47. sabar dan sadar.

14 4 0
                                    


Happy Reading💕

  Aku pernah terluka sangat dalam sebelum ada dia yang menawariku kebahagiaan yang entah akan cukup bagiku atau tidak. Aku tergesa memikirkan kemungkinan rasa sakit yang akan datang tapi ini semua untuk diriku sendiri untuk melupakan semua masalalu yang kuperjuangkan dengan sendirinya.

"Ya tuhan jangan paksakan aku mencintai dua orang sekalian jika salah satunya terbaik untukku maka relakan aku melepaskan diantaranya" Aku menitikkan air mata.

"Al kamu nangis?" Tanya Abel tiba tiba.

"Ha nggak aku gak nangis kok" kataku berbohong.

"Tapi itu tadi?" Katanya.

"Gak ada bel"

"Hmm yaudah deh" pasrahnya akhirnya.

Aku masih ingin memendam sendiri dan masih belum siap menceritakan kegelisahan dalam hati. Aku tak tau harus bagaimana disaat aku mencintai Levin dan Alvin sekaligus meskipun mencintai Alvin adalah sakit yang tak berujung namun cinta ini cinta yang selalu kusimpan untukknya kini harus terbagi dengan orang baru.

"Eh Alvin" aku tersentak kala mendengar suara Abel yang memanggil Alvin.

"Iya bel" Alvin mendekat hingga membuat raut wajahku datar karena Alvin tak sendiri ada seorang wanita yang kemarin pernah kulihat bersamanya. Pacar barunya mungkin.

"Eh ada Alya" aku tersenyum masam ke arahnya.

"Ayo gabung disini aja bareng kita kalian mau makan juga kan?" Tawar Abel yang membuatku mendegus kesal.

"Gak usah bel makasih aku sama intan duduk disebelah sana aja" tolak Alvin dan kulihat wanita yang namanya intan itu tersenyum hangat kepada Abel.

"Oh gitu yah"

"Yaudah kita kesana dulu" Abel mengangguk.

Aku terus memperhatikan Alvin dan si Intan pacar barunya itu mereka berdua duduk tak jauh dari tempatku dan Abel. Seketika rasa cemburu datang lagi padahal aku sudah berusaha terlihat baik baik saja namun aku kalah aku tak kuasa melihat kemesraan orang yang kucinta dengan wanita lain.

"Bel aku ke toilet dulu" pamitku.

Aku berlari masuk kedalam toilet air mata yang tak ku inginkan keluar meluruh begitu saja bersama perasaanku yang kembali hancur.

"Ada apa ini? Kenapa aku masih merasa sehancur ini melihatnya? Aku sudah bahagia mencintai Levin tapi kenapa semua ini harus kembali? Hiks..hiks..hiks" aku tak kuat menahan semua rasa sakit yang tak ada habisnya aku kehabisan cara melupakan Alvin semakin aku berusaha justru semakin aku mencintainya.

"Al Alyaa kamu didalam" dengan cepat aku menghapus sisa sisa air mata dan keluar menemui Abel.

Ceklek!

"Al aku mau jemput Lira ke toko buku kamu mau ikut?" Ajaknya. Aku melirik jam di tanganku yang ternyata sudah masuk jam kerja.

"Gak bel aku harus ke caffe maaf yahh" kataku tak enak.

"Ohh gakpapa aku duluan yah daaahh" katanya sembari melambaikan tangan.

Aku beranjak dan keluar dari dalam kantin kampus. Dengan mood yang buruk aku tak sadar sudah berjalan hingga ke jalan raya. Tiba tiba sebuah mobil menghampiriku mobil putih yang tak asing bagiku.

"Alya?" Aku mendongkak menatap si pemanggil.

"Levin?" Lekaki itu turun dari dalam mobilnya dan langsung menghampiriku.

"Kenapa disini?" Aku tak mengubrisnya aku langsung memeluknya sampai ia terkejut.

"Hey Al ada apa?" Aku diam dan masih memeluknya. Aku takut aku akan kehilangan Levin hanya karena cintaku yang belum terhapus pada Alvin aku takut suatu saat Levin akan mengetahui semuanya.

"Al malu diliatin orang orang" Aku melepaskan pelukanku benar kata Levin ini dijalanan dan sangat ramai dengan orang orang.

Levin menggengam erat tanganku dan menuntunku masuk kedalam mobilnya.

"Kamu mau pulang kerumah?" Tanyanya.

"Aku ke caffe vin" jawabku.

"Alya?" Panggilnya lembut.

"Iya vin"

"Ada apa? Ada masalah?" Tanyanya lagi.

"Gak ada vin aku cuma capek aja" balasku seraya tersenyum.

Levin terdiam begitupun denganku yang asik melihat suasana dijalanan sore itu sampai mobilnya sudah tiba didepan caffe.

"Ehm makasih" kataku tersenyum. Levin balas mengangguk aku langsung bergegas masuk kedalam caffe.

"Baru dateng Al?" Tegur Mba Anes saat aku baru masuk kedalam dapur.

"Iya Mba" jawabku.

"Kenapa muka kok kusut kayak gitu Al" aku memutar bola mata malas mendegar Rena yang ikut nimbrung di dapur.

"Galau kali Ren iya kan Al?" Ujar siti seraya terkikik diikuti Rena dan juga Mba Anes

"Siapa yang galau sih gak ada" balasku kesal.

"Sudah sana kerja" perintah Mba Anes kemudian.

Aku langsung mengambil celemek dan memulai pekerjaanku yaitu mengantarkan pesanan ke meja meja. Yang tadinya pengunjung sangat ramai kini tinggal satu dua orang yang ada di caffe karena diluar tampak akan hujan.

Aku duduk menatap ke luar jendela menyaksikan rintikan air hujan yang turun menikmati dinginnya sore itu. Ingatanku kembali pada kejadian di kantin dan aku yang memeluk Levin hanya tak ingin lelaki itu pergi meninggalkanku. Aku egois tak mau mengalah dengan satu cinta yang akan menetap selamanya.

"Hujan berkali kali jatuh tapi dia masih ingin kembali apa aku seperti hujan ini? Sudah dijatuhkan berkali kali tapi masih bertahan? Apa aku bodoh? Tapi yang aku tau aku hanya mencintai saja bukan untuk belajar membodohkan diri sendiri. Aku capek seperti ini terus" batinku.

"Ngelamun lagi" aku tersentak kaget.

"Ya ampun Ren" Rena terkikik dan ikut duduk bersamaku.

"Ada apa sih Al?" Tanyanya.

"Gak ada apa apa kok" kataku berbohong lagi.

Kulihat Rena beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkanku. Aku tidak ingin menceritakan semua masalahku pada siapapun aku hanya ingin memendamnya sendiri sampai aku tak akan sanggup menahannya. Biarlah waktu yang menjelaskan semua tanpa aku bersuara.

Hay gaesss ketemu lagi😂 maafkan saya gaess saya yang jarang update😢 pokokknya ikutin aja terus gimana ceritanya samapai happy ending ya gaes🤗🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak🐾

Fllw ig: lhalamamonto

SORRY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang