Happy reading❤
Pagi yang cerah membangun kembali semangatku untuk berangkat ke kampus. Dengan semangat aku mengambil handuk mandi dan berlenggang masuk kedalam kamar mandi saking semangatnya aku tak tau kalau lantai kamar mandiku begitu licin.
Brukk!
"Awww!" Aku meringis kesakitan karena terpeleset dengan tragisnya.
"Ini lantai di pel pake apaan sih licin banget" gerutuku kesal.
Selesai mandi aku mengganti pakaianku dan berdandan kecil memoles make up senatural mungkin pada wajahku yang pas-pasan ini. Jangan tanyakan pinggang dan bokongku yang tadi mendarat di lantai kamar mandi karena rasanya masih sakit dan tak mungkin aku tidak masuk kampus hari ini karena ada ujian mata pelajaran pak Doni.
Aku berjalan keruang makan dengan menahan sakit di badanku yang membuat mama mengernyit heran melihatku yang duduk dengan sangat hati-hati.
"Kenapa kamu?" Tanya mama
"Kepeleset ma dikamar mandi"
"Makannya hati-hati jangan kayak anak kecil aja kamu" omelnya.
"Iya iyaa" jawabku malas lalu segera mengambil nasi dan lauk untuk sarapan.
"Ma aku berangkat dulu Assalamualaikum"
"Iyaa waalaikumsalam"
Baru saja aku membuka pintu untuk keluar sebuah mobil putih mengejutkanku.
"Mobil siapa? Kok kayak gak asing" aku mendekat ke arah mobil itu dan lebih terkejut melihat Levin didalamnya.
"Udah siap Ayo" ajaknya tiba-tiba
"Eh ngapain kamu disini"
"Jemput kamu"
"Aku gak nyuruh kamu kok jemput aku"
"Sudah aku bilang kemarin di telvon kalau kamu lupa"
"iya tapi aku gak mau"
"Masuk atau aku paksa?" Katanya mengancam
"Iyaa iyaa aku masuk" Dengan segala kekesalan aku masuk kedalam mobilnya percuma saja menolak manusia Es ini akan tetap memaksaku ikut dengannya.
》》》》》
"Alya tunggu" Levin mengejarku yang sudah kesal dengannya.
"Apaan sih kelas kamu bukan disana tuu" kataku sambil menunjuk koridor yang mengarah ke kelasnya
"Aku antar sampai ke kelas" katanya
"Eh gak usah aku bisa sendiri makasih"
"Jangan bawel" Aku membelalak kaget saat Levin mencengkaram tanganku dan menuntunku ke kelas. Banyak pasang mata yang menatap kami berdua seolah-olah ingin menghujatku.
"Levin lepasin" aku memberontak namun tak dihiraukannya.
"Levin malu diliatin orang astagaa Levin udah lepasin" kataku masih berusaha memberontak.
"Levin kamu dengar gak sih" kesalku lagi
Sesampainya didepan kelas ternyata Abel dan Lira sudah stand by dan malah melirikku aneh sambil terkikik tak jelas.
"Udah lepasin" Levin akhirnya melepaskan cengkramannya dan berlalu begitu saja.
"Astaga Al sumpah demi apa kamu pegangan tangan sama Levin" ujar Abel antusias
"Iya Al kamu sejak kapan punya hubungan sama dia haa? Kok gak pernah cerita ke kita" sambung Lira
"Jangan aneh-aneh deh aku sama si Manusia Es itu gak ada apa-apa juga" balasku judes
"Tapi tadi-"
"Gak ada apa-apa okee stop" Aku langsung melangkah masuk kedalam kelas disusul kedua temanku.
Tak lama setelah itu pak Doni sudah masuk kedalam kelas dan memulai ujiannya. Ujian pun mulai dengan tenang.
"Al Alya liat punya kamu dong" panggil Abel setengah berbisik.
"Al gimana sih liat dong" kata Lira ikut-ikutan
"Iya bentar" Aku berbalik memberikan kertas jawabanku pada keduanya sebelum dipergoki dosen killer itu.
"Ehem ALYA!" aku tersentak kaget dan perlahan memutar balik menghadap kedepan. Mati aku!
"Sedang apa kamu?" Tanyanya
"Oh itu gak ada apa-apa kok pak" balasku gugup ketakutan bukanmain.
"Kumpulkan sekarang ujian kamu cepat" dengan cepat aku merampas kertas ujianku dari Lira dan mengantarnya kedepan.
" ini pak"
"Sekarang kamu boleh keluar" usirnya tanpa ampun.
"Tapi pak"
"Sudah sana keluar" dengan berat hati aku keluar kelas. Sekarang tujuanku ke kantin disana mungkin akan lebih tenang.
Ketika masuk kedalam kantin ternyata masih sunyi hanya ada beberapa mahasiswa senior. Aku berjalan menuju ke stand penjual jus untuk memesan, selesai itu aku kembali mencari tempat duduk yang paling nyaman.
Aku mendapati Levin juga sedang berada disini aku menundukan kepala agar Levin tak melihatku.
"Mau kemana?" Aku mendongkak ketika menyadari pergelangan tanganku di pegang Levin.
"Mau ke toilet" jawabku asal
"Bohong"
"Iya gak percaya ayo ikut"
"Ayo pergi"
"Ha? Kemana?"
"Ke toilet"
Dasar gila! Aku hanya bercanda malah dianggap serius.
"Gak jadi" Karena malu aku menghempaskan tangannya kasar.
"Kenapa?"
"Ahh sial" aku menghentak-hentakkan kaki ketempat duduk dengan malas tanpa aku sadari Levin mengikutiku dari belakang.
"Ngapain?" Tanyaku jutek.
Levin hanya mengangkat bahunya acuh tak peduli aku yang sudah naik darah karenanya.
"Al?" Panggilnya lembut.
"Apa?"
"Kenapa kamu suka marah-marah?"
"Bukan urusan kamu"
"Aku gak peduli" katanya dingin
"Rasanya tersial didunia deh hari ini" batinku
Kami terdiam cukup lama sampai tak terasa kantin yang sudah mulai ramai. Aku ingin beranjak pergi tak ingin menjadi pusat perhatian lagi.
"Aku pergi dulu" dengan cepat aku buru-buru melangkah namun lagi lagi Levin menahan pergelangan tanganku.
"Kemana?"
"Aku gak mau diliatin kayak tadi di koridor"
"Siapa yang liatin?"
"Orang-orang sekampus lah makannya gak usah dekat-dekat aku" risihku.
"Terus?"
"Aku risih Lev aku gak suka kamu ngerti gak sih kamu selalu seenaknya maksa aku ini itu"
"Al maaf"
Aku tak lagi mempedulikan Levin aku langsung pergi meninggalkannya yang tak lagi mengikutiku. Baguslah kalau dia sadar karena seringkali kehadirannya membuatku risih.
Ini memang tersial didunia baru tadi pagi aku terpeleset di kamar mandi setelah ke kampus malah dikeluarkan dari dalam kelas dan sekarang moodku hancur karena Levin!
Hayy gaess maaf aku udah jarang update😅 Maaf juga kalau ceritanya gak jelas atau malah absurd soalnya author lagi gak fokus mikir gak ada ide-ide cemerlang yang ngalir gitu😂😂
Okee deh sampai disini dulu yahh gaess see you next part😘😘
Fllw ig: lhalamamonto

KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY!
RandomBerharap yang tak pernah bisa aku dapatkan adalah sakit yang sudah sering ku rasakan. Sejauh jauhnya aku melangkah hati ini selalu ingin kembali berlabuh pada sesuatu yang sudah pasti dan sangat mustahil ku raih Maaf! Kata yang ingin ku ucapkan saat...