ditempat yang sama, ditempat terakhir kali aku bercanda tawa dengannya sebelum semuanya terjadi sebuah kenyataan yang harus membuat aku dan Levin terpisah sampai saat ini.

"Lev gimana kabar kamu? Sudah hampir setahun kita belum bertemu lagi dan kamu tau aku sudah melupakan Alvin bahkan rasa untukknya sudah hilang aku harap saat nanti kamu kembali kamu belum melupakan bahwa kamu akan memaafkan aku kalau aku sudah bisa melupakan alvin" batinku.

"Alya ayo makan dulu" Aku menoleh ke meja Pak Ardi yang sudah banyak makanan aku tidak sadar sejak kapan makanan itu datang.

"Pak apa ini gak kebanyakan yah?" Kataku menatap deretan makanan dan dessert beraneka macam di atas meja.

"Sudah makanlah" Aku mengangguk lalu duduk dikursi didepannya dan mengambil makanan dan makan dengan tenang.

"Alya?" Panggil Pak Ardi akupun mendongkak menatapnya.

"Iya pak ada apa?" Tanyaku penasaran.

"Boleh minta nomor telefon kamu?" Jleb! Pak Ardi meminta nomor telfonku? Kenapa aku merasa aneh begini?

"Ini pak kartu nama saya ada alamat dan nomor telfon saya disitu" aku memberikan kartu namaku yang isinya lengkap dengan alamat rumah siapa tau kapan kapan Pak Ardi mengajakku makan gratis kan enak kalau di traktir terus mengurangi pengeluaran biaya hidup yah nggak?.

"Oh iya makasih" jawabnya.

Tak lama kemudian Pak Ardi menyuruhku menunggunya karena ada meeting penting dengan klien luar negeri. Aku menonton Tv didalam ruangannya sendiri seraya menghabiskan desert-desert yang tadi dibelinya mubazir kalo tidak dimakan.

Tok! Tok! Tok!

Aku beranjak dari tempat duduk dan membukakan pintu. Seorang wanita cantik yang membawa banyak dokumen ditangannya sedikit terkejut karena kehadiranku diruangan Pak Ardi aku juga sama terkejut dengannya lebih tepatnya aku malu dipergoki ada diruangan ini sendirian.

"Maaf kamu siapa?" Tanya wanita itu.

"Saya Alya maaf tadi saya diajak kesini sama Pak Ardi" kataku membela diri.

"Oh kamu pacarnya Pak Ardi yah?" Aku membelalak kaget buru-buru aku menggeleng.

"Bukan saya bukan pacarnya kok" kataku.

"Oh kenalkan saya Liana saya sekretaris Pak Ardi" wanita cantik itu memperkenalkan diri seraya tersenyum.

"Ouh iya saya Alya" kataku kembali memperkenalkan diri.

"Saya permisi dulu kapan kapan kita bisa bertemu lagi yah Al" katanya ramah.

"Eh iya Mba pasti kok" balasku seraya tersenyum padanya.


Holaa gaess🤗 jangan lupa VOTE DAN COMMENTNYA biar author ada gairah dikit mau update😂 jangan cuma sekedar membaca lho yah😂 di vote juga DONG😂😂 vote itu GRATIS lho gaesss🤗

Okee see you di Next Part🔥

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang