49. Bukan Muhrim.

11 5 0
                                    

Happy reading🤗

Sebelum ngebaca coba deh tekan gambar bintangnya biar author makin semangat buat update😘😘

Aku mengerjapkan mata kala cahaya masuk melalui gorden jendela kamarku. Aku melihat jam beker yang masih menunjukkan pukul 06:15 dini hari aku langsung beranjak ke kamar mandi untuk sikat gigi dan mencuci muka saja.

Aku keluar dari dalam kamar dan menuju ke dapur melihat mama yang sedang menyiapkan untuk sarapan pagi ini.

"Ma lagi ngapain?" Aku mendekati mama yang sedang menambahkan sayuran kedalam air mendidih.

"Mau bikin sup buat sarapan papa"

"Papa belum bangun ma?" Tanyaku ketika menyadari papa yang biasanya sudah duduk dimeja makan tapi belum kelihatan.

"Lagi mandi hari ini papa keluar kota lagi"

"Pekerjaan disana belum juga selesai yah ma kasihan papa bolak balik terus"

"Mama kurang tau Al"

"Yaudah sini Alya bantuin biar cepet" Aku mengambil wortel dan memotongnya menjadi berbentuk dadu.

Sarapan pagi ini terasa sunyi bagiku karena papa tak bisa berlama lama ia takut ketinggalan pesawat jadinya aku dan mama yang duduk berhadapan menghabiskan makanan yang tadi kami masak.

"Al hubungan kamu sama Nak Levin bagaimana?"

"Uhuk uhuk" aku tersedak mendengar pertanyaan mama pagi pagi begini sudah ngawur kemana mana.

"Aku sama Levin gak ada hubungan apa-apa kok ma" jawabku membela diri.

"Katanya kalian pacaran" kata mama tak mau kalah.

"Kata siapa?"

"Itu teman kamu Abel sama Lira mereka kok yang bilang ke mama" Aku melotot kaget memang dasar mereka mengaduhkan yang tidak tidak pada mamaku.

"Ya Ampun ma gak ada mereka bohongin mama tau gak" kesalku.

"Mereka gak mungkin bohongin orang tua kali Al kamu pikir mereka kayak kamu suka bohongin mamanya sendiri" Aku menarik nafas kasar jadi aku yang disalahin dan entah hal apa yang aku bohongi.

"Terserah mama" Aku langsung berdiri dan membereskan piring kotor di atas meja dan membawanya ke dapur untuk dicuci.

Aku kembali masuk kedalam kamar melanjutkan tugas kampus semalam yang belum terselesaikan. Esok ada ujian ekonomi dan aku harus menyelesaikan tugas tugas ini sebelum menumpuk kalau sudah masuk kerja akan semakin lelah mengerjakannya.

Drttt!! Aku meraih handphone ku disamping lampu tidur dan melihat ada panggilan masuk dari Levin aku tersenyum senang dan langsung mengangkatnya.

"Iyaa halo Lev ada apa?"

"Kamu lagi apa? Sibuk gak?" Aku melihat ke arah laptop dan setumpuk kertas berserakan di atas meja belajar.

"Gak terlalu sibuk emang kenapa?" Tanyaku lagi

"Aku jemput kamu jam 4"

"Mau keman- tuuttttt!" belum selesai aku bertanya Levin langsung mematikan sambungan telfonnya dasar kebiasaan.

Aku melirik jam di dinding baru pukul 02 masih ada sejam lagi aku bisa mengerjakan tugas tugas ini sebelum pergi bersama Levin.

Akhirnya selesai juga aku melirik kembali jam di dinding sudah setengah empat aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku memilih memakai pakaian yang santai namun terlihat elegan dan rapi dan tak lupa pula aku memoles sedikit wajahku dengan make up biar kelihatan tamba cantik meskipun masih kalah dengan artis artis.

"Maa Alya pamit dulu" kataku seraya mencium tangan mama.

"Mau kemana?" Tanya Mama

"Mau keluar sama Levin" Mama tersenyum mengejek.

"Katanya gak ada hubungan apa-apa tapi kok sering jalan jalan berdua" ledek mama aku mendegus pasrah.

"Udah ah kasihan Levin udah nunggu diluar"

"Iya hati-hati salam sama Nak Levin yah Al" aku mengangguk mengiyakan.

"Udah?"

"Iya Ayo" Levin menggas mobilnya melaju kejalanan.

"Sebenarnya kita mau kemana?"

"Sudah ikut saja" katanya.

Aku terus memperhatikan jalanan sore itu dan memilih diam tak banyak berceloteh seperti biasanya sedangakan Levin laki-laki itu hanya diam juga fokus dengan jalanan didepan.

"Kita sudah sampai?" Tanyaku ketika menyadari Levin menghentikan Mobilnya.

"Iya Ayo turun" ajaknya. Akupun keluar dan melihat gedung pencakar langit didepanku sebenarnya ini kantor siapa? Aku bertanya tanya dalam hati mengapa pula Levin membawaku kesini?.

"Lev kenapa kita kesini?" Ia hanya tersenyum dan menggengam tanganku membawaku masuk kedalam kantor mewah ini.

"Lev lepasin aku malu dilitian orang orang" bagaimana tidak Levin terus mengenggam tanganku dan membuat orang orang yang ada dalam kantor ini memperhatikan aku terus.

"Tidak apa-apa hirukan saja" katanya dan menekan tombol Lift ke lantai 9.

Setelah keluar dari dalam Lift Levin membawaku masuk kedalam ruangan yang aku tak tau ruangan siapa ini dan untuk apa Levin mengajakku kemari?.

"Lev ini kantor siapa? Dan kenapa kita kesini?" Tanyaku kebingungan.

"Ini kantor papa aku" jleb! Kantor papanya? Berarti Levin bukan hanya sekedar kaya tapi sangat kaya dan aku jadi merasa gak cocok bersanding dengan laki laki sepertinya takut kalah saing dengan wanita wanita high class diluar sana aku hanya butiran debu yang tak berdaya ini bisa apa?

"Kamu pewarisnya?" Pertanyaan bodoh Alya sudah tentu Levin lah pewarisnya dasar.

"Begitulah" katanya singkat. Aku berjalan ke arah kaca besar yang menampilkan pemandangan dari ketinggian lantai 9 ini.

Aku terkejut tiba-tiba Levin mendekat sangat dekat denganku kalau orang lain lihat mereka pikir Levin yang sedang memelukku. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya.

"Alya" aku meneggang kala wajahnya semakin dekat astaga apa Levin akan menciumku? Aku belum siap.

"Lev kamu mau ngapain?" Aku memundurkan perlahan kepalaku namun Levin semakin mendekatkan wajahnya.

"Lev ada apa?" Tanyaku gugup namun wajahnya semakin dekat aku menutup mata.

"Aku hanya ingin melihatmu lebih dekat saja Alya aku tak akan menciummu kita bukan Muhrim"

"LEVIN!" tawanya seketika meledak aku kesal bukanmain aku mati matian menetralkan degup jantungku yang sudah marathon dia ternyata mempermainkan aku lihat saja aku pasti akan membalasnya padahal aku sudah baper setengah mati.

"Atau kamu mau aku cium sekarang?" Godanya membuat pipiku memanas.

"IN YOUR DREAM"

Yuhuyyyyyyy gaess maaf aku gak bisa bikin adegan romantis 😂😂 bisanya gitu doang sih😂 okee see you di next part yahhh
Jangan lupa votenya dong😘

See you🎉

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang