57. Rinduku

10 5 0
                                    

Happy Reading🤗

Kalian tau apa yang terjadi kemarin setelah aku dipertemukan oleh Levin lagi? Ia hanya sekedar menyapaku dan berlalu begitu saja meninggalkan aku tanpa sepatah kata pun ia seperti tak mempedulikan aku apa dia belum bisa memaafkan aku? Aku sudah melupakan Alvin dan aku ingin memberitahunya.

"Beneran Al Levin nyuekin kamu?" Tanya Lira tak percaya setelah aku menceritakan kejadian kemarin kepadanya dan Abel.

"Iya dia mungkin masih kecewa kali Lir" balasku lirih.

"Bukannya dia pernah bilang dia akan memaafkan kamu kalau kamu sudah melupakan Alvin? Kamu sudah kasih tau dia kalo kamu sudah melupakan Alvin?" Sambung Abel.

"Aku mau ngasih taunya gimana bel dia aja bersikap dingin ke aku dan gak peduli lagi sama aku dia jadi Levin yang pertama kali aku kenal Levin yang datar dan dingin" Aku mendegus malas merasa capek dengan semua pembahasan ini.

"Kalau begitu biarin aja dulu Levin mungkin masih butuh waktu untuk memaafkan kamu Al" lanjut Lira.

"Iya Al aku yakin kok Levin akan maafin kamu" ujar Abel.

"Semoga saja" balasku.

Selesai kelas aku dan kedua sahabatku ke kantin untuk mengisi asupan gizi kami biar lebih bertenaga dan kuat menahan Rindu kalau kata si Abel hehehe. Aku memesan makanan favoritku nasi goreng dan air mineral Lira yang pergi memesankan makanan kami.

Tak lama kemudian Lira datang dengan membawa makanan kami aku langsung menyantapnya karena sedari tadi aku kelaparan tidak sempat sarapan juga dirumah karena efek terlalu memikirkan Levin yang sudah kembali akhirnya sarapan jadi kelupaan.

"Al kamu dipanggil pak Doni" Aku mendongkak menatap Dimas yang berdiri disamping Lira.

"Ngapain dim?" Tanyaku.

"Aku juga gak tau yaudah aku pergi dulu" Dimaspun pergi setelah menyampaikan amanah.

"Mau ngapain lagi sih" kataku sedikit kesal.

"Yaudah sana pergi nanti di kurangin nilai kamu" suruh Abel.

"Iya iya" aku beranjak dari tempat duduk dan keluar kantin menuju ke ruangan dosen killer itu.

Ceklek!

Aku mendorong pintu pelan dan masuk kedalamnya. Kulihat dosen killer itu tampak serius dengan kertas kertas yang berserakan di atas mejanya.

"Permisi bapak manggil saya?" Tanyaku to the point.

"Iya duduk dulu" perintahnya.

"Ada apa yah pak?" Tanyaku lagi.

"Sebentar!" Aku mendengus kesal kalau sudah sebentar sebentar begini pasti dia menyuruhku menunggu dan itu sangat lama.

"Kamu tolong bantuin saya periksa hasil uas teman teman kamu" kata pak Doni akhirnya.

"Memangnya asisten bapak yang baru kemana?" Tanyaku.

"Dia izin lagi sakit" kata pak Doni.

"Yaudah deh pak" Aku mengambil kertas kertas hasil uas kemarin teman temanku dikelas dan membantu Pak Doni memeriksanya.

"Pak punya saya kok gak ada?" Tanyaku ketika baru tersadar uas punyaku tidak ada.

"Punya kamu saya yang periksa saya tidak mau nanti kamu malah mengganti jawabannya dengan dikertas punya saya" Aku memutat bola mata malas.

"Yah saya gak gitu juga kali pak" kataku malas.

"Saya tidak percaya sama kamu sudah lanjutkan" perintahnya lagi. Dasar dosen tidak berperi kemanusiaan kayak gini astagfirullah Alya!.

Ceklek!

Aku dan pak Doni sama-sama melirik ke arah pintu yang terbuka. Seketika badanku terasa lemas dan jadi lembek kayak puding begini bagaimana tidak orang yang Ku rindukan selama bertahun tahun ada didepanku tapi aku malah takut ia bersikap dingin padaku lagi dan sekarang apa aku harus buru-buru berlari keluar? Itu bukan ide yang bagus bisa-bisa pak Doni memotong nilai ujianku.

"Levin mari masuk" suruh Pak Doni ramah.

"Maaf menganggu" kata Levin sopan. Aku menunduk tak ingin menatap.ke arahnya.

"Saya tidak lagi sibuk kok" balas Pak Doni.

"Oh iya pak saya cuma datang berkunjung kesini ingin menemui bapak saja" kata Levin.

Ouh jadi Levin kesini hanya sekedar reunian sama dosen kesayangannya? Apa dia tidak ada sedikitpun niat menemuiku dan mengatakan ia sudah memaafkan aku? Astaga Levin aku menjadi mencintai kamu dengan amat sangat semenjak kamu pergi dan tinggalkan aku sendiri.

Aku terdiam menyimak obrolan Levin dan Pak Doni kalau tidak salah mereka bicara tentang bisnis yang aku tak mengerti. Aku akhirnya bosan juga hanya dianggap patung diruangan ini.

"Permisi Pak saya sudah selesai saya keluar dulu" Pak Doni mengangguk lalu aku langsung berjalan keluar ruangan.

"Ha ini udah paling bener nih keluar dari penjara fir'aun" kataku seraya tertawa pelan.

Aku tersentak saat suara pintu terbuka rupanya Levin yang keluar aku masih diam tak bergeming di tempat. Aku ingin menyapanya tapi gengsi ku lebih besar dan kalau aku menyapanya apa dia akan merespon?.

Bagaimana dengan rindu ini? Apa aku sanggup menahannya sampai Levin peduli lagi padaku? Baru kali ini aku merasakan kerinduan seberat ini andaikan Levin itu dilan pasti aku tak akan merasakan rindu ini dan semua hanya halusinasiku saja yakali Levin yang dingin dan datar jadi kayak Dilan yang romance dan begal ada ada saja pemikiranku ini.

Aku menoleh sekilas kebelakang dan mendapati Levin yang berjalan sudah jauh. Sebegitu kecewanya dia sama aku? Padahal dia lihat sendiri aku masih didepan ruangan ini tapi saat ia keluar dia malah bersikap acuh tak acuh. Sabar! Kata yang selalu ku lafazkan dalam hati aku yakin suatu saat nanti Levin akan kembali aku tidak akan memaksanya untuk tetap mencintaiku seperti sebelumnya yang penting dia mau memaafkan aku sudah cukup.

Holaaa gaes🤗 makasih yang sudah membaca dan saya Harap VOTEnya juga yah😁

Okee see you next Part 🎉

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang